Lima belas tahun lalu .... Pemandangan dibalik jendela yang awalnya hanya hamparan laut, rumah dengan pepohonan, dan ladang perlahan-lahan terganti oleh pemandangan lalu lintas kota yang tampak ramai dan padat. Meski musim panas dan suhu udara mulai meningkat tak membuat kota tersebut istirahat sejenak oleh aktivitas-aktivitas manusia, meski hanya sekian detik. Entah sudah berapa jam berlalu tapi sepertinya sudah cukup lama perjalanan ini karena sampai sekarang, mereka tak kunjung sampai ditujuan. Membuat anak laki-laki yang sejak tadi memandang keluar jendela mobil akhirnya mengalihkan pandangannya dari jalanan kota pada pria yang duduk di sampingnya, tepat dikursi kemudi, "Ayah berapa lama lagi kita akan sampai?" Pria yang dipanggil Ayah itu menoleh sebentar pada putranya sebelum menjawab, "Sebentar lagi sampai kok, tunggu sebentar ya?" Tapi sepertinya itu tak membuat anak laki-laki di sampingnya puas, lantas sang Ayah terkekeh pelan melanjutkan, "Sudah Aya
Tanaka Ryuunosuke berdiri di depan pintu kamar; menunggu pemilik kamar tersebut membukakan pintu setelah lima menit lalu ia ketuk sambil memanggil namanya berulang kali. Awalnya tidak ada jawaban; namun setelah ketukan kesepuluh suara pemilik kamar terdengar menyahut dari dalam. Meminta pria itu menunggu sebentar sampai pintu tersebut terbuka dan sosoknya berdiri di balik sana; menyapa, "Selamat malam, Tanaka-san. Maaf membuatmu menunggu." " It's okay, Sam. Aku ngga nunggu lama banget kok." Ryuunosuke buru-buru berujar ketika melihat pria di hadapannya membungkuk. Gestur meminta maaf yang mungkin sudah biasa ia lakukan di Jepang sehingga terbawa sampai sekarang. "Ada yang kamu kerjakan di dalam, Osamu?" Osamu. Pria itu menegakkan tubuhnya sebelum menjawab, "Tidak kok, aku hanya sedang bersih-bersih." Osamu menggeser tubuhnya kemudian mempersilahkan Ryuunosuke masuk. "Silahkan masuk, Tanaka-san." Bahkan, cara penyebutan nama pun ber