Atsumu benar-benar tidak bisa melupakan kejadian tadi. Bukan karena ia yang tiba-tiba dipeluk oleh pria asing—namun karena satu nama yang pria asing itu ucapkan ketika ia menarik Atsumu ke dalam dekapannya.
"Osamu!"
Osamu.
Atsumu yakin ia tidak salah dengar. Pendengarannya masih bagus dan ia benar-benar mendengar jika pria asing itu memanggilnya osamu. Nama yang sama dengan nama seseorang yang sedang ia cari selama ini.
Saudara kembarnya.
Sudah lebih dari sepuluh tahun Atsumu terus mencari keberadaan saudara kembarnya yang terpisah sejak ia diadopsi oleh keluarga Shimizu duabelas tahun lalu. Ketika usianya menginjak sepuluh tahun. Sejak insiden itu menimpa keluarganya yang menyebabkan ia dan saudara kembarnya harus tinggal di panti asuhan. Berkali-kali Atsumu mencari saudara kembarnya disetiap panti asuhan di Amerika—namun tak satupun yang menunjukkan keberadaannya.
Mungkinkah... Osamu yang pria itu maksud sama dengan yang Atsumu cari?
Tapi, pria itu salah mengenali dirinya adalah Osamu.
Berarti....
Berarti....
"Sayang aku mau ke toilet dulu ya." Atsumu menghentikan langkahnya, membuat Kiyoomi yang berjalan di sampingnya pun ikut berhenti. "Kamu duluan aja ke kamar."
"Di kamar kita kan ada kamar mandi sayang," ujar Kiyoomi.
Atsumu berdahem sebentar sebelum menjawab dengan sedikit terbata, "Aku... kebelet, ya udah engga tahan sayang... dari tadi aku tahan. Tadi aku lihat ada toiletkok."
"Kalau gitu aku tunggu—"
"Engga usah Omi-kun kamu pasti capek kan? Mending kamu ke kamar duluan aja, oke?" Potong Atsumu cepat.
Namun Kiyoomi tak kalah cepat menjawab, "Aku tunggu aja, gimana kalau ada pria aneh kayak tadi lagi?"
"Engga mungkin ada lagi kok sayang, toh yang tadi kan kayaknya salah ngira aja," ujar Atsumu berusaha meyakinkan Kiyoomi agar pria itu tidak menunggunya. "Aku kan ada Tobio dia pasti jaga aku, ya kan Tobio-kun?"
Atsumu menoleh ke belakang pada Tobio yang sejak tadi berdiri mengikuti mereka bersama seorang bodyguard yang Atsumu kenal bernama Korai. Tobio berdiri canggung karena ditatap tajam oleh Kiyoomi mengingatkan ia beberapa jam lalu yang dimarahi abis-abisan oleh pria itu karena lalai menjaga Atsumu sampai-sampai kejadian itu terjadi. Tobio lupa jika Kiyoomi sangat-sangat protektif pada kekasihnya.
"Y—ya Tuan, saya akan menjaga Tuan Shimizu dengan baik kali ini."
Kiyoomi tak menjawab, tetap menatap tajam Tobio seolah masih tak percaya dengan ucapannya. Membuat Atsumu tertawa pelan kemudian mengelus pipi Kiyoomi agar pria itu menatapnya—dan menghentikan tatapan tajam pria itu pada Tobio. "Kalau terjadi sesuatu sama aku, aku panggil Omi-kun."
Helaan napas Kiyoomi terdengar setelahnya karena ia tak bisa mengatakan tidak jika ditatap seperti ini oleh Atsumu. Pria alpha itu menundukkan pandangannya seraya membawa kedua lengan Atsumu untuk menangkup pipinya. "Panggil aku kalau terjadi sesuatu ya?"
"Tentu," jawabnya, kemudian mengecup bibir Kiyoomi singkat sebelum akhirnya pergi dari sana dengan Tobio yang mengikuti dari belakang setelah membungkukkan badannya kepada Kiyoomi.
Tobio mengikuti langkah Atsumu yang bergitu cepat. Mungkin kah pria omega itu benar-benar tidak tahan untuk ke toilet?
Tunggu....
"Tuan Atsumu, kita baru saja melewati toilet."
Mereka baru saja melewati toilet tapi Atsumu terus berjalan. Tidak berbelok ke sana. "Sepertinya anda—"
"Tobio-kun," potong Atsumu tanpa menghentikan langkahnya. "Aku berbohong soal ke toilet."
