Langsung ke konten utama

Part 491; Solasta

 "Samu ... kamu baik-baik saja?"

Suara itu ... Osamu dapat mendengar suara samar memanggil namanya disusul penglihatannya yang terlihat samar ketika melihat seorang anak laki-laki yang bicara padanya. Mungkin karena suasana ruangan yang gelap dan hanya dibantu oleh pencahayaan yang minim membuat Osamu tak bisa melihat wajah lelaki itu.

Tapi satu yang Osamu tahu jika laki-laki itu terlihat sangat khawatir terdengar dari nada bicaranya.

"Tubuhmu dingin sekali ...."

Lalu Osamu dapat merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat sebelum diselimuti oleh sebuah kain tipis yang menyelimuti mereka berdua. Tubuh laki-laki terada hangat begitu juga dengan pelukan yang ia berikan. Menyamankan Osamu yang tak bisa berbuat apa-apa di sana.

Apakah ini mimpi?

"Maaf Samu ...."

Lalu Osamu dapat mendengar suara tangisnya. Pelukannya bergetar karena isak tangis yang mulai tercipta. "Maaf karena Tsumu tidak bisa menjadi kakak yang dapat diandalkan ...."

"Maaf ...."

Deg!

Osamu membuka matanya. Napasnya memburu dengan jantungnya yang berdebar tak nyaman kala dirinya membuka mata setelah mendapatkan mimpi yang tak ia mengerti. Mimpi itu ... tetapi terasa nyata bagi Osamu. Seperti ia pernah berada di posisi itu ... seperti ia pernah merasakannya ....

Tangannya memegang dadanya yang terasa sesak kemudian perlahan bangun dari tidurnya. Kepalanya langsung pening ketika ia duduk di atas ranjang dan penglihatannya sedikit meremang sepersekian detik sampai ia mendengar suara pintu terbuka.

"Kamu sudah bangun?"

Osamu langsung menoleh ke arah sumber suara dan melihat Azumane Asahi masuk ke dalam. Barulah Osamu sadar jika ia berada di dalam kamar yang sempat ia tempati ketika tinggal di kediaman Ushijima. Tapi ... kenapa ia bisa berada di sini? Bukannya ... ia sedang di apartemen Oikawa—

Benar.

Lehernya tiba-tiba terasa sakit waktu itu dan ia berakhir tidak sadarkan diri.

Bagaimana dengan rencananya?

Apakah itu berhasil?

"Azumane-san, berapa lama saya tertidur?" tanya Osamu.

"Mungkin tiga hari," jawab Asahi. "Syukur lah jika kamu sudah bangun, kalau begitu bersiaplah, aku akan mengabari Tuan Besar jika kamu sudah sadar."

Asahi kemudian pergi dari sana meninggalkan Osamu sendirian di ruangan itu. Hening. Tak ada yang Osamu lakukan selain memegang lehernya yang saat itu terasa sangat sakit. Kenapa? Apa yang terjadi sampai lehernya sesakit itu? Banyak hal yang ia pikirkan sampai dengan mimpi yang ia dapatkan barusan.

Osamu menggelengkan kepalanya berusaha melupakan semua pertanyaan di kepalanya. Ia kemudian bangkit dari ranjang, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mendinginkan kepalanya yang terasa akan meledak.

Helaan napasnya keluar begitu air dingin dari shower menyapa tubuhnya. Osamu memejamkan matanya sambil merasakan dingin di seluruh tubuhnya—kembali mengingatkan dirinya dengan rasa dingin dalam mimpi itu.

Lama berdiri di bawah guyuran shower Osamu kemudian mematikannya dan beranjak menuju wastafel mematai bayangan tubuhnya dari cermin. Osamu sadar jika tubuhnya mulai terlihat seperti seorang omega. Meski ia berusaha untuk membalikkan tubuhnya seperti semula—tetapi pada dasarnya perawakan seorang omega seperti ini. Male Omega tidak bisa seperti pria pada umumnya yang memiliki tubuh tegap dan berisi. Apalagi ... ketika mereka mengandung.

Osamu memegang perutnya yang rata. Jika saja ia tidak menjalani percobaan itu ... apakah ia bisa mengandung seperti omega pada umumnya? Dokter Sachiro bilang, meski ia kembali menjadi omega, ia akan kesulitan untuk bisa mengandung karena rahimnya tidak bekerja seperti pada umumnya lagi.

Meski begitu ....

Jika ... ia bisa ... apakah Osamu dapat mengandung anak dari Rintarou?

Osamu tersenyum sendu menyadari jika dirinya telah jatuh cinta pada tuan muda lebih dari yang ia kira. Walaupun hubungan mereka dan semua hal yang telah mereka lakukan; Osamu masih tidak tahu bagaimana perasaan Rintarou padanya. Apakah Rintarou memiliki perasaan yang sama padanya atau justru tidak.

Karena jika Rintarou tak memilikinya; maka perasaan Osamu hanya jatuh sebelah pihak saja.

Lagi. Osamu menggeleng berusaha menghilangkan pikiran-pikiran yang lagi-lagi mengganggu dirinya. Pria itu kemudian keluar dari kamar mandi, bersiap, kemudian berdiam diri di kamar itu sampai pintu kamarnya kembali diketuk ketika malam harinya.

Asahi lah yang mengetuk pintu. "Kamu dipanggil Tuan Besar di ruangannya, Osamu."

"Baik."

Osamu mengikuti Asahi menuju ruangan Wakatoshi yang berada cukup jauh dari kamarnya. Tidak ada yang bicara di antara mereka sampai mereka tiba di dalam ruang kerja Wakatoshi yang di sana terlihat sang Tuan Besar tengah duduk di kursi kerjanya bersama Kenjiro di belakang. Osamu juga melihat para ketua divisi berkumpul di sana kecuali Kenma. Pria itu tak ada di sana, entah kenapa.

Saat tiba di hadapan Wakatoshi, Osamu dan Asahi membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada pria itu.

"Selamat malam, Tuan Besar. Ada keperluan apa anda memanggil saya?" tanya Osamu setelah menegakkan tubuhnya kembali.

"Ada yang ingin saya sampaikan padamu."

Osamu menunggu Wakatoshi melanjutkan ucapannya sambil melirik ke arah Daichi, Koushi, Shoyou, dan Asahi di sisinya yang terlihat menundukkan pandangannya. Tak berani menatap ke arah Osamu yang berdiri di sana.

"Besok pagi, kamu akan kembali ke Amerika."

Deg!

Osamu membola terkejut mendengarnya. Dia akan dikembalikan ke Amerika?

Kenapa?

Apa karena ia tak bekerja dengan benar selama ini?

"Asahi sudah mempersiapkan semuanya, tinggal menunggu—"

"Tuan Besar ...." Ucapan Wakatoshi terpotong oleh suara Osamu. Meski terdengar tak sopan karena memotong ucapan atasannya, Osamu tak bisa lagi menahan dirinya. Pandangan pria itu tertunduk, tangannya terkepal gemetar kemudian membungkuk. "Maaf! Saya tahu jika saya banyak sekali melakukan kesalahan selama bertugas. Saya ... saya belum menunjukkan hasil pekerjaan saya dengan maksimal tapi Tuan ... saya berjanji akan melakukan dengan baik lain kali."

"Jadi ... saya mohon ... untuk tetap bekerja bersama anda, Tuan Besar."

Wakatoshi terdiam melihat reaksi Osamu yang di luar dugaannya. Tapi, ia tetap dalam keputusannya. "Keputusan saya sudah bulat, Osamu."

"Tuan Besar, saya mohon ...." Osamu memohon, menjatuhkan harga dirinya untuk meminta Wakatoshi tetap mengizinkannya bekerja untuk pria itu di sini. Osamu bersujud, membuat Koushi dan Shoyou berusaha menahan diri untuk tidak ikut campur. "Saya berjanji akan bekerja dengan baik."

"Ini bukan karena kamu yang bekerja tidak baik, Osamu," ujar Wakatoshi. "Bangun lah, tidak seharusnya kamu bersujud seperti itu."

Osamu tetap dalam posisinya.

Rasanya sangat sesak sekali.

Osamu tak ingin pergi.

Osamu ingin tetap berada di sini.

Osamu ... tidak ingin pergi dari sisi Rintarou.

Deg!

"Aku ingin di sini ...."

"Aku ingin di sisi Rin."

Deg!

Osamu merasa tubuhnya diangkat dan dipaksa untuk berdiri oleh Asahi. Ia memberontak, menatap Wakatoshi dengan matanya yang mulai berkaca-kaca dan sekali lagi memohon pada pria itu. "Tuan Besar, jika bukan karena saya yang tidak bekerja dengan lain, lalu ... kenapa?"

"Kamu tidak diperlukan lagi, Osamu."

Deg!

Osamu tertegun.

"Jadi kembali lah ke Amerika, di sana kamu lebih diperlukan."

Osamu tak menjawab, tubuhnya mendadak lemas mendengar jika dirinya tak dibutuhkan. Apa ... karena kini ia telah kembali menjadi omega? Atau ... memang karena kerjanya yang buruk untuk itu Wakatoshi tak membutuhkannya yang tidak bisa menjaga Rintarou?

"Eita akan menunggumu di Bandara besok untuk membawamu kembali." 

Wakatoshi bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Osamu yang masih diam di tempatnya dengan kedua bahunya di pegang oleh Asahi dari belakang untuk menahan tubuh pria itu untuk tidak jatuh. Wakatoshi menepuk pelan pundak Osamu untuk menarik fokus pria itu padanya.

"Terima kasih sudah melakukan tugasmu dengan baik untuk menjaga Rintarou, Osamu."

Osamu menahan lengan Wakatoshi. "Tuan—"

"Ini perintah, Osamu."

Benar.

Sejak awal dirinya adalah bidak yang hidup untuk melaksanakan perintah yang tuannya perintahkan padanya. Ia dididik selama ini untuk mengikuti perintah tuannya, bukan untuk memohon seperti ini.

Osamu melepaskan lengannya dari Wakatoshi dan berdiri dengan benar. "Baik, Tuan Besar."

"Tapi ... bolehkah saya ajukan permintaan?"

"Apa itu?" tanya Wakatoshi.

"Izinkan saya bertemu Tuan Muda untuk yang terakhir kalinya."

"Baiklah." Wakatoshi mengizinkan. "Asahi bawa Osamu menemui Rintarou malam ini."

"Baik, Tuan."

"Itu lah yang ingin saya katakan pada kalian," ucap Wakatoshi pada Daichi, Koushi, dan Shoyou. "Mulai hari ini, Osamu bukanlah anggota dari divisi empat termasuk bodyguard pribadi Rintarou."

"Baik, Tuan Besar."

"Kalian boleh keluar."

Mereka berlima membungkukkan tubuhnya sebelum keluar dari ruangan itu. Osamu merasa kepalanya berdenyut dan penglihatannya mulai memudar ketika ia sudah berada di luar ruangan. Menyadari ada yang aneh pada Osamu, Koushi bergegas menahan tubuh pria itu.

"Osamu? Kamu kenapa? Hei?"

Osamu merasa perutnya bergejolak dan isi perutnya mulai naik ke tenggorakan.

"Uhuk!"

"Osamu?!"

Osamu bergegas berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di sana.

Tak sadar, air matanya ikut mengalir di pipinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu