Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Part 379; Solasta

Haiba Lev dan Hoshiumi Korai telah kembali dari misinya tentu dengan keadaan yang tak baik-baik saja. Kekalahan telak yang tak terbayangkan sebelumnya. Mereka gagal membunuh ataupun membawa Ushijima Rintarou malam ini, dan malah harus berhadapan dengan orang-orang Ushijima yang jumlahnya berkali-kali lipat dari mereka. Membuat mereka harus memilih mundur ketika Kageyama Tobio berhasil ditangkap. Kehilangan Kageyama Tobio sangat merugikan mereka apalagi jika sampai mereka bertiga ditangkap. "Sialan!" umpat Korai sambil memegang keningnya yang ternyata terdapat darah yang terus mengalir di wajahnya. Seluruh tubuhnya terasa sakit luar biasa karena harus bertarung lebih banyak dari biasanya dan melawan banyak musuhnya yang ternyata juga ahli dalam bertarung jarak dekat seperti dirinya. "Kak Hoshiumi, sebaiknya segera obati lukamu," ujar Lev yang duduk di sofa dengan keadaan yang tak jauh beda dengan Korai. Tubuh tingginya terlihat berantakan dan banyak goresan luka di w

Part 378; Solasta

 "Tidak baik makan sambil main ponsel, Rintarou." Suara Ushijima Wakatoshi terdengar menegur Rintarou yang sedari tadi asik bermain ponselnya ketika mereka sedang makan malam bersama. Mendengar teguran itu, bukannya menurut atau meminta maaf, Rintarou justru hanya melirik papanya yang duduk di hadapannya. Jarak mereka cukup jauh karena luas meja makan yang besar namun Rintarou masih bisa mendengar suara Wakatoshi meski pria itu bicara sangat pelan karena ruang makan mereka yang lenggang. Hanya ada mereka berdua dan beberapa pelayan yang mondar-mandir untuk menyajikan makan malam. Rintarou menjawab, "Aku cuman ngecek HP doang." "Ada apa memang sampai kamu harus cek ponselmu di sela makan?" tanya Wakatoshi. "Ada chat dari temen," jawab Rintarou. "Temanmu memang chat apa?" Kening Rintarou mengkerut melihat papanya yang malah bertanya makin detail soal kegiatan bermain ponselnya tadi. "Apaan nih? Kok papa jadi kepo gini?" "Pa

Part 375; Solasta

 Krek …. Pintu kamar Kenma terbuka setelah beberapa jam pria itu berada di dalam sana. Meninggalkan Tetsurou sendirian di ruang televisi ditemani dengan segelas air putih dan beberapa cemilan yang dia ambil dari kulkas—tentu setelah Kenma persilahkan. Melihat teman dari tuan mudanya itu masih berada di rumahnya dan sekarang sedang rebahan di lantai dengan televisi yang menyala namun dirinya malah asik bermain ponsel membuat Kenma menghela napas kecil. Pria itu menghampiri Tetsurou. "Kau masih di sini?" Mendengar suara Kenma, Tetsurou langsung bangkit sari rebahannya. "Eh kapan lo keluar kamar? Gue engga denger." "Kamu asik main ponsel," jawab Kenma. "Lo mau ke mana?" Melihat Kenma pergi meninggalkannya, Tetsurou langsung sigap berdiri dan menyusul pria itu. Baru saja Tetsurou senang karena akhirnya Kenma keluar dari kamarnya tapi pria itu malah pergi lagi. Ternyata, Kenma berbelok menuju dapur dan membuka kulkasnya. Pria itu menoleh pada Tetsurou

Part 367; Solasta

Terhitung sudah lebih dari setengah jam Suna Rintarou hanya melihat layar laptop yang menampilkan draft tugas akhirnya yang sedang ia susun setelah BAB sebelumnya diterima oleh dosennya. Tidak ada yang ia lakukan selain melamun sambil menyatukan kedua jarinya di depan wajahnya di atas meja kantin kampusnya sambil memikirkan hal yang sama sejak tadi. Tanda yang dimiliki Osamu. Rintarou tidak pernah melihat tanda itu dimiliki Osamu sebelumnya dan baru ini ia melihat tanda itu setelah apa yang mereka lakukan kemarin malam. Meski tanda itu sudah hampir memudar, tapi Rintarou tahu jika tanda itu adalah hasil gigitan seorang alpha yang menandai pria omega itu. Pastinya, tanda itu dibuat tak lama dari hari ini. Kapan? Kapan tanda itu dibuat? Kalau dipikir-pikir kembali, akhir-akhir ini memang Osamu selalu memakai pakaian yang menutup lehernya atau kadang kala pria itu memakai syal untuk menutupi lehernya. Rintarou benar-benar tidak menyadari itu —mungkin karena beberapa hari ini Rintarou cuku

Part 366; Solasta

 Osamu sedikit bingung melihat Rintarou yang kini merebahkan kepalanya pada pangkuan Osamu dengan kedua lengannya yang memeluk erat pinggang rampingnya. Saat Osamu datang—ke dalam kamar Rintarou yang sedikit gelap karena hanya lampu meja belajar dan lampu kecil (bukan utama) yang dihidupkannya—dirinya langsung ditarik oleh Rintarou untuk duduk di atas ranjangnya selagi dirinya merebahkan diri dan mengambil posisi seperti sekarang. Membenamkan seluruh wajahnya pada perut Osamu yang tertutup hoodie biru kebesaran miliknya. Osamu tentu saja tidak bisa menolak. Ia hanya duduk diam di sana sambil mengelus pelan helai rambut Rintarou memberinya kenyamanan untuk tidur di pangkuannya. Mungkin, Rintarou penat karena harus bergelung dengan tugas akhirnya hari-hari ini. Sejak menyusun tugas akhirnya, Rintarou belum pergi nongkrong bersama teman-temannya seperti biasanya dia lakukan. Mungkin Rintarou butuh istirahat sejenak dari tugas-tugasnya. Makanya, Osamu membiarkan Rintarou untuk tertidur mem