Tobio membola, berbohong?
Jadi Atsumu hanya berbohong soal keinginannya ke toilet?
Pantas saja ia berusaha membuat Kiyoomi tidak menunggunya tadi.
Tapi kenapa? Apa yang ingin pria itu lakukan sampai-sampai ia harus berbohong pada Kiyoomi?
Tobio memilih diam tidak bertanya ataupun menjawab ucapan Atsumu—dan Atsumu pun tidak memberikan alasan kepada Tobio. Pria omega itu hanya berpikir ia harus cepat-cepat mencari pria asing itu sebelum pria itu pergi dari hotel. Di belakangnya, Tobio tetap mengikuti langkah Atsumu yang membawa mereka kembali menuju ballroom.
*
*
*
Acara pertunangan itu belum selesai. Tapi Rintarou sudah dibawa pulang karena insiden tadi membuat Rintarou hilang kendali. Pria alpha itu terus memanggil nama Osamu berulang kali. Shouyo yang bertugas mengawasi kali ini langsung menghubungi Daichi. Daichi langsung memerintah mereka untuk membawa pulang Rintarou takut-takut jika serigala Rintarou kembali bangkit dan mengambil alih tubuhnya. Akan sangat bahaya jika sampai inner wolf Rintarou mengambil alih.
Daichi juga sudah memerintah anak buahnya untuk mengantarkan Kiyoko pulang. Mengatakan jika Rintarou tiba-tiba tidak enak badan dan sudah dibawa pulang oleh bodyguard yang bertugas. Daichi tidak tahu apakah Kiyoko akan mempercayai itu dengan mudah atau tidak tapi melihat gadis itu pulang tanpa banyak bertanya sepertinya Kiyoko mempercayainya.
"Tuan Muda sudah tenang?" tanya Daichi melihat Rintarou yang diam dibopongan Shoyou dan Asahi.
"Sepertinya iya," jawab Asahi. "Untunglah Tuan Muda tidak memberontak lagi sehingga kita tidak menyuntikkan obat penenang alpa."
"Aku tidak tega jika harus melakukan itu," ujar Shoyou sedih. Mereka membawa Rintarou ke dalam kamarnya kemudian menidurkan sang tuan muda di atas kasur.
"Kenma bilang kalau tidak ada pemberitaan tentang kejadian tadi," ucap Daichi. "Sepertinya Tuan Muda Sakusa sengaja meredam kejadian tadi."
"Akan sangat buruk juga untuk tunangannya jika sampai media tahu akan hal ini," ujar Asahi. "Tapi... aku tidak menyangka jika Tuan Muda ternyata masih teringat tentang Osamu."
Mereka terdiam. Memandang sang Tuan Muda yang tertidur di atas kasur dengan pandangan pilu. Tak menyangka di balik perilakunya yang berusaha menerima semua hal yang terjadi pada hidupnya ini; pria itu meredam kepedihan yang amat memilukan.
"Tapi dari kejadian ini, kita tahu satu hal, jika Tuan Muda memang tidak mengetahui wajah adik Nona Shimizu dan melupakan sosok Atsumu," ujar Daichi. "Tapi apa Tuan Atsumu bereaksi ketika melihat Tuan Muda?"
"Aku tidak melihat pasti, Kak. Soalnya Tuan Muda Sakusa langsung memerintahkan bodyguardnya untuk membawa Tuan Atsumu."
"Apa Kenma sudah mendapatkan informasi lagi dari dia?" tanya Asahi. "Saat kejadian aku tidak melihat dia ada di sana."
"Dia menemukan album foto," jawab Daichi. "Hanya saja belum bisa dia tunjukkan pada kita. Kesempatan untuk membawanya sangat minim."
Daichi melirik Shoyou yang diam saja. Sebelum perbincangan mereka mambuat Shoyou kembali teringat soal sosok itu Daichi mengajak mereka keluar dari kamar Rintarou dan berjaga di luar agar membiarkan sang tuan muda beristirahat dengan tenang.
Saat suara pintu tertutup terdengar, Rintarou membuka matanya.
*
*
*
Shimizu Kiyoko memandang jalanan ibu kota yang masih ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang dari balik jendela mobil pada bangku penumpang di sampingnya. Pandangannya seolah tertuju pada ramainya dunia di luar sana namun isi kepalanya terus memikirkan Rintarou. Bertanya-tanya kenapa pria alpha itu mendadak tidak enak badan padahal sebelumnya ia terlihat baik-baik saja. Pesannya pun tidak kunjung di balas membuat gadis itu merasa khawatir.
"Apa kamu memikirkan Rintarou-kun, Kiyoko-chan?"
Kiyoko menoleh ketika sebuah suara memanggilnya. Gadis itu tersenyum kaku pada pria paruh baya yang duduk di sampingnya. "Ah... apa terlalu terlihat, Kakek?"
"Kakek sudah mengenalmu sejak kecil, Kiyoko-chan. Sudah pasti Kakek mengetahui apa yang kamu rasakan," jawabnya.
Kiyoko tersenyum, "Karena itu aku jadi tidak bisa berbohong pada Kakek."
"Kalau kamu khawatir, apa kita sebaiknya mampir ke apartemen Rintarou-kun dulu?"
Kiyoko cepat menggeleng, "Ah—tidak perlu Kakek. Itu pasti merepotkan. Apalagi Kakek sudah mau mengantarkan aku pulang."
"Tidak merepotkan kok Kiyoko-chan, Kakek dengan senang hati mengantarkan Kiyoko-chan," jawabnya. "Kiyoko-chan sudah Kakek anggap sebagai cucu Kakek sendiri." Kiyoko hanya tersenyum mendengar ucapan Hiroshi yang menghangatkan hatinya. Sama seperti pria paruh baya itu, Kiyoko pun menganggap Hiroshi sebagai kakeknya sendiri karena sejak kecil, Hiroshi selalu merawatnya dengan baik; sehingga Kiyoko seperti tumbuh bersama keluarga Sakusa. "Jika Kiyoko-chan menikah dengan Rintarou-kun, ia juga akan menjadi cucu Kakek."
Entah kenapa mendengar kata menikah dengan Rintarou selalu membuat jantung Kiyoko berdetak tak karuan. Antara perasaan bahagia dan resah yang beradu menjadi satu. Mendapatkan perjodohan dengan Suna Rintarou tentu siapa yang tidak bahagia, bukan? Tapi tak bisa dipungkiri jika Kiyoko juga merasa resah apalagi melihat Rintarou yang masih terasa asing baginya.
Melihat raut wajah Kiyoko yang tak berbinar Hiroshi bertanya, "Apa Kiyoko-chan masih ragu dengannya?"
"Sepertinya kami berdua masih ragu, Kek." Kiyoko menjawab tanpa memandang Hiroshi. "Jujur, Rintarou memang sangat baik padaku tapi... aku merasa masih ada perasaan asing padanya. Seperti... ada suatu tembok yang membatasi kami."
"Itu hal yang wajar bagi hubungan yang diawali dengan perjodohan," ujar Hiroshi. "Waktu Kakek dijodohkan dengan Nenek Kiyoomi pun rasanya seperti itu, asing dan dibatasi. Namun, setelah kami mengucapkan sumpah pernikahan tembok itu bisa hancur seketika." Hiroshi meraih lengan Kiyoko agar gadis itu memandangnya. "Cinta tidak semudah itu tumbuh, Kiyoko-chan."
Kiyoko hanya bisa tersenyum mendengar kalimat penenang yang Hiroshi ucapkan. Pria paruh baya itu tidak banyak berubah ternyata, masih sama seperti dulu; menyayanginya.
"Kiyoko sangat bersyukur punya Kakek seperti Kakek. Atsumu-chan sangat beruntung menjadi cucu Kakek."
"Tanpa Atsumu-chan menikah dengan Kiyoomi, Kakek sudah menganggapnya sebagai cucu Kakek juga," ujarnya. "Kakek masih ingat bagaimana Ayahmu membawa Atsumu-chan kemari. Sepertinya hidup di panti sangat menyedihkan."
Atsumu memang bukanlah adik kandung Kiyoko.
Keluarga Shimizu adalah salah satu keluarga yang memiliki darah wolf sejati yang digadai dapat memiliki keturunan true alpha. Sejak dilahirkan, hidupnya sudah terjamin karena pasti banyak keluarga dari perusahaan besar yang akan menikahkan putra-putri mereka kepadanya agar bisa memiliki keturunan true alpha. Saat itu, adik Kiyoko tidak bisa diselamatkan saat proses persalinan. Akan sangat memalukan dan merugikan bagi keluarganya jika sampai media tahu jika Shimizu gagal memiliki keturunan. Hal itu yang membuat mereka berpura-pura bahwa putra mereka selamat dan merahasiakan hal ini sampai mereka berhasil menemukan penggantinya.
Butuh waktu sepuluh tahun, sampai mereka memperkenalkan Atsumu sebagai putra mereka.
Mengadopsi anak dari panti asuhan di luar negeri adalah ide yang bagus namun belum tentu mereka bisa menemukan anak yang memiliki darah wolf sejati. Menemukan Atsumu adalah suatu keajaiban.
Sakusa Hiroshi tahu akan hal ini.
"Tsumu-chan adalah anak yang baik," ucap Kiyoko. "Akan sangat baik jika Ayah dan Ibu juga mengadopsi satu lagi. Dia terlihat mirip dengan Tsumu-chan, aku sampai sekarang masih bertanya-tanya apakah mereka kembar?" Kiyoko terdiam sebentar untuk mengambil napas melanjutkan ucapannya yang cukup menyayat hatinya, "Sayang sekali panti itu terbakar."
"Apa Atsumu-chan tahu jika panti itu terbakar?" tanya Hiroshi.
Kiyoko menggeleng, "Sepertinya Tsumu-chan melupakan itu karena sejak diadopsi kami tidak pernah membicarakan tentang panti ataupun masa lalu Tsumu-chan. Dia seakan-akan memang terlahir sebagai adikku."
"Melupakan ya?" Hiroshi bergumam, menatap ke arah cermin di hadapannya yang memantulkan bayangan Shinsuke yang sejak tadi menyetir dengan hati-hati. "Kiyoko-chan apa kamu tahu alasan Atsumu-chan memilih kuliah di Amerika?"
Kiyoko memandang Hiroshi. Menunggu pria paruh baya itu melanjutkan ucapannya;
"Atsumu-chan tidak pernah sekalipun melupakan masa lalunya, Kiyoko-chan."
*
*
*
"Tuan Muda memang tidak mengetahui wajah adik Nona Shimizu dan melupakan sosok Atsumu."
Apa itu....
Apa maksud yang mereka bicarakan barusan? Kenapa ia melupakan sosok Atsumu?
Memangnya siapa Atsumu?
Rintarou bangkit dari tidurnya. Duduk ditepi ranjang sambil memegang sebelah kepalanya yang berdenyut lagi.
Lagi dan lagi.
Selalu seperti ini ketika ia merasakan sesuatu yang meng-trigger ingatannya.
"Apa Kenma sudah mendapatkan informasi lagi dari dia?"
"Saat kejadian aku tidak melihat dia ada di sana."
Siapa dia yang mereka maksud?
Mengapa ... mengapa banyak sekali hal yang dirahasiakan darinya?
"Atsumu ... apakah itu adik Kiyoko?" gumam Rintarou mengingat kembali kejadian tadi ketika ia melihat sosok pria yang terlihat sangat mirip dengan Osamu, namun dengan warna rambut yang berbeda. "Pria tadi ... Atsumu?"
Deg!
"Argh!"
Kepala Rintarou kembali berdenyut saat ingatan-ingatan abstrak kembali bermunculan di kepalanya. Napasnya mendadak sesak dengan jantungnya yang berdetak kencanh tak karuan.
"Rin-kun, ayo ikut main!"
"Huf! Rin-kun selalu mengalah kalau soal Samu, Rin-kun curang tahu."
"Aku rasa Tetsu-kun yang menghilangkan bolanya."
"Rin-kun ... apa kamu akan memaafkan kami jika kami membuatmu terluka?"
Sesak.
Rintarou tak bisa menahannya lagi. Tubuhnya jatuh ke lantai saat ia berusaha mengambil botol kaca di dalam laci nakas di samping tempat tidurnya. Mengeluarkan isi dalam botol kaca itu dengan terburu untuk ia minum.
Glek!
Rintarou menelan obat berjenis tablet berwarna kebiruan itu tanpa bantuan air.
Beberapa menit kemudian, pening kepalanya mereda, napasnya mulai teratur, jantungnya berdetak stabil.
Pandangannya memudar.
Namun ia dapat melihat sosok itu dengan jelasnya.
Osamu.
Berdiri di hadapannya, tersenyum sangat manis seraya membawa Rintarou ke dalam dekapannya.
"Osamu...."
Nyaman.
Kemudian Rintarou terbawa oleh alam bawah sadarnya.
Komentar
Posting Komentar