Langsung ke konten utama

Postingan

Part 72; Solasta S2

  Sebelas  tahun yang lalu.... Semi Eita menguap sebentar saat ia keluar dari kamarnya setelah tidur malamnya yang tak begitu nyenyak karena jam tidur yang terlalu singkat. Ini karena ia baru selesai dari pertemuan dengan para petinggi sekitar pukul 3 dini hari dan ia harus kembali bangun pada pukul 6 pagi. Eita harus kembali ke kantor pukul 8 ngomong-ngomong. Melakukan pekerjaannya seperti biasa yang begitu menyibukkan akhir-akhir ini. Para pelayan membungkukkan badannya serta menyapa Eita yang berjalan menuju ruang makan. Saat langkahnya hampir sampai pada ruang makan itu, sayup-sayup ia mendengar sebuah percakapan disusul tawa dari seorang wanita yang sangat Eita kenali. Ketika langkahnya tiba, barulah ia mengetahui asal dari suara itu. Melihat Eita di sana, wanita itu tersenyum menyapa,   "Eita-kun, selamat pagi." "Selamat pagi, ibu." Eita menghampiri wanita itu seraya memeluknya singkat. "Ayo duduk, kita sarapan." Melihat Semi Haruka akan menarik kurs
Postingan terbaru

Part 68; Solasta S2

  "Hei kau baik-baik saja, Ryu?" Bahu Ryuunosuke ditepuk dari belakang membuat ia mengerjab sehingga lamunannya buyar begitu saja. Rekan kerjanya itu menatap Ryuunosuke bingung karena baru kali ini ia melihat pria yang selalu fokus saat menjalankan misi malah kehilangan fokus seperti ini. Ryuunosuke cepat-cepat menjawab agar rekannya itu tidak banyak bertanya, "aku baik-baik saja kok, aku sempat mikirin kakakku. Kau tahu bukan, akhir-akhir ini ia sangat sibuk semenjak Tuan Kita datang." "Itu pasti, tugas kakakmu itu sangat penting," jawabnya. "Apalagi ini tentang pendistribusian XSL." Kening Ryuunosuke mengkerut mendengar nama asing di telinganya. Lantas ia bertanya, "XSL? Apa itu?" "Kau tidak tau?" Rekannya itu mengerjab percaya. Ryuunosuke mengangguk polos membuat rekannya tertawa. "Padahal kakakmu salah satu yang diberi misi itu loh?" "Sudah kubilang bukan? Kakakku tidak bisa dihubungi dan sangat sibuk semenj

Part 60; Solasta S2

  Suasana di dalam mobil itu cukup ramai meskipun hanya ada seorang pengemudi dan seorang penumpang di bangku belakang—yang tidak henti-henti menceritakan apa yang ia lalui selama kuliah hari ini; dimulai dari sang dosen yang telat masuk kelas, temannya yang ketahuan tidur, menertawai temannya yang akhirnya dihukum, dan lain sebaiknya. Meski durasi kuliah pria itu kurang dari lima jam, tapi seperti pria itu tidak kehabisan bahan obrolan. Padahal, sang pengemudi mobil; Kageyama Tobio hanya menanggapi seperlunya. Tapi sepertinya Miya Atsumu tidak keberatan dengan respons singkat itu. Mungkinkah karena ia terbiasa juga dengan kekasihnya; Sakusa Kiyoomi? Setau Tobio sifat Kiyoomi bertolak belakang dengan Atsumu. Sangat jauh sampai Tobio tidak habis pikir kenapa Atsumu yang ceria itu bisa tahan dengan Kiyoomi. "Hari ini cukup menyenangkan, meskipun aku cukup kesulitan saat dikasih test terakhir," ujarnya memandang Tobio dari pantulan cermin di depannya. Tobio hanya merespon dengan

Part 54; Solasta S2

  Lima belas tahun lalu .... Pemandangan dibalik jendela yang awalnya hanya hamparan laut, rumah dengan pepohonan, dan ladang perlahan-lahan terganti oleh pemandangan lalu lintas kota yang tampak ramai dan padat. Meski musim panas dan suhu udara mulai meningkat tak membuat kota tersebut istirahat sejenak oleh aktivitas-aktivitas manusia, meski hanya sekian detik. Entah sudah berapa jam berlalu tapi sepertinya sudah cukup lama perjalanan ini karena sampai sekarang, mereka tak kunjung sampai ditujuan. Membuat anak laki-laki yang sejak tadi memandang keluar jendela mobil akhirnya mengalihkan pandangannya dari jalanan kota pada pria yang duduk di sampingnya, tepat dikursi kemudi, "Ayah berapa lama lagi kita akan sampai?" Pria yang dipanggil Ayah itu menoleh sebentar pada putranya sebelum menjawab, "Sebentar lagi sampai kok, tunggu sebentar ya?" Tapi sepertinya itu tak membuat anak laki-laki di sampingnya puas, lantas sang Ayah terkekeh pelan melanjutkan, "Sudah Aya

Part 44; Solasta S2

 Tanaka Ryuunosuke berdiri di depan pintu kamar; menunggu pemilik kamar tersebut membukakan pintu setelah lima menit lalu ia ketuk sambil memanggil namanya berulang kali. Awalnya tidak ada jawaban; namun setelah ketukan kesepuluh suara pemilik kamar terdengar menyahut dari dalam. Meminta pria itu menunggu sebentar sampai pintu tersebut terbuka dan sosoknya berdiri di balik sana; menyapa, "Selamat malam, Tanaka-san. Maaf membuatmu menunggu." " It's okay, Sam. Aku ngga nunggu lama banget kok." Ryuunosuke buru-buru berujar ketika melihat pria di hadapannya membungkuk. Gestur meminta maaf yang mungkin sudah biasa ia lakukan di Jepang sehingga terbawa sampai sekarang. "Ada yang kamu kerjakan di dalam, Osamu?" Osamu. Pria itu menegakkan tubuhnya sebelum menjawab, "Tidak kok, aku hanya sedang bersih-bersih." Osamu menggeser tubuhnya kemudian mempersilahkan Ryuunosuke masuk. "Silahkan masuk, Tanaka-san." Bahkan, cara penyebutan nama pun ber

Part 41; Solasta S2

  Pria itu benar-benar menunggunya seperti apa yang ia katakan beberapa jam lalu. Melihat itu, tentu membuatnya terkejut sampai-sampai ia berdiri termangu ketika lift membawanya sampai di lantai dasar. Sang manajer yang berada di sampingnya menepuk pundak gadis itu kemudian berkata,  " Shimizu-san, anda baik-baik saja?" Suara sang manajer menyadarkan Kiyoko. Gadis alpha itu tersenyum kaku kemudian menjawab, "Aku baik-baik saja kok. Ah, aku duluan ya!" Kemudian berpamitan pada sang manajer sebelum menghampiri seorang pria yang duduk di salah satu sofa tunggu dekat resepsionis sambil memainkan ponselnya. Saat Kiyoko hampir tiba, pria itu menoleh membuat Kiyoko tak bisa untuk tidak menerbitkan senyum di bibirnya. "Ah—hai Rintarou-kun, maaf membuatmu menunggu lama." Rintarou menggeleng kemudian menyimpan ponselnya di saku. "Pekerjaanmu udah selesai?" tanyanya sambil bangkit dari duduknya. "Sudah kok, Rintarou-kun." "Kita pergi sekarang

Part 26; Solatas S2

 Sejujurnya Tetsurou sangat terkejut melihat sosok pria yang selama ini ia sukai menjadi seseorang yang ia lihat pertama kali ketika dia membuka matanya—meskipun ketika Tetsurou bangun rasa pening langsung menyerang kepalanya tetapi hal itu langsung teralihkan begitu melihat pria itu di sana. Duduk di samping dirinya yang terbaring di ranjang dengan handuk kecil yang ia remas untuk kemudian mengompres kepalanya. Melihat Tetsurou sudah bangun tentu membuat pria itu terkejut. Hampir membuatnya jatuh dari tempat duduk. "Ke—Kenma?" panggil Tetsurou pelan sedikit memastikan jika sosok yang dia lihat ini adalah Kozume Kenma. Bukan hanya khayalannya semata. Tetsurou ingat jika dirinya mabuk semalam. Ia khawatir jika dirinya masih mabuk sehingga muncul khayalan seperti ini. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Kenma. "Lo ... Kenma, kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Kenma, ia malah balik bertanya. Kenma hanya mengangguk sebagai jawaban meskipun bingung kenapa Tetsurou ber