Langsung ke konten utama

Part 134; Solasta

 Osamu meraih mangkuk di atas counter lalu memasukkan beberapa sendok adonan pancake ke dalam mangkuk tersebut, disusul beberapa bahan lainnya sebelum ia menuangkan sedikit demi sedikit air kemudian mengaduknya perlahan. Mangkuk tersebut ia angkat agar memudahkannya mengaduk sambil berjalan menuju area counter lain untuk mematikan pemanas air. Semua kegiatan memasak itu Osamu lakukan dengan telaten dan hati-hati. Karena ia tidak mau membuat kebisingan dan berakhir mengganggu sang tuan muda yang masih terlelap dalam tidurnya.

    Rintarou bilang padanya jika ia ada kelas pagi ini jam sembilan, dan sekarang masih terlalu pagi untuk membangunkan Rintarou menurut Osamu. Mengingat, jika akhir-akhir ini, Rintarou terlihat sibuk menyiapkan tugas akhirnya sebagai mahasiswa tingkat akhir. Rintarou sering sekali pulang larut malam atau berkutat dengan laptop dan buku-buku sampai dini hari. Sedikit membuat Osamu khawatir dengan kesehatan tuan mudanya yang tidak pernah tidur cukup akhir-akhir ini.

    Jika dipikir-pikir lagi, sudah hampir sebulan Osamu tinggal bersama Rintarou sebagai bodyguard pribadi sang tuan muda. Meski tidak banyak yang Osamu lakukan, karena ia lebih sering mengerjakan pekerjaan rumah dan sesekali ikut bersama Rintarou—itupun setelah Osamu memaksa ikut—sehingga ia bertemu dengan teman-teman Rintarou yang lain.

    Osamu ingat bagaimana pria alpha berambut coklatyang Osamu kenal bernama Oikawa—menyebutnya Gebetan Suna. Tentu saja setelah mengatakan itu, Oikawa langsung dihadiahi pukulan di perutnya oleh Rintarou sedangkan Osamu tentu saja diam karena tidak mengerti. Ia tidak tahu kenapa Oikawa memanggilnya Gebetan Suna dan ... apa itu gebetan? Setiap Osamu bertanya pada Rintarou soal arti kata itu, tuan mudanya hanya menjawab; jika itu bukanlah apa-apa.

    Dan karena penasaran, Osamu akhirnya bertanya pada internet.

   

gebetan /gébétan/ n seseorang yang sedang ditaksir atau disukai


    Membacanya tentu saja berhasil membuat jantung Osamu berdebar meskipun ia tak mengerti apa maksud dari seseorang yang disukai itu. Osamu tahu tentang rasa suka. Seperti rasa sukanya terhadap makanan dan mekarnya bunga di musim semi. Seperti bagaimana ia menyukai vanilla latte dan membaca buku. Osamu tahu itu, tetapi ... ia masih tak mengerti, bagaimana dirinya bisa disukai.

    Jika ditanya, apakah Osamu menyukai Rintarou, maka Osamu akan menjawab ya. Ia menyukai bagaimana tuan mudanya itu memperlakukan dirinya, tersenyum padanya, dan membantunya untuk bisa beradaptasi dengan kehidupan di Jepang. Osamu menyukai bagaimana Rintarou selalu protes soal cara bicaranya yang masih kaku dan formal meskipun mereka sudah lama tinggal bersama. Lalu suara kesal Rintarou yang akan mengatakan, "Udah berapa kali gue bilang sih, Sam? Jangan panggil Tuan muda terus." setiap Osamu memanggilnya tuan muda berulang kali. Atau bagaimana Rintarou mengacak rambut abunya sambil tersenyum cerah dan mengatakan betapa menggemaskan dirinya di mata Rintarou.

    Menggemaskan ... ya?

    Gerakan tangan Osamu terhenti setelah ia membalikkan pancake di atas pan pada sisi yang lain. Mengingat kembali itu semua, membuat tubuhnya terasa aneh dan jantungnya berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Ini benar-benar aneh sekali, Osamu sering merasakan rasa sakit ini setiap Osamu mengingat ataupun mendapatkan perlakuan khusus dari sang tuan muda.

    Apa jangan-jangan dia sedang sakit?

    "Sedang apa, Sam?"

    Deg!

    Osamu terperanjat saking terkejutnya mendengar suara Rintarou yang tiba-tiba berada di belakangnya. Lamunannya seketika buyar saat ia menoleh, mata Osamu langsung tertuju pada iris kuning kecoklatan milik Rintarou yang terlihat masih setengah mengantuk itu. Mereka masih saling berpendangan untuk beberapa detik sampai, Rintarou tersadar dan menegakkan tubuhnya kembali sedikit berjarak dengan Osamu.

    "Selamat pagi, Tuan Muda," sapa Osamu sedikit tercekat di awal kalimatnya. Ia melihat Rintarou memalingkan wajahnya sambil menggaruk belakang kepalanya sebelum menjawab sapaan Osamu dengan gumaman.

    Osamu kembali fokus pada pancake di hadapannya. "Lo masak apa, Sam?" tanya Rintarou seraya berjalan menghampiri gelas lalu menyicikan air hangat di sana.

    "Pancake, Tuan Muda. Seperti request anda kemarin," jawab Osamu mengangkat pancake itu lalu menyimpannya di atas piring. Osamu mengambil dua piring di atas rak, lalu menata pancake dengan bentuk sempurna itu di atas masing-masing piring. Tak lupa memberikan madu, butter, dan beberapa buah-buahan sebagai hiasan.

    "Oh? Gue emang minta ya?"

    "Ya, Tuan Muda. Sebelum anda tidur semalam. Apa Tuan Muda kelupaan?"

    Rintarou mengingat-ngingat kembali dan akhirnya ber-oh ria karena mengingatnya. "Iya, iya, gue inget. Soalnya lagi kepengen makan manis pas sarapan." Rintarou mengikuti langkah Osamu duduk di salah satu kursi pada meja makan dan mengamati bagaimana Osamu dengan telatennya menata piring berisi pancake di atas meja, juga alat makan yang ia tata dengan sangat rapih.

    "Tuan Muda ingin kopi?" tawar Osamu. "Atau teh hangat?"

    "Teh hangat," jawabnya.

    Osamu membuatkan dua gelas teh hangat untuk mereka lalu ia simpan di atas meja. Seperti biasa, Osamu akan berdiri di hadapan Rintarou dan tidak akan duduk sebelum Rintarou mempersilahkannya. Padahal Rintarou sering mengatakan untuk langsung duduk saja dan tidak perlu sungkan padanya, tetapi Osamu tetap melakukan hal yang sama. Seolah itu adalah kebiasaannya.

    Maka, yang perlu Rintarou lakukan adalah, ia yang mulai membiasakan diri dengan kebiasaan Osamu. "Duduk." Rintarou menggerakkan kepalanya menunjuk bangku kosong di hadapannya pada Osamu. Sang bodyguard membungkuk kecil padanya sebelum duduk di hadapan Rintarou.

    Rintarou sejujurnya tidak tahu apa saja yang sudah pamannya ajarkan pada Osamu sehingga Osamu bisa menjadi seseorang seperti ini. Sebulan tinggal bersamanya, Rintarou jadi sedikit mengerti jika Osamu hidup dengan perintah. Seperti melabeli dirinya, jika dia hidup untuk mengabdi pada tuannya dan rela melakukan apapun untuk tuannya meskipun ia harus mempertaruhkan nyawanya.

    Kegiatan sarapan itu berlangsung seperti biasanya dengan Rintarou yang mulai membuka percakapan di antara mereka. Meskipun di dalam pikirannya, Rintarou kadang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Osamu sebelum bertemu dengannya, atau kadang membawa Osamu ke dalam percakapan masa lalunya meskipun ujungnya akan selalu gagal karena Osamu yang berkata jika dia tidak ingat.

    Rintarou tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika kenyataannya memang Osamu tidak ingat. Cara satu-satunya untuk mengetahui itu, adalah bertanya pada Papanya.

    Tapi Rintarou tidak berani.

    Setelah sarapan lalu bersiap-siap untuk berangkat ke kampus, Rintarou sedikit mencuri pandang pada Osamu yang sedang merapihkan rumahnya. Memperhatikan bagaimana raut wajah tanpa ekspresi Osamu dari samping yang Rintarou sadari, jika akhir-akhir ini ia sering melihat ekspresi lain darinya. Lalu beralih pada tubuh Osamu yang entah kenapa terlihat semakin kurus dari pertama kali mereka bertemu. Padahal seingat Rintarou, Osamu selalu makan teratur dan tidak ada masalah apapun dengan pencernaannya. Dia terlihat sehat-sehat saja.

    Tapi kenapa ... tubuhnya terlihat semakin kecil?

    Drt!

    Ponsel Rintarou bergetar di sakunya menunjukkan sebuah pesan dari Kuroo. Ia lalu menjawabnya lalu menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku, lalu meraih tas dan kunci mobilnya. "Gue berangkat dulu ya, Sam."

    "Baik Tuan Muda."

    Osamu mengikuti langkah Rintarou di belakangnya untuk mengantarkan tuan mudanya sampai pada pintu. Setelah memakai sepatu, Rintarou berbalik pada Osamu, pandangannya tertuju pada pinggang Osamu di balik pakaian yang ia kenakan. Hal itu tentu saja membuat Osamu kebingungan. "Apa ada sesuatu, Tuan Muda?"

    Pandangan Rintarou kembali naik pada netra keabuan milik Osamu yang terlihat bersinar. Mengingatkan Rintarou kembali soal kejadian beberapa waktu lalu saat dirinya melihat netra Osamu berubah menjadi ungu safir di antara cahaya malam yang temaram.

    "Tuan Muda"

    Suara Osamu tercekat saat sebelah lengan Rintarou menarik pinggangnya dan membawa tubuhnya mendekat pada sang tuan muda. Wajah Rintarou mendekat ke sisi wajahnya, berbisik tepat di samping telinga Osamu yang membuat jantungnya kembali berdebar tak karuan.

    "Gue berangkat ya, Osamu."

    Rintarou sedikit meremas pinggang ramping Osamu membuatnya terkesiap. Pria alpha itu lalu berbalik menuju pintu apartemen, meninggalkan Osamu memerah di belakang sana.

    Terlalu kecil untuk ukuran seorang alpha, batin Rintarou.


*


*


*


Beberapa saat lalu ....

    Osamu memandang pantulan tubuhnya pada cermin di dalam kamarnya. Kegiatan yang ia lakukan setiap pagi setelah ia bangun di keesokan harinya untuk melihat perkembangan tubuhnya yang terasa aneh makin kehari. Pandangan Osamu tidak lepas dari area perutnya yang berubah rata karena awalnya, ia memiliki abs di sana. Tangannya dengan kaku meraba area perutnya yang terasa lembut juga kulitnya yang lain. Pundak lebarnya pun berubah semakin kecil, benar-benar berbeda dari sosok Osamu sebelumnya.

    Ia tidak mengerti, kenapa tubuhnya berubah menjadi seperti ini.

    Dan perubahan-perubahan lainnya semakin muncul hari ke hari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu