Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Part 176; Solasta

  "Hei Wakatoshi!" Ushijima Wakatoshi—mahasiswa baru tahun pertama di salah satu Universitas ternama di Jepang—menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya. Matanya berpencar mencari sumber suara itu dan menemukan Sachiro melambaikan tangannya tengah duduk di salah satu sofa bersama teman-temannya yang lain. Suara bising usik dari lantai dansa juga penerangan yang temaram sedikit membuatnya kesulitan untuk menemukan temannya berada apalagi dengan banyaknya pengunjung yang berada di dalam klub malam itu. Wakatoshi melanjutkan langkahnya menuju tempat teman-temannya berada lalu membalas sapaan teman-temannya yang berusaha akrab dengannya singkat—meskipun sebenarnya respons Wakatoshi terlihat tidak mencerminkan jika dia tertarik dengan mereka. Mungkin, karena Wakatoshi adalah pewaris utama dari Ushijima Groups makanya teman-temannya berusaha baik padanya meskipun sifatnya sangat tak bersahabat seperti ini. Jika saja Wakatoshi bukan keluarga Ushijima, mungkin dirinya tida

Part 158; Solasta

 "Eh?"  Langkah Osamu terhenti begitu ia akan menaiki  lift menuju unit apartemen Rintarou yang berada di lantai atas ketika melihat Kozume Kenma berdiri di hadapannya menunggu pintu lift terbuka sambil memainkan ponselnya dengan sebelah tangan karena tangannya yang satu lagi memegang sebuah iPad. Belum menyadari kehadiran Osamu di sana sampai suara Osamu kembali terdengar untuk berbicara. "Kozume-san?"      Begitu mendengarnya, Kenma langsung menolehkan pandangannya dari ponsel kepada Osamu di samping. "Kebetulan ketemu di sini."      "Apa anda mencari saya?" tanya Osamu melanjutkan langkahnya yang terhenti agar berdiri lebih dekat dengan Kenma.      "Ya, maaf ngga ngabarin kamu sebelumnya. Aku pikir kamu pasti ada di apartemen Tuan Muda makanya aku langsung ke mari." Kenma melihat tote bag  yang di bawa Osamu di salah satu tangannya sekilas lalu melanjutkan, "Sepertinya kamu habis dari luar?"      "Iya, saya membeli beb

Part 145; Solasta

 Satu hal yang Osamu lihat ketika ia membuka matanya; pantai. Suara desir ombak yang datang dari utara menuju bibir pantai menerjang sepasang kaki yang menunggu kedatangannya. Juga suara-suara riuh yang tercipta oleh orang-orang yang berada di sana. Menikmati semilir angin yang berhembus menambah sejuk suasana sore itu.      Namun, satu hal yang tak Osamu mengerti.      Kenapa ia berada di sini?   Iris keabuannya bergerak untuk melihat sekelilingnya yang tampak begitu asing baginya. Hanya dia seorang diri di sana bersama orang-orang asing yang tak Osamu kenali, dan sepertinya tak menghiraukan dirinya di sana. Pandangannya lalu bergerak menuju kedua kaki telanjangnya yang memijak pasir pantai yang halus itu. Jari-jari kakinya bergerak perlahan untuk memastikan, apakah dia benar-benar berada di sana, atau ini hanya halusinasinya saja.      "Hei Samu!"        Deg!      Jantung Osamu terasa berdenyut kencang begitu mendengar suara seseorang. Dirinya langsung mencari sumber suara

Part 134; Solasta

  Osamu meraih mangkuk di atas counter lalu memasukkan beberapa sendok adonan pancake ke dalam mangkuk tersebut, disusul beberapa bahan lainnya sebelum ia menuangkan sedikit demi sedikit air kemudian mengaduknya perlahan. Mangkuk tersebut ia angkat agar memudahkannya mengaduk sambil berjalan menuju area counter lain untuk mematikan pemanas air. Semua kegiatan memasak itu Osamu lakukan dengan telaten dan hati-hati. Karena ia tidak mau membuat kebisingan dan berakhir mengganggu sang tuan muda yang masih terlelap dalam tidurnya.     Rintarou bilang padanya jika ia ada kelas pagi ini jam sembilan, dan sekarang masih terlalu pagi untuk membangunkan Rintarou menurut Osamu. Mengingat, jika akhir-akhir ini, Rintarou terlihat sibuk menyiapkan tugas akhirnya sebagai mahasiswa tingkat akhir. Rintarou sering sekali pulang larut malam atau berkutat dengan laptop dan buku-buku sampai dini hari. Sedikit membuat Osamu khawatir dengan kesehatan tuan mudanya yang tidak pernah tidur cukup akhir-akhir ini

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 87; Solasta

 Melihat tidak ada balasan dari Osamu membuat Rintarou akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah papanya untuk bertemu dengannya. Memastikan jika pria itu baik-baik saja karena tiba-tiba—entah karena alasan apa—perasaan Rintarou mendadak gelisah tak karuan. Rasanya sangat asing ketika Rintarou merasakan jantungnya berdetak gelisah begitu memikirkan Osamu, dan pikiran buruk tiba-tiba berlomba-lomba terlintas di benaknya. Membayangkan jika sesuatu terjadi pada Osamu. Apalagi, mengingat jika Osamu baru saja kembali dari pemeriksaannya hari ini.  Apa mungkin lukanya kambuh lagi? Atau terjadi sesuatu padanya di rumah? Selama perjalanan, pikiran Rintarou benar-benar kacau. Hampir membuatnya hilang akal menyebabkan ia hampir menabrak orang-orang yang menghalangi jalannya dengan mobil Chevrolet Camaro  hitam yang ia kendarai. Karena hanya satu yang rintarou pikirkan; ia harus sampai ke rumah papanya secepatnya. Begitu matanya melihat pagar tinggi menjulang di hadapannya. Rintarou bergegas mengh