Langsung ke konten utama

Part 396; Solasta

 Wakatoshi tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan Sakusa Hiroshi—teman terdekat ibu tirinya; Semi Haruka, sekaligus rekan kerja ayahnya; Ushijima Naoto dulu. Setelah bertahun-tahun tak pernah kembali ke Jepang karena dirinya mengurus perusahaan cabang di Washington DC, Amerika Serikat. Semenjak ibunya; Mieko dan kekasihnya Ayumi meninggal dunia, hubungan dua keluarga itu merenggang. 

Meskipun Haruka memiliki hubungan yang baik dengan Hiroshi juga Wakatoshi yang bersahabat dekat dengan Sakusa Haru.

Menyadari kehadiran Wakatoshi di sana, Hiroshi tentu langsung menyapanya dengan ramah. Seolah mereka dekat dan sudah lama tidak bertemu. "Wah, Nak Wakatoshi? Sudah lama sekali, ya? Bagaimana kabarmu, Nak?" Memeluk Wakatoshi sambil menepuk punggungnya bagaikan anak sendiri. "Kau sudah besar ya ...."

"Senang bertemu kembali dengan anda, Tuan Sakusa."

"Jangan formal begitu, Nak Wakatoshi. Kau bisa memanggilku Paman Hiroshi seperti dulu," ujarnya sambil tertawa paruh. Wakatoshi hanya bisa mengangguk kecil sambil melirik seorang bodyguard berambut putih-hitam di belakang pria paruh baya itu yang membungkuk hormat padanya ketika tatapan mereka bertemu. "Ada apa? Kau mencari Haru?"

Wakatoshi kembali memfokuskan dirinya pada Hiroshi. "Saya pikir anda bersama Kak Haru."

"Haru memiliki urusan di Seoul, karena itu aku yang pergi menggantikannya ke sini," jawabnya.

Wakatoshi tak merespons apa-apa karena dirinya mengingat kembali daftar tamu yang hadir pada perjamuan malam ini dari Kenjiro. Dari apa yang Kenjiro sebutkan, tidak ada nama Sakusa Hiroshi ataupun Sakusa Haru dari daftar itu.

"Apa kau sudah mau pulang, Nak Wakatoshi?" tanya Hiroshi melihat Wakatoshi yang memang berjalan menuju pintu utama dengan satu bodyguard dan seorang sekretaris pria di belakangnya.

"Ya."

"Karena kebetulan kita bertemu di sini, biarkan paman mengantarkanmu kembali hotel sekalian kita mengobrol di dalam mobil. Kemungkinan kita tidak akan bertemu kembali dengan suasana santai seperti ini, bukan?" Ajak Hiroshi sambil memegang sebelah bahunya.

Wakatoshi menatap pria paruh baya itu yang masih menunjukkan senyum ramahnya. Tak ada tanda-tanda ataupun aura negatif dari ajakan pria itu sehingga Wakatoshi tidak memiliki alasan untuk menolak ajakan Hiroshi. Wakatoshi kemudian menoleh ke belakang untuk melihat rekasi Takanobu dan Kenjiro yang ternyata sudah memberikan tatapan waspadanya. Seperti memberi tahu untuk menolak ajakan itu dari tatapan matanya.

Namun, Wakatoshi tak mengikuti anjuran kedua orang itu dan memilih menerima ajakan Hiroshi. "Baiklah, tapi bodyguard dan sekretaris saya akan mengikuti dari belakang."

"Tentu saja, Mereka bisa mengikuti mobil kita dari belakang." Hiroshi menyetujui itu, kemudian sedikit merangkul punggung Wakatoshi, mengajaknya mengikuti Hiroshi menuju mobil yang terparkir di basement.

Wakatoshi tidak tahu apa tujuan Hiroshi mengajaknya mengobrol, untuk itu, jalan satu-satunya adalah Wakatoshi mengikuti apa yang pria paruh baya itu rencanakan. Mereka duduk bersebelahan di bangku penumpang dengan bodyguard Hiroshi tadi sebagai pengemudi.

Hanya ada mereka bertiga di dalam mobil itu.

"Paman dengar bulan lalu, kamu mengalami kecelakaan tunggal." Hiroshi memulai percakapan mereka.

"Ya, butuh beberapa minggu untuk waktu pemulihannya."

"Paman turut berduka mendengarnya, tapi syukurlah sekarang Nak Wakatoshi sudah baik-baik saja. Apa penyebab kecelakaan itu sudah diketahui? Sejauh yang paman baca dari media, tidak ada yang membahas penyebab kecelakaan itu."

"Rem blong dan ada mobil lain dari belakang menabrak mobil kami," jawab Wakatoshi. Menjelaskan inti dari kecelakaan yang menimpa dirinya kenapa bisa terjadi. Ia melirik Hiroshi di sampingnya untuk melihat reaksi pria alpha itu, tapi lagi-lagi Hiroshi hanya menunjukkan wajah khawatirnya selayaknya terjadi.

Hiroshi lalu merespons jawaban Wakatoshi dan dibalas oleh Wakatoshi sampai pembahasan dengan kecelakaan selesai dan beralih dengan pembicaraan lain dari Hiroshi. "Paman dengar, kamu belum menemui Haruka. Ibumu cerita pada paman kalau dia merindukanmu, Nak Wakatoshi."

Wakatoshi tak langsung merespon karena menunggu Hiroshi melanjutkan ucapannya. "Haruka bilang, akses untuk menghubungimu di Jepang di batasi." Hiroshi menatap Wakatoshi kemudian mengajukan pertanyaannya. "Apa kamu sengaja memutus komunikasi dengan Haruka, Nak Wakatoshi?"

Wakatoshi menatap cermin di depannya yang sedikit memperlihatkan wajah sang bodyguard di kursi kemudi. Ia kemudian menoleh pada Hiroshi untuk menjawab pertanyaannya. "Ibu hanya salah paham. Saya sangat sibuk akhir-akhir ini sehingga tidak memiliki waktu untuk mengunjungi beliau."

"Begitu?" Hiroshi mengangguk kecil, seolah mempercayai jawaban yang diberikan Wakatoshi. "Baguslah jika begitu, jika benar Nak Wakatoshi sengaja memutuskan kontak dengan Haruka, paman rasa itu tidak baik apalagi jika tanpa didasari alasan yang logis."

"Tidak, Ibu Haruka adalah ibu saya juga. Tidak mungkin saya memutuskan kontak dengan beliau yang sudah merawat saya seperti anaknya sendiri." Wakatoshi berbohong, dia memang memutuskan kontak dengan Haruka karena ibu tirinya itu memiliki hubungan yang erat dengan Hiroshi yang kini menjadi musuh yang harus ia awasi karena mengincar anaknya.

Haruka dan Eita memang mengetahui jika putranya masih hidup, dan mereka berjanji tidak akan menyebarkan itu termaksud pada Hiroshi. Tapi, janji manusia tidak sepenuhnya bisa dipercaya, ada kemungkinan jika Hiroshi akan mengetahui jika Ushijima Rintarou; putranya masih hidup.

"Benar, Haruka sangat menyayangimu meski kamu dan ibumu membuat Haruka harus bercerai dengan Naoto."

Meskipun nada bicara Hiroshi masih terdengar ramah dan bercanda. Tapi Wakatoshi merasakan aura lain dalam ucapan pria itu. Apalagi, tatapan Hiroshi terlihat mengelam beberapa detik ketika mengatakannya. Untuk itu, Wakatoshi menjawabnya dengan tenang, "Ibu memang orang yang baik."

"Benar, Haruka adalah orang yang sangat baik."

"Saya dengar, perusahaan anda yang dipimpin oleh keluarga Komori mengalami masalah, apa itu benar?" Wakatoshi mengalihkan pembicaraan mereka.

"Iya, gudang penyimpanannya terbakar. Tapi bukan masalah besar karena sudah dipadamkan sebelum apinya merembet lebih jauh," jawab Hiroshi.

Gudang penyimpanan perusahaan Komori terbakar beberapa jam setelah penyerangan pada apartemen yang ditinggali Rintarou terjadi. Hal itu tentu menjadi pertanyaan padanya kenapa bisa terjadi sekebetulan itu karena Wakatoshi tidak menyuruh anak buahnya untuk membakar gudang penyimpanan milik keluarga Komori. Jika memang dia, Wakatoshi akan memilih perusahaan pusat yang ditangani langsung oleh keluarga Sakusa ketimbang milik Komori.

"Begitu."

"Ngomong-ngomong Nak Wakatoshi, apa kamu sudah bertemu dengan cucuku?" tanya Hiroshi.

"Ya, saya sudah bertemu dengan Sakusa Kiyoomi saat pertemuan beberapa bulan lalu," jawab Wakatoshi. "Dia sangat mirip dengan Kak Haru."

"Benar, Kiyoomi memang sangat mirip dengan Haru. Mungkin jika kakaknya masih hidup, dia pun akan mirip dengan Haru. Tapi, Kiyoomi lebih cerdas dari Haru, cucuku itu sudah lulus sarjana di usia duapuluh tahun dan sekarang sudah paman tugaskan untuk memimpin perusahaannya sendiri di Jepang sebelum dia bertunangan dengan mate-nya."

"Nak Wakatoshi pun mungkin mengenalnya. Mate Kiyoomi adalah putra dari keluarga Shimizu. Kenzo dan Aiko memiliki seorang putri berstatus alpha dan putra yang berstatus omega. Keduanya memiliki status darah wolf terbaik di Jepang. Keturunan mereka digadang akan memiliki darah true alpha. Bukannya, itu hal yang bagus untuk kita agar memiliki garis keturunan true alpha?"

Bagi mereka, pemilik perusahaan terbesar dan ternama, garis keturunan adalah hal yang penting sebagai penerus. Hal yang wajib dan seharusnya jika perusahaan dipimpin oleh seorang true alpha sehingga biasanya para petinggi perusahaan sangat memilih pasangan yang akan mereka nikahi.

Seperti Naoto yang dijodohkan dengan Haruka karena Haruka digadang akan dapat memiliki keturunan true alpha.

Tapi, beda kasusnya jika seorang true alpha memiliki pasangan yang ditakdirkan. Keturunan mereka akan terlahir sebagai seorang true alpha.

Seperti pada kasus dirinya.

"Jika putramu masih hidup, mungkin paman akan merekomendasikan putri dari keluarga Shimizu untuk menikah dengan putramu."

Jika putranya masih hidup.

Wakatoshi hanya bisa menjawab seadanya sebagai respons.

"Kau sendiri bagaimana, Nak Wakatoshi?"

"Ya?"

"Apa Nak Wakatoshi tidak berencana untuk menikah?"

"Menikah?"

"Iya, bukannya Nak Wakatoshi harusnya sudah memikirkan calon penerus keluarga Ushijima?" tanya Hiroshi. "Atau, Nak Wakatoshi sudah memiliki calon penerus keluarga Ushijima?"

"Saya belum memikirkan itu," jawab Wakatoshi, pandangannya dan sang bodyguard bertemu pada cermin kemudian Wakatoshi melanjutkan ucapannya. "Karena saya memiliki lima pekerja yang kompeten dan berbakat untuk mengelola bisnis keluarga Ushijima. Salah satu dari mereka mungkin saja akan menjadi penerus saya jika saya tidak memiliki putra."

Jika Wakatoshi tidak memiliki putra.

Tapi, Wakatoshi memiliki Rintarou yang akan menjadi penerusnya.

Namun, sebelum Ushijima Rintarou diperkenalkan pada publik sebagai putra dan pewarisnya. Wakatoshi harus menghabisi musuh-musuh yang mengincar putranya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu