Langsung ke konten utama

Part 41; Solasta S2

 Pria itu benar-benar menunggunya seperti apa yang ia katakan beberapa jam lalu. Melihat itu, tentu membuatnya terkejut sampai-sampai ia berdiri termangu ketika lift membawanya sampai di lantai dasar. Sang manajer yang berada di sampingnya menepuk pundak gadis itu kemudian berkata, "Shimizu-san, anda baik-baik saja?"

Suara sang manajer menyadarkan Kiyoko. Gadis alpha itu tersenyum kaku kemudian menjawab, "Aku baik-baik saja kok. Ah, aku duluan ya!" Kemudian berpamitan pada sang manajer sebelum menghampiri seorang pria yang duduk di salah satu sofa tunggu dekat resepsionis sambil memainkan ponselnya. Saat Kiyoko hampir tiba, pria itu menoleh membuat Kiyoko tak bisa untuk tidak menerbitkan senyum di bibirnya. "Ah—hai Rintarou-kun, maaf membuatmu menunggu lama."

Rintarou menggeleng kemudian menyimpan ponselnya di saku. "Pekerjaanmu udah selesai?" tanyanya sambil bangkit dari duduknya.

"Sudah kok, Rintarou-kun."

"Kita pergi sekarang?" tanyanya.

Kiyoko mengangguk mengiyakan. Mengikuti langkah Rintarou yang lebih dulu untuk membawanya menuju tempat mobilnya terparkir. Kiyoko berusaha menyamakan langkahnya agar tidak tertinggal dari langkah Rintarou yang besar. Sadar jika langkah Rintarou terlalu cepat untuk Kiyoko—dan sadar status mereka sekarang—ia memperlambat langkah kakinya dan berjalan merapat pada Kiyoko. Hal itu tentu membuat Kiyoko tersenyum kecil. Meski tanpa bergandengan tangan; berjalan bersisian seperti ini sudah membuat Kiyoko senang.

Berjalan beriringan tentu membuat banyak pasang mata yang menatap mereka penasaran atau bahkan terkejut karena melihat sepasang kekasih yang menjadi bahan perbincangan akhir-akhir ini sedang berjalan bersama-sama di tempat umum. Beberapa ada yang berbisik membicarakan mereka secara terang-terangan dan bahkan ada yang diam-diam memotret mereka sampai keduanya masuk ke dalam mobil dan pergi dari area parkir.

Mendapatkan perlakuan seperti itu tentu sangat membuat Rintarou tak nyaman. Meski selama kuliah ia cukup terkenal di kalangan mahasiswa tapi kondisinya kali ini berbeda saat dulu. Dulu, ia tak perlu berpikir dua kali untuk bertindak dan tak peduli ada yang berpikir buruk tentangnya. Tapi sekarang, ia harus menjaga sikap dan tindakannya karena hal itu bukan hanya berpengaruh pada dirinya; tetapi pada keluarganya juga. Berbeda dengan Kiyoko yang sudah tebiasa dengan hal ini. Hidup di dunia hiburan selama bertahun-tahun dengan segala hal yang telah ia lewati membuat Kiyoko terbiasa dengan berbagai asumsi netizen padanya.

Tak ada percakapan yang tercipta saat mobil Chevrolet Camaro milik Rintarou melaju meninggalkan gedung tempat pemotretan Kiyoko. Rintarou sibuk memfokuskan dirinya pada jalanan ibu kota yang tak terlalu padat seperti biasanya sedangkan Kiyoko berusaha mencari topik pembicaraan.

"Kamu beneran ngga ada kerjaan malam ini, Rintarou-kun?" tanya Kiyoko membuka percakapan.

"Iya," jawab Rintarou tanpa menoleh dari jalanan; tetap fokus menyetir.

"Begitu ...," responsnya. "Aku kaget waktu Rintarou-kun ajak makan malem bareng, biasanya kan Rintarou-kun selalu sibuk sama kerjaan."

'Sebenernya pekerjaanku banyak banget tapi papa sialan malah menyuruhku mengajakmu makan malam.'

Rintarou ingin sekali mengatakan itu tetapi tentu ia tak mungkin mengatakannya. Pria alpha itu hanya tersenyum kemudian menjawab, "Karena aku selalu sibuk makanya jadi engga ada waktu untukmu. Jadi, selagi ada, aku gunakan untuk bertemu denganmu."

Kiyoko tertawa mendengarnya. "Tapi sayang ya waktu kamu luang, akunya yang ada kerjaan."

"Tidak apa, aku akan menunggumu."

"Walaupun itu selamanya?"

Deg.

Rintarou terdiam.

Apa itu?

Ucapan Kiyoko seperti pernah ia dengar sebelumnya. Seperti pernah diucapkan seseorang sebelumnya. Seperti—

Ah, benar juga.

Rintarou pernah mendengarnya dari Osamu.

Melihat Rintarou yang diam saja, Kiyoko memanggil Rintarou, "Rintarou-kun? Kamu kenapa?"

"..."

"Rintarou-kun?"

"Huh?" Rintarou mengerjab. Menyadari sikapnya kemudian ia menggeleng dan kembali fokus pada jalanan. "Maaf, aku baik-baik saja kok."

"Benarkah?"

"Iya, aku baik-baik saja kok, Kiyoko." Rintarou meyakinkan Kiyoko dengan senyumnya yang berusaha ia ciptakan sealami mungkin. "Aku bakal nunggu kok," kemudian menjawab pertanyaan Kiyoko meski tak sesuai dengan pertanyaannya.

Rintarou kembali menatap jalanan dengan pikiran yang melayang-layang lagi. Bukan hal yang bagus ketika dirinya kembali diingatkan oleh kenangan-kenangan yang berusaha ia lupakan. Meski Rintarou berusaha dan memantapkan hatinya untuk melupakan sosok itu, tapi setiap ada celah yang membuatnya kembali mengingat tentangnya; Rintarou akan kembali mengingat masa itu. Saat hari-harinya diisi oleh kehadiran sosok itu di hidupnya. Berakhir membuat suasana hatinya memburuk karena terus teringat oleh sosok itu.

Osamu.

Sudah beberapa bulan berlalu sejak Osamu meninggalkannya. Sudah beberapa bulan juga dirinya menjalani hidup sebagai pewaris tunggal keluarga Ushijima. Menjalani hidupnya tanpa sosok Osamu di setiap harinya.

Tanpa kehadiran omeganya.

Sudah beberapa bulan juga dirinya mengenal Shimizu Kiyoko. Sejak pertemuan yang sangat tak Rintarou sukai atas keputusan Papanya untuk menerima perjodohan ini dengan alih-alih sebagai pewaris, Rintarou memerlukan seorang pasangan yang dapat menciptakan keturunan true alpha sebagai penggantinya kelak. Rintarou jelas menolah dengan tegas pada Papanya.

Tapi, keputusan Papanya adalah mutlak.

Ada sebuah ide di pikirannya untuk menggagalkan perjodohan ini dengan membuat pasangannya tidak nyaman dengan sikapnya. Dengan begitu, perjodohan ini tidak dapat berjalan seperti apa yang Papanya mau.

Tapi ....

Melihat sebaik apa gadis itu, membuat Rintarou berpikir dua kali untuk menjalankan rencananya.

Shimizu Kiyoko, dilihat dari sisi manapun gadis itu sangat baik. Menerima perjodohan ini tanpa banyak pertanyaan dan berusaha mengerti sifat dan sikap Rintarou dengan baik—tanpa menuntut lebih padanya meskipun sering kali Rintarou bersikap tak baik padanya; mengacuhkan Kiyoko, tak memiliki inisiatif padanya, dan tak berusaha untuk lebih dekat dengannya.

Meski Rintarou menolak Kiyoko, Rintarou tetap menyadari bahwa Kiyoko berusaha sebaik mungkin untuk bisa bersama dirinya walau Rintarou tidak tahu; apakah Kiyoko memang menyukai dirinya atau karena tuntutan keluarganya.

Memikirkan ini membuat Rintarou merasa bersalah karena harus melibatkan Kiyoko dalam masalahnya.

"Tidak apa kok, Rintarou-kun."

Rintarou menoleh mendengar suara Kiyoko. Tunggu! Apakah Kiyoko mengetahui apa yang Rintarou pikirkan?

"Meskipun Rintarou-kun engga bisa nunggu aku selamanya, ditunggu hanya satu detik sama Rintarou-kun sudah membuatku cukup bersyukur." Kiyoko menoleh, tersenyum hangat pada Rintarou yang tertegun menatapnya.

Kiyoko ....

Benar-benar membuat Rintarou merasa bersalah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu