Langsung ke konten utama

Part 367; Solasta

Terhitung sudah lebih dari setengah jam Suna Rintarou hanya melihat layar laptop yang menampilkan draft tugas akhirnya yang sedang ia susun setelah BAB sebelumnya diterima oleh dosennya. Tidak ada yang ia lakukan selain melamun sambil menyatukan kedua jarinya di depan wajahnya di atas meja kantin kampusnya sambil memikirkan hal yang sama sejak tadi.

Tanda yang dimiliki Osamu.

Rintarou tidak pernah melihat tanda itu dimiliki Osamu sebelumnya dan baru ini ia melihat tanda itu setelah apa yang mereka lakukan kemarin malam. Meski tanda itu sudah hampir memudar, tapi Rintarou tahu jika tanda itu adalah hasil gigitan seorang alpha yang menandai pria omega itu. Pastinya, tanda itu dibuat tak lama dari hari ini.

Kapan?

Kapan tanda itu dibuat?

Kalau dipikir-pikir kembali, akhir-akhir ini memang Osamu selalu memakai pakaian yang menutup lehernya atau kadang kala pria itu memakai syal untuk menutupi lehernya. Rintarou benar-benar tidak menyadari itu—mungkin karena beberapa hari ini Rintarou cukup disibukkan dengan tugas akhirnya dan kejadian kecelakaan yang menimpa papanya sampai ia tidak sadar jika Osamu sedang menutupi sesuatu darinya.

Terakhir kali mereka melakukan itu Rintarou ingat sekali jika tak ada satupun tanda pada lehernya. Meski saat itu Rintarou sedang setengah mabuk saat melakukannya.

Pertanyaan itu terus terlintas di kepala Rintarou sejak pagi tadi. Berusaha mengingat kembali kejadian-kejadian sebelumnya yang mungkin bisa memberinya jawaban atau sedikit clue untuk menjawab pernyataan lain di kepalanya.

Lalu ... siapa?

Dari semua pernyataan yang ada, pertanyaan ini yang benar-benar mengganggu Rintarou sampai ia jadi tak fokus untuk mengerjakaan tugasnya. Memikirkan siapa yang menandai Osamu benar-benar membuat Rintarou sedikit tak nyaman. Ada sesuatu yang mengganggu dirinya saat membayangkan jika Osamu ditandai oleh orang lain.

Tapi ... jika memang orang lain, itu ... siapa?

Rintarou jelas tahu jika Osamu tidak dekat dengan siapapun selain dirinya dan para ketua divisi kepercayaan papanya. Rintarou tahu lingkup pertemanan Osamu dan rata-rata semuanya bukanlah alpha. Jadi, tidak mungkin mereka menandai Osamu.

Seorang alpha yang cukup dengan Osamu selain dirinya adalah ....

"Oh? Suna-san?"

Rintarou tersentak mendengar seseorang memanggil namanya, ia segera menoleh ke samping. "Ya—Yamaguchi?"

Yamaguchi Tadashi.

Kekasih temannya; Tsukishima Kei.

Pria beta itu tersenyum ramah melihat jika benar orang yang ia sapa adalah Rintarou. "Sendiri aja?"

"Iya, lo juga? Tsuki mana?" tanya Rintarou kemudian mempersilahkan Tadashi untuk duduk.

"Tsuki lagi ketemu dospemnya, ini aku lagi nunggu dia," jawabnya.

Rintarou hanya mengangguk sebagai responnya. Jujur saja, ia memang tidak terlalu dekat dengan kekasih dari temannya itu karena Tadashi memang jarang dibawa Kei ke tongkrongannya. Berbeda dengan Keiji yang kadang sering dibawa Kotarou ke tongkrongan mereka dan Hajime (kekasih dari Tooru) yang sering Tooru ceritakan. Kei memang lebih tertutup dari yang lain sehingga ia jarang sekali berbicara tentang kekasihnya itu.

Tapi menurut Rintarou, Tadashi adalah orang yang ramah dan baik. Mungkin, jika pria itu bertemu dengan Osamu, mereka akan berteman baik seperti Osamu dengan Keiji.

Berbicara tentang Osamu ....

Itu membuat Rintarou memikirkan tanda itu lagi.

"Ada sesuatu yang terjadi dan mengganggumu, Suna-san?"

Rintarou menatap Tadashi di hadapannya terkejut karena pria itu sepertinya menyadari ada sesuatu yang mengganggu Rintarou. Mungkinkah raut wajahnya terbaca oleh pria itu atau memang Rintarou jelas sekali terlihat sedang memikirkan sesuatu?

Lantas Rintarou hanya menggeleng sambil menjawab, "Ah, engga kok. Ngga ada yang terjadi atau ganggu gue."

"Begitu?" responsnya namun terlihat seperti pria itu tak percaya dengan jawaban Rintarou.

"Ya, I'm fine, nothing happened."

Tadashi mengangguk. "Syukurlah jika tidak terjadi apa-apa. Soalnya kulihat, wajah Suna-san seperti sedang memikirkan sesuatu sejak tadi."

Benar kan.

Tadashi memang menyadari raut wajahnya.

"Wajah gue?"

"Iya."

"Kelihatan banget?"

Tadahi menggeleng. "Engga terlihat banget kok, cuman kalau aku perhatiin, memang wajah Suna-san seperti sedang memikirkan sesuatu."

Rintarou menyadari sesuatu. "Lo merhatiin gue dari tadi?"

Pria beta itu terkekeh kecil sambil menggaruk belakang kepalanya, tampak tak enak karena dirinya seperti sedang diam-diam memperhatikan Rintarou. "Maaf, sebenarnya aku sudah lihat kamu sejak beberapa menit yang lalu, cuman aku beli minum dulu baru nyamperin kamu, Suna-san." Tadashi menaikkan gelas minuman yang ia bawa ke atas sebentar untuk menunjukkan padanya jika dia memang beli minum sebelumnya. Rintarou hanya mengangguk saja tidak menaruh curiga apa-apa karena toh mana mungkin juga pria beta itu terlihat mencurigakan.

Tapi entah kenapa, Rintarou tidak ingin membicarakan masalahnya pada Tadashi sehingga kalimat yang keluar dari mulutnya justru;

"Apa lo tahu soal berita kecelakaan Ushijima Mieko 21 tahun yang lalu, Yamaguchi?"

Mendengar pertanyaan Rintarou tentu membuat Tadashi terkejut. Pertanyaan pria alpha itu benar-benar di luar dugaannya. "Kecelakaan Ushijima Mieko?" Tadashi bertanya balik untuk memastikan pendengarannya dan ketika Rintarou mengangguk, Tadashi balik bertanya lagi, "Ada apa memangnya?"

"Oh, engga kok." Rintarou memutar otaknya dan mencari alasan yang tepat. Ia kemudian meraih ponselnya dan melakukan pencarian di sana. "Gue ... sempet mikir mau lamar kerja di salah satu perusahaan milik Ushijima waktu udah lulus, terus engga sengaja lihat berita ini." Rintarou memberikan ponselnya yang berisi berita kecelakaan Ushijima Mieko 21 tahun lalu pada Tadashi. Berharap jika Tadashi percaya pada alasannya yang mungkin jika Tetsurou mendengarnya, pria alpha itu akan tertawa kencang karena mana ada seorang anak pemilik perusahaan malah melamar pekerjaan di perusahaan itu?

Toh, suatu saat, Rintarou akan mengambil alih perusahaan-perusahaan keluarganya.

Tapi sepertinya, Tadashi mempercayai alasan Rintarou karena tiba-tiba raut wajah pria itu terlihat antusias dari biasanya. "Itu tujuan yang bagus, Suna-san. Memang cukup sulit melamar pekerjaan di perusahaan besar seperti milik Ushijima apalagi kalau bukan dari bantuan rekomendasi kampus dan orang dalam. Itu pasti sih, karena Ushijima Group kan salah satu yang terbesar di negara ini, tentu mereka tidak mungkin asal memilih pekerja apalagi yang fresh graduate seperti kita nanti."

Benar apa kata Kei, kekasihnya itu sangat tertarik dengan dunia perbisnisan di Jepang.

Sekarang pria beta itu sedang memberi analisis padanya tentang bagian apa yang cocok untuk  Rintarou melamar di perusahaan papanya.

Rintarou mendengarkan semua yang Tadashi ucapkan sampai pria itu akhirnya menjawab pertanyaannya. "Berita itu aku tahu, meskipun sudah lama tapi beritanya kadang digunakan di jurusanku buat analisis kasusnya."

"Analisis? Apa aja tuh?"

"Hmm ... tentang isi berita satu dengan yang lainnya dan kejanggalan yang terjadi saat kecelakaan itu," jawab Tadashi. "Semua berita mengatakan jika mobil yang dikendarai Mendiang Ushijima Mieko menabrak pembatas jalan karena rem blong. Tapi ... hasil forensik melihat jika ada luka sayatan di dekat leher supir dan tembakan di dada Mendiang Ushijima Mieko. Mendengar itu, aku pikir itu bukan kecelakaan karena rem blong."

"Hasil ... forensik?" tanya Rintarou kebingungan, ia baru mendengar soal itu dari Tadashi.

Tadahi mengangguk. "Hal itu sebenarnya engga dipublish ke media. Tapi berita itu cukup jadi perbincangan katanya gitu, karena penasaran jadi aku bertanya pada dokter forensik yang menangani korban, dan yah ... itu memang benar."

"Siapa? Lo kenal?"

Tanpa perlu bertanya pun sepertinya Rintarou sudah tahu jawabannya jika Tadashi mengenal dokter itu. Tidak mungkin pria itu mendapatkan berita sebesar itu jika dia tidak kenal dekat dengan dokternya.

"Ayahnya Iwaizumi-san."

Mendengar itu membuat Rintarou bengong, ia bertanya lagi untuk memastikan. "Ayahnya Iwaizumi? Maksud lo, Iwaizumi pacarnya Oikawa?"

Tadashi mengangguk. "Kebetulan ayahku teman sekolah Ayah Iwaizumi-san."

"Ah ...." Rintarou tidak tahu harus merespon apa mendengar kebetulan yang memberinya kesempatan ini. Namun, Rintarou tidak bisa meminta Tadashi untuk mempertemukannya dengan ayah Hajime karena takut jika pria itu mencurigainya.

Apalagi ... Tadashi pasti tahu jika korban kecelakaan itu bukan hanya Supir dan Neneknya.

"Berita kecelakaan itu cukup ramai diperbincangkan kata Ayahku, karena saat kecelakaan tunangan Ushijima Wakatoshi juga berada di sana."

Ini dia.

Rintarou tak menanggapi dan menunggu Tadashi melanjutkan ucapannya.

"Dari berita yang aku baca, katanya Mendiang Nona Isabelle meninggal di tempat bersama anak di kandungannya."

Deg.

Jantung Rintarou berdetak kencang mendengarnya, membuat napasnya memberat seketika. Rintarou berusaha menahan emosi dalam dirinya yang tiba-tiba memuncak untuk mendengar ucapan Tadashi selanjutnya.

Tetapi pria itu tidak mengatakan apa-apa lagi.

Lantas, Rintarou bersuara, "Lo bilang dari beritakan? Aslinya ... lo ... tahu?"

Tadashi menggeleng.

"Semua media mengatakan hal itu, begitu juga dengan Ayah Iwaizumi-san."

"Jika Nona Isabelle meninggal bersama bayinya."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu