Langsung ke konten utama

Part 366; Solasta

 Osamu sedikit bingung melihat Rintarou yang kini merebahkan kepalanya pada pangkuan Osamu dengan kedua lengannya yang memeluk erat pinggang rampingnya. Saat Osamu datang—ke dalam kamar Rintarou yang sedikit gelap karena hanya lampu meja belajar dan lampu kecil (bukan utama) yang dihidupkannya—dirinya langsung ditarik oleh Rintarou untuk duduk di atas ranjangnya selagi dirinya merebahkan diri dan mengambil posisi seperti sekarang. Membenamkan seluruh wajahnya pada perut Osamu yang tertutup hoodie biru kebesaran miliknya.

Osamu tentu saja tidak bisa menolak. Ia hanya duduk diam di sana sambil mengelus pelan helai rambut Rintarou memberinya kenyamanan untuk tidur di pangkuannya. Mungkin, Rintarou penat karena harus bergelung dengan tugas akhirnya hari-hari ini. Sejak menyusun tugas akhirnya, Rintarou belum pergi nongkrong bersama teman-temannya seperti biasanya dia lakukan.

Mungkin Rintarou butuh istirahat sejenak dari tugas-tugasnya. Makanya, Osamu membiarkan Rintarou untuk tertidur memeluknya.

Tapi tetap saja, ada sesuatu hal yang tak mengenakan yang Osamu rasakan pada Rintarou. Apalagi melihat mimik wajah pria itu saat ia datang—yang entah kenapa berbeda dari biasanya. Itu membuat Osamu sedikit khawatir padanya.

Lantas, Osamu memanggil Rintarou sambil tetap mengelus helai rambutnya. "Rintarou?"

"Hm?" Rintarou menjawabnya dengan gumamam dan tak merubah posisinya sama sekali. Osamu dapat merasakan getaran diperutnya ketika Rintarou menjawab pertanyaannya.

"Something's wrong?" tanya Osamu pelan.

"Nope."

"Are you sure?" tanya Osamu lagi, memastikan. "I have a feeling that something happened to you."

"How can you have that feeling?"

"Maybe ... a hunch?"

Osamu dapat mendengar suara tawa Rintarou di sana disusul kepalanya yang bergerak ke samping untuk melihat wajah Osamu di atasnya. "A hunch? Gimana bisa karena firasar, Sam?" kekehnya.

Pipi Osamu sedikit mengembung sebal mendengar Rintarou yang sepertinya tidak percaya dan malah menganggap ucapan Osamu adalah lelucon. "Ya ... memang firasat aku? Waktu aku masuk ke sini, lihat wajah Rintarou, entah kenapa aku punya firasat sesuatu terjadi pada Rintarou."

"Wajah gue?"

"Iya," jawab Osamu sambil menganggukan kepalanya. Wajah pria omega itu tampak serius dan sepertinya berusaha untuk terlihat serius agar Rintarou dapat menjawab pertanyaannya dengan serius juga.

Rintarou mengganti posisi tidurnya yang tadinya tengkurap menjadi terlentang. Tentu dengan paha Osamu sebagai bantalannya agar ia dapat melihat wajah Osamu di sana. "Lo notis?"

Osamu mengangguk sebelum menjawab pelan, "Jadi ... benar? Sesuatu terjadi pada Rintarou?" Mimik wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Sebenernya ... bukan sesuatu hal yang besar, cuma ... entah kenapa itu sedikit mengganggu gue."

Osamu menatap Rintarou penasaran ketika mendengar jawabannya. "Apa itu?" kepalanya tertunduk untuk melihat Rintarou di bawah sana yang ternyata tak lepas menatap wajah Osamu. "Apa yang terjadi pada Rintarou?"

Jantung Rintarou kembali berdetak tak nyaman begitu mengingat percakapannya dengan Tetsurou beberapa waktu lalu. Bukan soal dirinya dan Tetsurou yang memiliki mimpi yang sama dan berpikir jika mereka pernah bertemu dengan Osamu sebelumnya. Ya, bukan soal itu ....

"Gue mau nyadarin lo aja si, sebelum lo nyesel kehilangan Osamu sebelum lo sempet nyatain perasaan lo."

Namun, tentang ucapan Tetsurou padanya.

Mendengar kalimat kehilangan Osamu benar-benar membuat perasaan Rintarou mendadak tak nyaman. Rasa takut tiba-tiba muncul begitu pikiran-pikiran tentang kehilangan Osamu muncul di kepalanya, dan membayangkan bagaimana Osamu pergi dari hidupnya. Semua itu benar-benar membuat Rintarou merasa tak nyaman, sampai ia tanpa sadar meminta Osamu ke kamarnya karena ia ingin memastikan jika pria omega itu masih berada di sini; bersamanya.

Masih bisa ia lihat senyum, tawa, dan mendengar suaranya.

Masih bisa ia peluk dengan erat seperti ini.

"Then what am i to you?"

Hening.

Tidak ada jawaban dari Rintarou setelah beberapa menit Osamu tunggu. Pria alpha itu justru menatap wajahnya dengan ekspresi yang tak bisa Osamu mengerti. "Rintarou ja—"

"What am I to you?"

Ucapan Osamu terputus begitu saja ketika Rintarou memotong ucapannya dengan pertanyaan yang tak Osamu sangka sama sekali. Saking terkejutnya, Osamu hanya bisa merespon. "H—huh?" dengan wajah kebingungan.

"Waktu itu, lo pernah tanya what am I to you ke gue," jawab Rintarou menjawab kebingungan Osamu. "Lo inget?"

Osamu tentu saja mengingat percakapan itu. Percakapan yang membuat mereka sedikit canggung setelahnya dan pertanyaan yang Osamu coba tanyakan pada Rintarou setelah insiden penandaan yang pria itu lakukan padanya.

Lantas, Osamu mengangguk kecil sebagai jawabannya.

Melihat jawaban Osamu, meraih tangan Osamu yang berada di dekat rambutnya untuk ia genggam dan bawa pada dadanya. Di sana, Osamu dapat mendengar detak jantung Rintarou yang berdetak kencang. Genggaman tangan Rintarou di sana sangat erat dengan tatapannya yang tak lepas dari Osamu.

"I think of you like this."

Kening Osamu sedikit mengkerut kebingungan tapi jantungnya ikut berdetak kencang seperti Rintarou. "Ma—maksud Rintarou?"

"You are very important to me," jawabnya. "and I don't want to lose you in my life." Rintarou membawa genggaman tangan mereka untuk ia kecup. Ibu jarinya mengelus punggung tangan Osamu di tempat yang sama dengan kecupan yang ia berikan. "So please don't leave me ... because ...."

Rintarou menggantung jawabannya. Bibirnya keluh ketika kepalanya berusaha memikirkan alasan kenapa ia tak ingin Osamu pergi darinya padahal hatinya telah menggemakan sebuah jawaban. Semua tiba-tiba berkecamuk di dalam Rintarou sampai akhirnya sebuah kalimat terlontar di bibirnya;

"Because I don't want to lose you."

Rintarou langsung merutuki dirinya dalam hati ketika sadar ucapannya muter-muter. Ujungnya dia hanya mengatakan kalimat yang sudah ia katakan sebelumnya. Wajahnya tiba-tiba memerah malu sampai membuat Osamu terkejut. Rintarou segera menutup matanya dengan sebelah tangan saat tak bisa menyembunyikan rasa malunya.

Tapi Rintarou mendengar suara tawa Osamu. Pria omega itu tertawa kecil karena melihat tuannya malu sendiri karena ucapannya. Benar-benar langka melihat Rintarou tersipu malu seperti ini.

"Ke—kenapa ketawa" ucap Rintarou masih dengan menutup mata dengan tangannya.

"Habis ... Rintarou lucu banget," tawanya.

"Gue ngga lucu tau!" sebalnya.

Ketika tawa Osamu semakin surut tak terdengar, Rintarou membuka matanya untuk melihat apa yang Osamu lakukan.

Tetapi, tindakan Osamu selanjutnya membuat Rintarou mematung.

Cup.

Osamu mengecup bibir Rintarou pelan. Kepalanya tertunduk agar bisa mencapai bibir Rintarou yang sedikit terbuka karena terkejut melihat Osamu yang lebih dulu menciumnya.

Pria omega itu melepaskan kecupannya dan tersenyum sampai membuat kedua matanya menyipit. Membuat semburat merah di kedua pipi Rintarou tak memudar karena melihat betapa indah senyum pria itu di hadapannya dengan jarak sedekat ini.

"I won't leave you, Rintarou." Osamu meraih kedua pipi Rintarou dengan kedua tangannya. "That's my promise to you."

Rintarou terdiam, ia tak bisa menjawab apapun. Kedua tangannya pun meraih kedua pipi Osamu seperti apa yang pria itu lakukan. Kedua jarak di antara mereka kian menipis ketika Rintarou memberanikan diri untuk mendekat padanya, dan ketika tak ada penolakan dari sang omega, ia kembali mempertemukan kedua belah bibirnya pada Osamu.

Osamu menyambut ciuman itu. Membalas kecil kecupan serta lumatan-lumatan kecil yang Rintarou berikan padanya. Namun, semua itu hanya berlangsung beberapa menit saja sampai Rintarou mulai berani lebih mendominan ciuman mereka dan menuntut Osamu untuk lebih dari ini.

Sampai tanpa sadar kini Rintarou sudah berada di atas Osamu. Mengukung pria omega itu di bawahnya dengan tak membiarkan pangutan mereka terlepas.

Tangan Rintarou juga tak kenal diam, terus mengelus pinggang ramping Osamu dan menyusup masuk ke dalam sana. Mengelus kulit mulus pria itu sampai ke punggungnya, membuat Osamu tanpa sadar mengeluarkan desahan pertamanya.

Ciuman Rintarou kini berpindah pada daun telinga pria itu sehingga Osamu bebas mengeluarkan suaranya tanpa dikunci oleh bibir dan lidah Rintarou. Tangan Osamu meremat helai rambut Rintarou ketika pria itu menghembuskan nafasnya dengan sensual di sekitar telinga untuk menggoda Osamu.

"Can we do it now?"

Rintarou bertanya pelan, dirinya meminta persetujuan Osamu tapi tangannya tak diam di dalam pakaian Osamu. "If you allow me, I won't stop ."

"But if you don't let me, I will stop."

Sial ....

Osamu ingin mengumpat itu sekarang juga pada Rintarou. Siapa juga yang akan memintanya berhenti ketika tangannya terus menggoda Osamu seperti ini?!

"You can do it now."

Mendengar jawaban Osamu, tanpa basa-basi lagi Rintarou membuka hoodie biru kebesaran yang Osamu kenakan dan membuangnya entah kemana. Bibir mereka kembali bertemu dengan ciuman yang lebih panas dari sebelumnya. Lidah Rintarou sudah benar-benar menguasai permainan mereka bahkan kedua tangannya sudah menjamah tubuh Osamu.

Saat ciuman panas itu turun menuju leher Osamu, saat itu juga Rintarou menemukan sesuatu di sana.

Sebuah tanda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu