Langsung ke konten utama

Part 375; Solasta

 Krek ….

Pintu kamar Kenma terbuka setelah beberapa jam pria itu berada di dalam sana. Meninggalkan Tetsurou sendirian di ruang televisi ditemani dengan segelas air putih dan beberapa cemilan yang dia ambil dari kulkas—tentu setelah Kenma persilahkan. Melihat teman dari tuan mudanya itu masih berada di rumahnya dan sekarang sedang rebahan di lantai dengan televisi yang menyala namun dirinya malah asik bermain ponsel membuat Kenma menghela napas kecil.

Pria itu menghampiri Tetsurou. "Kau masih di sini?"

Mendengar suara Kenma, Tetsurou langsung bangkit sari rebahannya. "Eh kapan lo keluar kamar? Gue engga denger."

"Kamu asik main ponsel," jawab Kenma.

"Lo mau ke mana?" Melihat Kenma pergi meninggalkannya, Tetsurou langsung sigap berdiri dan menyusul pria itu. Baru saja Tetsurou senang karena akhirnya Kenma keluar dari kamarnya tapi pria itu malah pergi lagi.

Ternyata, Kenma berbelok menuju dapur dan membuka kulkasnya. Pria itu menoleh pada Tetsurou yang ternyata menyusulnya. "Kamu tidak mau makan malam?"

Tetsurou malah kebingungan.

"Ini sudah malam, dan aku belum makan."

Tetsurou butuh waktu untuk mencerna perkataan irit Kenma beberapa detik sebelum itu mengangguk mengerti. "Oh! Lo mau masak makan malam?" Tidak ada jawaban dari pria itu. "Bilang dong, gue pikir lo mau ninggalin gue lagi, Ken."

Kenma mengikat rambut hitam setengah kuning miliknya asal sehingga menyisakan beberapa helai poninya. Melihat Kenma mode kuncir itu membuat Tetsurou terkesima sampai tak sadar jika sejak tadi ia memperhatikan pria itu di tempatnya.

Dari semua hal yang Kenma miliki, Tetsurou sangat menyukai Kenma dengan rambutnya yang dikuncir. Entah kenapa, pria itu terlihat sangat cantik baginya.

"Daripada kamu bengong di sana, lebih baik bantu aku."

Tetsurou terperanjat, lamunannya buyar seketika. "Apa?"

Kenma menghentikan kegiatan memotongnya lalu menoleh kembali pada Tetsurou. "Kamu bisa masakkan?"

Tetsurou mengangguk. "Bisalah ... kan selama ini gue selalu masak buat Suna sebelum ada Osamu."

"Kalau gitu buatlah dirimu berguna."

Mendengar kalimat itu bukannya marah Tetsurou malah tersenyum senang. Dia langsung menghampiri Kenma yang kembali memotong sayuran dan bertanya apa yang harus dia bantu. Pria beta itu memberi instruksi pada Tetsurou yang langsung pria itu lakukan sesuai apa yang ia perintahkan.

Meski Kenma masih berbicara dengan datar dan singkat padanya, entah kenapa Tetsurou merasa jika sekarang hubungan mereka terlihat sedikit prosesnya. Jika dulu Kenma menolak untuk dekat dengannya, dan berbagi kegiatan bersamanya. Sekarang, pria itu sedikit memperbolehkan Tetsurou dekat dengan pria itu.

Seperti sekarang, Tetsurou pikir Kenma akan menyuruhnya diam di sana selagi dirinya memasak agar tidak adanya interaksi lebih lanjut di antara mereka.

Tapi sekarang?

"Lebih baik apinya dikecilkan sedikit agar cita rasa kuahnya tidak terlalu kuat," ujar Tetsurou ketika Kenma mulai menyalakan kompor.

"Memang berpengaruh?"

"Jelas, suhu kompor berpengaruh pada kematangan," jawab Tetsurou sambil mengecilkan api kompor tersebut. "Cita rasa makanannya pun akan berbeda jika dimasak di api yang besar dan yang sesuai."

"Contohnya kayak nasi goreng di restoran bintang lima dan nasi goreng di tempat biasa. Cita rasanya pun pasti berbeda."

"Menurutku sama-sama enak," jawab Kenma. "Selagi bisa dimakan, enak."

Tetsurou tertawa mengingat jika Kenma memang tipe orang yang tidak banyak komentar soal cita rasa dari makanan. Jika menurutnya bisa dimakan, ya enak-enak saja.

Ia jadi ingat ketika mereka pergi jalan-jalan bersama. Ketika Tetsurou meminta pendapat Kenma tentang makanan yang mereka makan, pria itu akan merespons; "Enak." saja tanpa ada ekspresi yang berbarti.

Tetsurou jadi ingin melihat Kenma berbicara selain 'enak' ketika mengomentari makanan.

"Nanti ...."

Kenma menoleh pada Tetsurou yang bicara. Pria alpa itu menatap padanya kemudian tersenyum kecil pada Kenma. Membuat jantung Kenma sedikit berdetak lebih kencang dari sebelumnya karena terkejut melihat Tetsurou yang tersenyum padanya. "Gue bakal masakin makanan buat lo dan bikin lo ngomong kata selain 'enak' waktu nyoba makanan."

"Eh udah mateng."

Setelah mengatakan itu, Tetsurou langsung mematikan kompor ketika melihat makanan mereka sudah matang dan menyiapkannya. Tidak sadar jika Kenma hanya diam di tempatnya karena merasa tak nyaman oleh detak jantungnya yang tiba-tiba memburu ini.

Apa ini ....

Tetsurou memang selalu tersenyum ketika berbicara dengannya. Pria alpa itu memang memiliki banyak ekspresi yang ditunjukkan dan tak pernah kehabisan topik pembicaraan ketika bersama Kenma yang irit dan malas mencari topik perbincangan.

Kenma tahu jika teman kecil dari Rintarou itu memiliki ketertarikan dengannya. Sejak pertama kali mereka bertemu, dan pertemuan lainnya, Kenma memang menyadari itu, karena Tetsurou tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya.

Meski Kenma berusaha untuk bersikap cuek dan tak memberi respons lebih pada Tetsurou, pria itu tetap tak lelah untuk mendekatinya. Meski kenpa berusaha merespons semua kode yang Tetsurou ucapkan seolah-olah Kenma tidak peka pada perasaannya, pria itu tetap berusaha mendekatinya.

Itu membuat Kozume Kenma tak mengerti dengan Kuroo Tetsurou.

Kenapa ... pria alpa itu tertarik padanya yang hanya seorang pria beta?

Bukannya tidak ada hal menguntungkan yang bisa Tetsurou dapatkan dari pria beta seperti dirinya.

"Ken?"

Kenma mengerjab, kemudian menangkap jika Tetsurou sedang menatapnya khawatir di sampingnya. Ah ... sepertinya Kenma melamun tadi sampai tidak sadar jika mereka sudah selesai makan malam dan sekarang berada di ruang televisi, menonton film yang Tetsurou rekomendasikan untuk mereka tonton bersama.

"Ya?" jawabnya kemudian menyimpan lipatan tangannya di atas meja. Menghindari tatapan Tetsurou padanya.

"Lo ngelamun?" tanyanya dan langsung dijawab gelengan oleh Kenma. "Masa? Gue ngerasa lo ngelamun."

"Aku engga melamun," jawab Kenma.

"Lo ngelamun."

"Engga."

"Ngelamun."

"Engga." Kenma menoleh pada Tetsurou. Memberinya peringatan untuk tak ngotot mengatakan jika dirinya melamun dengan tatapan matanya.

Tetsurou terdiam. Tatapan mata Kenma memang tidak mempengaruhinya karena dirinya adalah seorang alpa. Tapi, entah kenapa ... membuatnya takut.

Takut jika setelah ini Kenma akan kembali cuek padanya setelah progres yang mulai muncul di antara mereka.

"Maaf."

Mendengar permintaan maaf Tetsurou membuat Kenma terkejut. "Apa?"

"Maaf kalau bikin lo ngga suka," jawabnya. "Gue cuman khawatir liat lo ngelamun tadi, takut ada sesuatu hal yang terjadi sampe bikin lo ngelamun. Maaf deh, kalau dugaan gue salah."

Kenma tak menanggapi, dalam dirinya sebenarnya Kenma sangat terkejut mendengar ucapan maaf Tetsurou meski tak terlihat langsung dari ekspresi wajahnya.

Dilihat dari insting alpa, Tetsurou seharusnya sudah marah dan memberi peringatan pada Kenma karena sikapnya yang terlihat menggertak seorang alpa. Tetsurou seharusnya sudah memberinya dominansi dengan feromon alpanya karena sikap kurang ajar seorang beta yang berani melawan alpa.

Tapi tidak.

Tetsurou justru meminta maaf padanya.

"Apa ...."

Tetsurou mengangkat alisnya. "Ya?"

"Apa yang kamu harapkan dari seorang beta sepertiku?"

Hening.

Tetsurou tidak langsung menjawab karena tak mengerti pertanyaan Kenma mengarah pada apa. Lantas Tetsurou balik bertanya, "Ke—kenapa?"

"Kamu pasti sering bertemu dengan pria omega dan wanita di luar sana, tapi apa yang kamu harapkan dari pria beta sepertiku?"

Kenma memperjelas pertanyaannya.

Tapi Tetsurou sepertinya tidak tahu harus menjawab apa.

Untuk itu, Kenma merubah posisi duduknya menghadap Tetsurou dengan sebelah tangan terkepal di atas meja. "Aku tahu kamu tertarik padaku. Tapi Kuro, aku pria, beta. Tidak ada yang bisa kamu dapatkan dariku jika kamu menginginkan aku. Seorang alpa seharusnya bersama omega, bukan bersama beta. Jika kamu tidak mementingkan status, kamu bisa mencari wanita beta, Kuro."

Tetsurou terdiam, mulutnya tak bisa berkata apa-apa ketika Kenma pertama kali bicara panjang lebar padanya. Antara senang atau bingung karena Kenma mempertanyakan suatu hal yang seharusnya tak perlu ditanyakan.

Apa yang dia harapkan dari pria beta?

Tetsurou jadi teringat ucapan Kei ketika dirinya bertanya kenapa temannya itu memilih berkencan dengan Tadashi yang seorang beta.

"Kita hidup di dunia dimana kita bebas mencintai dan bersama siapapun. Meski sebagian orang masih terpaku pada hirearki dimana pria alpha hanya boleh bersama pria omega, wanita omega, dan wanita alpa atau beta hanya boleh bersama beta dan omega hanya boleh bersama alpha. Tapi pemerintah tidak memiliki peraturan tertulis seperti itu asalkan bukan 'fated mate'. Gue cinta Tadashi, dia juga begitu, engga ada salahnya buat sama-sama kan?"

"Selagi kita bisa hidup di dunia ini, lo bebas buat mencintai dan memiliki siapapun, Kur."

Tetsurou menyentuh sebelah pipi Kenma tanpa sadar. Pria itu tersentak kecil karena terkejut merasakan sentuhan tangan pria itu di pipinya. Meski begitu, Kenma sama sekali tidak menepis tangan Tetsurou atau pergi menjauh. Pria beta itu diam di tempatnya masih menatap Tetsurou untuk menunggu jawaban pria itu.

"Yang gue harapkan adalah bisa milikin lo Ken." Tetsurou menarik napas. "Mau apapun status lo, gue ngga peduli, yang gue peduli adalah karena itu lo, Ken."

"Gue tertarik sama lo karena lo Kozume Kenma, bukan karena status lo."

Giliran Kenma yang terdiam. Pria beta itu tak tahu harus bicara apa mendengar jawaban Tetsurou yang lagi-lagi membuat jantungnya berdatak tak nyaman. Ditatap intens seperti ini, apalagi dengan tangan pria itu yang menyentuh pipinya, membuat debaran jantungnya semakin tak nyaman dan wajahnya yang sedikit memanas.

Kenma menarik lengan Tetsurou menjauh dari sana. Tetapi pria itu tak mengizinkan Kenma dan malah menangkup wajah Kenma dengan kedua tangannya.

Apa ini .... Kenma bersuara dalam hati. Kalau seperti ini dia bisa mendengar suara jantungku.

Kenma memegang tangan Tetsurou. "A—aku mau per—"

Sebelum Kenma sempat menyelesaikan ucapannya. Bibirnya sudah terkunci oleh bibir Tetsurou yang tiba-tiba menciumnya.

Membuat tubuh Kenma mematung di tempat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu