Langsung ke konten utama

Part 379; Solasta

Haiba Lev dan Hoshiumi Korai telah kembali dari misinya tentu dengan keadaan yang tak baik-baik saja. Kekalahan telak yang tak terbayangkan sebelumnya. Mereka gagal membunuh ataupun membawa Ushijima Rintarou malam ini, dan malah harus berhadapan dengan orang-orang Ushijima yang jumlahnya berkali-kali lipat dari mereka. Membuat mereka harus memilih mundur ketika Kageyama Tobio berhasil ditangkap.

Kehilangan Kageyama Tobio sangat merugikan mereka apalagi jika sampai mereka bertiga ditangkap.

"Sialan!" umpat Korai sambil memegang keningnya yang ternyata terdapat darah yang terus mengalir di wajahnya. Seluruh tubuhnya terasa sakit luar biasa karena harus bertarung lebih banyak dari biasanya dan melawan banyak musuhnya yang ternyata juga ahli dalam bertarung jarak dekat seperti dirinya.

"Kak Hoshiumi, sebaiknya segera obati lukamu," ujar Lev yang duduk di sofa dengan keadaan yang tak jauh beda dengan Korai. Tubuh tingginya terlihat berantakan dan banyak goresan luka di wajah dan tubuhnya karena petarung jarak jauh sepertinya dikepung dan mau tak mau harus bertarung jarak dekat karena Korai harus membantu Tobio yang tiba-tiba berubah diam.

"Kau juga, Haiba." 

Kunimi Akira menghampiri mereka sambil membawa kotak obat. "Aku sudah menghubungi dokter untuk mengobati luka kalian. Tapi sebelum itu, nih, bersihkan lukamu sendiri."

"Sendiri? Kak Kunimi engga mau bantu?" ujar Lev tampak tak percaya jika rekannya itu malah menyuruh mereka yang terluka untuk membersihkan luka mereka sendiri sebelum dokter datang.

Berbeda dengan Lev yang protes, Korai justru sudah duduk di samping Lev dan mulai membersihkan darah di keningnya. "Kau sudah besar, Haiba."

"Tapi lenganku sakit sekali kalau digerakkan gara-gara terlalu banyak menembak."

"Kau bisa pakai kakimu."

"Hah ... mana bisa aku—"

"Kalian sudah kembali?"

Deg.

Percakapan mereka sukses terhenti sekaligus mendadak kaku begitu mendengar suara Kita Shinsuke di samping mereka. Tak sadar sejak kapan pria alpa itu datang karena mereka tak menyadari apa-apa sampai pria itu bersuara. Padahal, mereka tak ingin bertemu dengan pria itu dekat-dekat ini apalagi setelah kegagalan mereka malam ini.

Haiba Lev memberanikan diri menjawab. "Su—sudah, Kak."

"Bagaimana hasilnya?" tanya Shinsuke. Melanjutkan langkahnya menghampiri mereka lebih dekat.

Pertanyaan yang dilontarkan Shinsuke memabg terkesan sederhana tetapi nada bicaranya benar-benar menakutkan. Meski wajah pria itu masih menampilkan senyum ramahnya, tapi tetap terlihat menyeramkan bagi mereka bertiga.

Apalagi pertanyaan Shinsuke terdengar jika pria itu memang sudah tau hasilnya namun sengaja untuk mendengarkannya langsung dari mereka.

"Gagal," jawab Akira. "Ushijima Rintarou tidak ada di unit apartemennya, dan kami masuk perangkap musuh."

"Begitu?"

Respons Shinsuke membuat ketiganya terdiam was-was. Menundukkan pandangan tak berani menatap Shinsuke yang kini meraih pisau berlumuran darah di samping Lev. Mencium aroma darah itu kemudian berkata, "Kalian melaksanakan perintah Tuan Komori untuk membunuh atau menangkap Ushijima Rintarou dan melaksanakannya hari ini. Dari pengamatan yang dilakukan Kageyama, Ushijima Rintarou akan kembali ke apartemen pukul 5 sore bersama bodyguard pribadinya."

"Tapi yang terjadi, Ushijima Rintarou tidak ada di sana dan kalian dikepung oleh lebih dari 30 orang-orang Ushijima. Berakhir, Kageyama ditangkap oleh mereka karena berhadapan dengan seseorang di masa lalunya."

"Lalu, cctv tiba-tiba tak bisa diakses dan kamera pengintai Kageyama dan Hoshiumi berhasil dirusak sehingga Kunimi tidak bisa membaca situasi di tempat kejadian dan tidak bisa memberi instruksi. Yah, hacker milik Ushijima memang sangat ahli dan dapat membaca situasi dengan matang, tidak heran."

Deg.

Ketiganya merinding tiba-tiba karena mendengar penjelasan Shinsuke atas situasi yang terjadi semuanya benar. Seperti Shinsuke memang berada di sana saat kejadian itu terjadi tapi saat mereka beraksi, Shinsuke tidak ikut—bahkan tidak tahu. Pria itu akhir-akhir ini bertugas di sekitar Sakusa Haru dan Sakusa Kiyoomi secara langsung.

"Aku benar, bukan?"

Mereka bertiga mengangguk. "Kalian tahu? Perintah Tuan Komori adalah keinginannya sendiri dan ditentang oleh Tuan Besar." Mereka bertiga saling tatap karena terkejut mendengar itu. "Pada dasarnya, tim ini terbentuk oleh Tuan Komori dengan tujuan mencari apakah anak dari Ushijima Wakatoshi dan Isabelle Albert masih hidup atau tidak. Urusan kedepannya, adalah perintah Tuan Besar Hiroshi."

"Ma—maaf—"

"Tidak perlu, Hoshiumi." Shinsuke menotong. "Ini bukan sepenuhnya kesalahan kalian. Tim ini dibentuk oleh Tuan Komori sehingga ucapan beliau adalah perintah bagi kita. Kalian hanya mengikuti perintah Tuan Komori."

Mereka bertiga masih diam menunduk. "Bacalah ini." Shinsuke memberikan berkas coklat kepada Kunimi membuat ketiganya akhirnya menaikkan pandangan mereka. Kunimi menerima berkas itu kemudian membacanya dengan telitit. "Karena misi yang Tuan Komori berikan gagal, kita akan kembali pada misi awal kita."

"Baik, aku mengerti."

Lev dan Hoshiumi saling tatap.

"Hoshiumi."

"Y—ya?" Korai langsung menoleh pada Shinsuke ketika pria itu memanggil namanya.

Shinsuke memberikan pisau berlumuran darah itu pada Korai. "Kau berhasil membunuhnya?"

Melihat pertanyaan Shinsuke merujuk pada darah di pisau itu membuat Korai langsung mengerti, ia menggeleng, "Tidak, aku hanya sempat menggores lehernya."

"Apa kau menyadari ada yang aneh dengan lehernya?" tanya Shinsuke menunjuk lehernya sendiri.

"Tidak aku—" Korai terdiam sebentar mengingat ketika ia yang berniat menebas kepala musuhnya tetapi tak bisa karena seseorang datang menolong. Saat Korai melihat leher pria itu ... di sana ....

Korai menatap Shinsuke yang tersenyum kecil. "Benar, dia seorang omega."

"Eh?" Akira dan Lev terkejut mendengarnya.

"Omega?" Lev bertanya. "Ushijima ... mempekerjakan omega?"

"Tidak mungkin dia omega," ujar Korai. "Dia terlalu ... tangguh untuk seorang omega." Korai tak bisa mencari kata yang dapat mencerminkan orang itu. Saat berhadapan dengannya, Korai akui memang teknik bela diri dan gerakan pria itu terlihat seperti seorang profesional. Setara bahkan melebihi Tobio yang seorang alpha.

Tapi apa itu? Omega?

"Pria itu sebelumnya bekerja di bawah perintah Semi Eita dan secara langsung terlibat dalam misi sejak kecil. Pria itu dapat memberikan ancaman sekaligus kesempatan bagi kita di situasi ini."

"Tinggal kita pilih, akan memanfaatkan Osamu seperti apa."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu