Langsung ke konten utama

Part 26; Solatas S2

 Sejujurnya Tetsurou sangat terkejut melihat sosok pria yang selama ini ia sukai menjadi seseorang yang ia lihat pertama kali ketika dia membuka matanya—meskipun ketika Tetsurou bangun rasa pening langsung menyerang kepalanya tetapi hal itu langsung teralihkan begitu melihat pria itu di sana. Duduk di samping dirinya yang terbaring di ranjang dengan handuk kecil yang ia remas untuk kemudian mengompres kepalanya. Melihat Tetsurou sudah bangun tentu membuat pria itu terkejut.

Hampir membuatnya jatuh dari tempat duduk.

"Ke—Kenma?" panggil Tetsurou pelan sedikit memastikan jika sosok yang dia lihat ini adalah Kozume Kenma. Bukan hanya khayalannya semata.

Tetsurou ingat jika dirinya mabuk semalam. Ia khawatir jika dirinya masih mabuk sehingga muncul khayalan seperti ini.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Kenma.

"Lo ... Kenma, kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Kenma, ia malah balik bertanya. Kenma hanya mengangguk sebagai jawaban meskipun bingung kenapa Tetsurou bertanya seperti itu. Pria beta itu mengulangi pertanyaannya yang tak dijawab oleh Tetsurou dan langsung dijawab dengan cepat. "Lumayan tapi agak pusing, cuman oke kok."

Kening Kenma mengerut karena mendengar jawaban Tetsurou yang berantakan. Mungkin kah efek alkoholnya masih ada? Namun, Kenma tak mengambil pusing soal itu. Ia kemudian bangkit dari duduknya. "Kalau sudah membaik, lebih baik kamu bersihkan tubuhmu."

Kenma baru akan pergi tetapi pergelangan tangannya langsung ditahan oleh Tetsurou. "Lo mau kemana?" tanya Tetsurou. Kenma dapat melihat raut wajah pria alpha itu yang terlihat panik seperti takut jika dia tinggalkan. "Lo ... mau pergi?"

"Iya." Kedua bola mata Tetsurou terbelalak kaget mendengar jawaban Kenma. "Aku—"

"Kenma!"

Eh?

Ucapan Kenma terpotong begitu saja karena Tetsurou tiba-tiba memeluk pinggangnya sambil merengek. Menahan Kenma untuk pergi. "Jangan pergi dulu, di sini dulu, temenin gue."

Eh?

"A—aku harus pergi," jawab Kenma agak kelabakan sambil berusaha menyingkirkan Tetsurou yang terus merengek sambil memeluk pinggangnya. Tapi tenaga Kenma tentu tidak sekuat pria alpha itu, sehingga sia-sia saja Kenma berusaha melepaskan diri karena itu malah membuat pelukan di pinggangnya makin erat.

"Kenapa pergi ... kan bisa di sini dulu ...," rengeknya. "Kita baru ketemu lagi loh ... lo engga kangen apa sama gue?"

"Engga?"

Bug!

Seperti ada yang memukul dadanya ketika mendengar jawaban Kenma yang tanpa berpikir dulu.

Kenma malah semakin bingung dengan tindakan Tetsurou. Sepertinya benar jika pria itu masih dipengaruhi oleh alkohol semalam. Tapi, ada sedikit perasaan aneh juga yang tiba-tiba muncul dan itu membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya—mungkin, karena Tetsurou yang tiba-tiba memeluk pinggangnya seperti ini.

Rengekan Tetsurou terus terjadi. "Kuro, aku hanya perlu pergi sebentar."

"Kemana?"

"Ke dapur."

Eh?

Rengekannya berhenti, Tetsurou mendongak untuk melihat Kenma. "Dapur?"

"Iya, aku perlu memasak untuk sarapan," jawab Kenma. "Setelah itu kita bisa sarapan bersama."

Mendengar jawaban Kenma pelukan di pinggangnya berangsur mengendur. Tetsurou dengan kaku melepaskan pelukannya kemudian duduk dengan benar di atas ranjang.

Jadi maksudnya Kenma itu pergi ke dapur? Bukan pergi dari gue? Dari apartemen gue?

Tetsurou menutup wajahnya dengan kedua tangannya malu.

Astaga ... bisa-bisanya gue salah paham! Mana gue ngerengek kayak gitu lagi. Bodoh banget ... Kenma pasti nambah ngga suka sama gue!

Kening Kenma mengeryit melihat lagi reaksi Tetsurou. Apa yang sebenarnya pria alpha itu pikirkan?

"O—oke, nanti gue ke dapur abis mandi," ujar Tetsurou tanpa melihat Kenma; menundukkan pandangannya.

"Iya," jawab Kenma, sekali lagi melihat Tetsurou yang menunduk kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu.

Melihat reaksi pria itu sepertinya Tetsurou salah paham dengan ucapannya barusan. Mungkin kah dia berpikiran jika Kenma langsung pulang setelah dirinya sadar dari mabuk? Tapi ... kenapa harus sampai merengek seperti itu? Lagipula Kenma juga tidak mungkin langsung pulang karena dia perlu menanyakan sesuatu pada Tetsurou. Jika dia langsung pulang, sia-sia Kenma mencarinya semalam dan menunggu pria itu sadar dari mabuknya.

"Kita baru ketemu lagi loh ...."

"Lo engga kangen apa sama gue?"

Langkah Kenma terhenti ketika ia membuka pintu kamar Tetsurou. Genggaman tangannya pada kusen mengerat, ia memanggil, "Kuro."

Dipanggil, Tetsurou langsung menoleh pada Kenma yang berdiri di ambang pintu tanpa menoleh padanya. "Senang bertemu lagi."

Setelah mengatakan itu Kenma langsung pergi dari sana, menutup pintu kemudian berlari tergesa-gesa ke arah dapur dengan wajah memerah sempurna.

Sial ... kenapa aku bicara seperti itu?

Sedangkan Tetsurou hanya bengong di dalam kamarnya karena tidak mengerti maksud dari ucapan Kenma barusan.

Senang bertemu lagi?


*



*



*


Tetsurou terus memikirkan ucapan Kenma—bahkan sampai saat mereka sarapan bersama. Duduk saling berhadapan dengan makanan masing-masing yang dibuat pria beta itu. Hanya menu sarapan biasa karena hanya itu bahan-bahan yang bisa Kenma temukan di dalam kulkas. Entah karena stok makanannya yang habis atau Tetsurou tidak sempat menyetok makanan.

Padahal pria itu kan bisa masak?

Jika Rintarou, mungkin Kenma tidak akan bertanya-tanya seperti ini.

Mungkin kah Tetsurou terlalu sibuk sampai tidak sempat memasak?

Setelah wisuda, Kuroo Tetsurou melamar ke salah satu perusahaan swasta di pusat kota dan berhasil lulus sampai seleksi terakhir. Kantor yang bukan dimiliki oleh pembisnis besar di Jepang. Kenma pikir Tetsurou akan bergabung dengan salah satu perusahaan yang dimiliki keluarga Ushijima karena sebagai seseorang yang paling dekat dengan Rintarou, Tetsurou mungkin bisa mendapatkan posisi itu.

Tapi sepertinya, Tetsurou sengaja untuk melamar ke perusahaan lain.

"Kamu tidak bekerja hari ini?" tanya Kenma disela makan mereka.

Pria beta itu sedikit melirik Tetsurou yang ternyata sedang menatapnya terkejut. Makannya terhenti tetapi langsung ia lanjutkan dengan menjawab, "Sekitar dua jam lagi gue berangkat."

"Sepertinya pekerjaanmu tidak terlalu sibuk."

"Yah ... tidak juga."

Kenma mematai gelagat Tetsurou yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu—atau mungkin ada suatu hal yang tidak mau ia bahas. Kenma tidak ingin berspekulasi. "Sesuatu hal terjadi di pekerjaanmu?"

Tetsurou menatap Kenma di hadapannya. Tatapan pria itu terlihat serius membuat Tetsurou seperti sedang diintrogasi. Pria alpha itu mengibaskan tangannya sambil tertawa pelan. "Engga kok, semuanya berjalan lancar. Lagipula gue kan masih baru di sana. Jadi masih penyesuaian."

"Begitu."

Tak ada lagi pertanyaan dari Kenma membuat Tetsurou sedikit bernapas lega.

Namun ....

"Kuro."

Panggilan Kenma membuat Tetsurou tersentak pelan. "Y—ya?"

"Ada yang ingin aku tanyakan," ujarnya. Tetsurou menghentikan kegiatan makannya begitu pula dengan Kenma. Sepertinya ada sesuatu hal serius yang ingin pria itu tanyakan dilihat dari tatapan matanya ditambah pria itu kini bangkit dari duduknya untuk meraih map di dalam tas yang ia bawa. Tetsurou mematai itu semua dengan perasaan bertanya-tanya. Apa yang ingin Kenma tanyakan padanya?

Mungkin kah ... ini ada hubungannya dengan Rintarou?

Ketika Kenma sudah berada di hadapannya lagi, pria itu menyimpan map di atas meja dan memberikannya pada Tetsurou. Melihat jika Kenma memintanya untuk membuka map tersebut, Tetsurou kemudian meraihnya, membuka map tersebut dan terkejut ketika membaca sebuah tulisan di sana.

Hasil pemeriksaan kesehatannya serta Rintarou.

Bukan hanya hasil pemeriksaan beberapa bulan lalu ketika Rintarou kecelakaan tetapi juga hasil pemeriksaan ketika Tetsurou berumur tujuh tahun.

Tetsurou membaca rekam medis miliknya dengan seksama. Melirik kecil Kenma yang ternyata menatap dirinya menunggu respon. Kemudian beralih pada rekam medis milik Rintarou.

Untuk apa Kenma menunjukkan ini padanya?

Tetsurou bertanya-tanya dalam hati hingga sampai pada satu kesimpulan.

"Lo mau nanya soal masa lalu Rin?" tanya Tetsurou. Melihat reaksi Kenma, sepertinya dugaannya ada benarnya. "Apa sama masa lalu gue?"

"Di sana tertulis jika Tuan Muda pernah mengalami kecelakaan saat berumur tujuh tahun sehingga mengakibatkan hilang ingatan. Beberapa bulan setelahnya, ingatanmu terkunci dan kalian berdua terapi pada psikiater yang sama." Kenma menunjuk lembar rekam medis terbaru milik Tetsurou kemudian melanjutkan. "Beberapa bulan kemarin, ingatanmu yang terkunci mulai terbuka." Tetsurou tak merespon, menunggu ucapan Kenma selanjutnya. "Jadi kuharap, kamu bersedia untuk membantu menjawab beberapa pertanyaanku."

"Apa?" tanya Tetsurou.

"Kecelakaan yang dialami Tuan Muda, apa itu?"

Tetsurou diam sebentar, berpikir, untuk apa Kenma bertanya hal itu? Selain itu, akan merujuk kemana pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan ini? Untuk apa? Apakah dia sedang menyelidiki sesuatu? Tapi ... jika hanya bertanya itu, bukannya dia bisa bertanya pada Papanya Rintarou? Mungkin kah pertanyaan selanjutnya hanya Tetsurou yang tahu jawabannya?

"Gue bakal jawab pertanyaan lo, tapi lo harus jawab pertanyaan gue dulu." Tetsurou mengajukan syarat.

"Apa?"

"Apa tujuan lo nanya ini ke gue?" tanya Tetsurou.

"Ada suatu hal yang harus diselidiki," jawab Kenma.

"Apa?"

"Aku tidak bisa mengatakannya padamu."

Tetsurou mengeryit. "Kenapa?"

"Kamu tidak perlu ikut campur."

Apa?

Tetsurou berdecak, dikatakan bahwa dirinya tidak perlu ikut campur membuat dirinya sedikit tidak terima. "Engga usah ikut campur? Kalau ini nyangkut masalah Rin sama Samu, gue harus tau!" Mendengar suara Tetsurou yang meninggi membuat Kenma tersentak. Baru pertama kalinya dia mendengar suara Tetsurou yang naik satu oktaf padanya—karena selama ini Tetsurou selalu berbicara lembut dan ramah.

Pandangan mata Tetsurou juka terlihat tak terima. Sedikit membuat Kenma merinding karena pikirnya, setelah ini, Tetsurou akan menekannya.

Tapi ....

"Kalau ini emang buat Rin sama Samu, gue mau ikut bantu lo, jujur ... gue kasian liat Rin yang sekarang, dia jadi kayak ... boneka Papanya. Apalagi semenjak Samu pergi dari Jepang. Meskipun Rin ngga pernah bilang kalau dia tersiksa, gue tau kalau Rin itu tersiksa tanpa Samu," ujar Tetsurou mengatakan apa yang dia pikirkan selama ini. "Apalagi ... mereka—"

"Pasangan yang ditakdirkan?" potong Kenma.

Tetsurou terkejut mendengarnya. "Lo ... tau?"

"Penyelidikanku sekarang memang untuk Tuan Muda dan Osamu," jawab Kenma namun tidak menjawab pertanyaan Tetsurou sebelumnya. Tapi, apa yang dia katakan menjawab pertanyaan Tetsurou sebelumnya yang lain. "Apa itu menjawab pertanyaanmu?"

Tetsurou terkejut mendengarnya. Dia pikir, Kenma tetap akan keukeuh untuk tidak memberitahu Tetsurou tentang tujuannya saat ini. Meski terkejut, Tetsurou bersyukur karena Kenma mengerti apa keinginannya. Pria alpha itu tersenyum lega karena masih ada orang-orang bawahan Ushijima yang perduli pada Rintarou. Tetsurou pun menjawab, "Kecelakaan itu, Rin membantu temannya yang tenggelam terbawa ombak laut."

Sekarang giliran Kenma yang terkejut meski tak terlalu terlihat kentara dalam ekspresi wajahnya. Anak umur tujuh tahun, membantu temannya yang tenggelam terbawa ombak laut? Sebuah keajaiban jika mereka selamat meskipun Rintarou akhirnya harus kehilangan ingatannya.

"Apa temannya itu selamat?"

Tetsurou mengangguk. "Ya, mereka selamat."

"Apa kejadiannya saat siang hari?"

Jika kejadiannya siang hari, seharusnya banyak pengunjung yang mengetahui kejadian itu sehingga setidaknya banyak orang dewasa yang membantu mereka atau tidak membiarkan Rintarou yang menyelamatkan anak itu sendirian.

Tetsurou menggeleng, "Kejadiannya ... waktu malem, gue juga lagi tidur terus ... Mama bangunin gue."

Malam?

"Setelah kejadian itu, bagaimana kondisi anaknya?"

"Gue engga tau, soalnya mereka langsung pulang."

"Pulang?"

"Anak itu adalah anak dari pengunjung resort orang tua gue. Kami berkenalan dan bermain bersama cukup lama sampai kejadian itu terjadi, lalu mereka kembali ke Amerika."

Kenma tahu jika orang tua Tetsurou memiliki penginapan. Tahu jika Rintarou dan Tetsurou adalah teman kecil karena saat kecil sampai SMA Rintarou diasuh oleh pamannya—yang Kenma tahu bernama Daren—tapi Kenma tahu jika Rintarou tidak seramah dan segegabah itu sampai hanya Rintarou saja yang menyelamatkan. Apalagi kejadiannya saat malam hari yang mana sepertinya anak itu memiliki hubungan khusus dengan Rintarou.

"Lalu, siapa nama anak itu?"

Hening.

Tidak ada jawaban dari Tetsurou. Membuat Kenma memanggil, "Kamu ingat namanya?"

"Samu."

"Apa?" Kenma bertanya karena suara Tetsurou sangat kecil deperti berbisik. "Siapa—"

"Miya Osamu," potong Tetsurou menatap Kenma yang tampak terkejut. "Osamu yang selama ini kita kenal, dia anak yang Rin selametin."

Osamu? Jadi ... Rintarou dan Osamu pernah bertemu sebelumnya saat mereka kecil?

Kenma tanpa sadar kehilangan keseimbangannya sampai ia terduduk di kursi sambil memegang sisi kepalanya yang mendadak pening. Kenapa sekebetulan itu? Osamu adalah seorang omega; fated mate Rintarou; teman kecil Rintarou. Firasat yang Daichi miliki ternyata memang benar jika Tetsurou adalah kunci dari semuanya.

"Apa Tuan Muda sudah tahu?" tanya Kenma setelah ia berhasil menguasai keterkejutannya.

Tetsurou mengangguk. "Udah gue kasih tau, Paman Daren sama Mama gue juga udah cerita kalau Rin pernah ketemu sama Samu." Ia berhenti berbicara seperti ada sesuatu yang menahannya. Kenma tidak merespon, menunggu Tetsurou melanjutkan ucapannya. "Gue ... ngga bilang soal kecelakaan itu."

Miya Osamu.

Kenma kembali bangkit dari duduknya mengambil map lain di tasnya dengan terus berpikir. Nama keluarga mereka adalah Miya dan benar jika mereka bukan lah dari keluarga Shimizu. Entah mungkin Miya dan Shimizu masih bersaudara atau tidak; itu berarti Kenma harus mencari tahu kenapa Osamu dan Atsumu bisa berpisah.

Itu, jika mereka memang kembar.

"Apa kamu mengenal dia."

Kenma memberikan beberapa foto pada Tetsurou. Saat melihatnya, Tetsurou cukup terkejut melihat potret seorang pria yang mirip sekali dengan Osamu namun dengan warna rambut yang berbeda juga warna iris mata yang berbeda. Persis seperti Osamu namun bukan Osamu.

"Halo! Kamu anak pemilik penginapan ya?"

Deg!

"Tetsu-kun! Ayo kita bermain voli!"

Deg!

"Teman Tetsu-kun adalah temanku juga, jadi semoga kita bisa berteman baik, ya?"

"Ini—"

"Namanya Shimizu Atsumu."

Apa?

"Shimizu?" Tetsurou bertanya, kenapa marganya mirip dengan marga milik gadis yang dijodohkan dengan Rintarou? Bukannya ... pria dalam potret ini adalah Atsumu? Kembarannya Osamu?

Melihat kebingungan Tetsurou, Kenma langsung bicara. "Apa menurutmu seharusnya pria ini bernama Miya Atsumu?" Tetsurou menatap Kenma. "Jadi, bukan hanya Osamu yang kalian kenal tetapi pria ini juga?"

"Apa Osamu memiliki kembaran dan pria ini adalah kembarannya?"

"Tunggu." Tetsurou memijit keningnya sebentar karena rasanya ini mulai membingungkan. "Gue belum cerita ini ke Rin, tapi emang ... Osamu punya kembaran dan namanya Miya Atsumu. Orang ini mirip banget sama Osamu jadi emang dia kembarannya tapi kenapa Shimizu? Marga yang sama kayak Shimizu Kiyoko?"

"Dia adiknya."

"Adik?"

"Informasi yang aku dapatkan seperti itu, tapi memang tidak banyak orang yang tahu tentang Shimizu Atsumu."

Atsumu adalah adik dari Kiyoko; gadis yang dijodohkan dengan Rintarou. Berarti ... ada kesempatan baginya untuk bertemu dengan pria itu. Tapi, kenapa Atsumu dan Osamu berpisah seperti ini? Apa yang terjadi?

"Jadi, lo mau nyelidikin Shimizu Atsumu?"

Kenma mengangguk. "Sejujurnya kami tidak mengetahui apa rencana yang Tuan Besar siapkan dan beliau hanya memerintahkan kami untuk menyelidiki Shimizu Atsumu. Tapi sepertinya, penyelidikan ini memberikan banyak keuntungan dan membawa kami pada rencana yang Tuan Besar siapkan."

Kenma yang merupakan bawahan terpercaya papanya Rin pun engga tahu? Batin Tetsurou.

"Apa lo tahu di mana Tsumu?"

Tsumu?

"Dia ada di Amerika sekarang, sedang menyelesaikan sekolahnya."

"Lalu lo bakal ke Amerika?"

Kenma menggeleng. "Kami sudah menempatkan seseorang di sana. Kalau aku ke Amerika, Ushijima akan kesulitan tanpaku." Bukan karena terlalu percaya diri tapi memang nyatanya seperti itu. Kenma bangkit dari duduknya kemudian membereskan kembali berkas-berkas yang dia tunjukan pada Tetsurou. "Terimakasih, Kuro. Informasimu sangat berguna bagi kami."

"Demi Rin dan Samu, gue bakal bantu lo, Ken."

Kenma menatap Tetsurou yang tersenyum lega. Sepertinya pria itu sangat menyayangi temannya melebihi apa yang dia banyangkan. Entah kenapa, membuat Kenma tersenyum lega juga karena Rintarou memiliki teman seperti Tetsurou.

"Kamu juga harus memperhatikan kondisimu sendiri, Kuro." Kenma berbalik. "Insting alpha yang melemah dapat merugikan dirimu dan masa depanmu. Kamu juga sebaiknya membeli bahan makanan lagi karena sudah habis."

Tetsurou terkejut mendengarnya. Bukan karena Kenma yang mengetahui kondisinya karena pria itu pasti menyadari ketika melihat rekam medisnya serta obat-obatan miliknya yang berada di atas nakas. Tapi, ia terkejut karena Kenma mengkhawatirkan dirinya.

"Ya Tuhan ... kamu mengkhawatirkan aku sampai sebegitunya ya, Ken?"

"Hah?" Kenma reflek berbalik. "Si—siapa yang mengkhawatirkan kamu sampai sebegitunya?"

"Lo bilang tadi?"

"Eng—engga!"

"Sampai mengkhawatirkan makanku, astaga ... aku tersentuh ...."

"Berisik!" Elaknya kemudian pergi dari sana menghiraukan semua ucapan Tetsurou yang membuat wajahnya memerah malu.

Benar-benar deh ....



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu