Langsung ke konten utama

Part 321; Solasta

 Empat belas tahun yang lalu ....

"Hei Rin! Rintarou!"

Rintarou membuka matanya dengan sedikit mengaduh karena acara tidur siangnya diganggu. Belum sempat laki-laki berusia tujuh tahun itu mengumpulkan nyawa untuk bangun, tubuhnya langsung ditarik paksa dari atas tempat tidur untuk segera bangun. "Aduh! Apaan sih? Aku belum sadar sepenuhnya tahu!"

"Di penginapan ibuku ada pengunjung dan mereka memiliki anak kembar!" ujar anak laki-laki yang menarik Rintarou keluar dari kamarnya. Mereka menuruni anak tangga untuk sampai ke lantai dasar tempat tinggal Rintarou dan tak sengaja hampir menabrak seorang pria yang kebetulan melintas di dekat tangga.

"Woah hati-hati anak-anak jangan berlarian di tangga." Pria itu segera menghindar agar tidak ditabrak oleh mereka.

"Maaf Paman Daren," ujar mereka sambil berlari.

"Kalian mau kemana? Rin-chan? Tetsu-chan?"

"Bermain!" jawab mereka kemudian berpamitan pada Daren; paman Rintarou yang merawat laki-laki itu sejak kecil.

Tetsurou membawa Rintarou menuju tempat penginapan milik keluarga Kuroo yang berada tak jauh dari rumah Rintarou. Penginapan sederhana yang berada dekat dengan pantai tempat biasanya para pariwisatawan dari dalam maupun luar negeri datang untuk berlibur. Tempat itu akan ramai ketika memasuki musim panas dan hari ini—tepatnya—sudah memasuki musim itu. Sudah dipastikan beberapa minggu ke depan pantai akan sangat ramai oleh pengunjung.

"Kamu ganggu tidurku cuman gara-gara anak kembar?" ujar Rintarou sedikit protes disela mereka berlari ketika sudah mengerti ucapan Tetsurou sebelumnya. Maklum, dia benar-benar baru bangun tidur jadi otaknya perlu beberapa waktu untuk bekerja kembali.

"Iya."

"Astaga ... mereka hanya kembar, Tetsu."

"Iya, dan mereka sangat mirip! Kamu pasti tidak bisa membedakan mereka," ucap Tetsurou.

Teman kecilnya itu memang sedang tertarik dengan anak kembar setelah mendengar kabar jika guru sekolah mereka sedang hamil anak kembar. Ditambah, salah satu teman klub voli mereka memiliki adik kembar juga. Pasti sekarang, Tetsurou ingin sekali berkenalan dengan anak kembar yang akan menginap di penginapannya.

Saat mereka hampir sampai di depan pintu masuk, Tetsurou berhenti berlari sehingga Rintarou yang diseret olehnya hampir jatuh menabraknya. Belum sempat Rintarou mengomel, temannya itu menunjuk seorang anak laki-laki seusia mereka yang sedang berjalan ke luar penginapan arah mereka.

"Ah itu dia, Miya-san!"

Tetsurou memanggil laki-laki itu sambil melambaikan tangannya. Mendengar namanya dipanggil, ia menghampiri pada mereka sambil melambaikan tangannya untuk membalas panggilan Tetsurou.

"Kebetulan bertemu Tetsu-kun di sini."

"Eh kamu mencariku?" tanya Tetsurou.

Laki-laki itu mengangguk kemudian matanya menyadari jika tidak hanya ada mereka berdua di sana. Mengingat tujuan awalnya, Tetsurou kemudian menarik Rintarou di belakangnya kemudian memperkenalkan Rintarou pada laki-laki itu. "Miya-san kenalkan ini temanku, kami berteman sejak kecil karena rumahnya dekat denganku, namanya Rintarou," lalu sebaliknya, "ini anak kembar yang aku bilang tadi Rin, namanya Miya."

Rintarou memperhatikan laki-laki itu yang tersenyum ramah padanya kemudian mengulurkan tangan pada Rintarou. "Hi Rin-kun, namaku Atsumu, Miya Atsumu."

Rin-kun?

Rintarou menerima uluran tangan laki-laki itu meski dirinya sedikit terkejut karena panggilan yang laki-laki itu berikan padanya. Mereka baru kenal loh, kenapa laki-laki itu sudah memberikan panggilan akrab padanya?

"Ya, senang bertemu denganmu. Namaku Suna Rintarou."

"Senang juga bertemu denganmu, Rin-kun. Teman Tetsu-kun adalah temanku juga, jadi semoga kita bisa berteman baik, ya?"

"Ya ... semoga."

"Tadi kamu bilang mencariku? Ada apa emang?" tanya Tetsurou.

"Aku mau minta temenin jalan-jalan, aku bosan di kamar ... papaku sedang mengurus pekerjaan dan mamaku sedang mengurus Samu jadi tidak ada yang mau nemenin," jawabnya sedikit terdengar kesal dan sedih secara bersamaan.

"Kembaranmu kenapa emang?" tanya Tetsurou lagi.

"Sakit, sepertinya dia terkena demam saat di perjalanan," jawabnya. "Kamu mau temenin aku engga?"

"Mau dong, aku dan Rin juga mau bermain voli, iya kan Rin?" Rintarou menatap Tetsurou bingung karena mereka tidak memiliki janji seperti itu. Tetsurou menyikut Rintarou memberi kode agar pria itu membenarkan ucapannya.

Akhirnya Rintarou mengikutinya. "Iya, kami mau bermain voli. Kamu bisa bergabung dengan kami sekalian kami temenin kamu jalan-jalan di sekitar pantai."

"Benarkah? Asik ayo kalau gitu!"

Atsumu terlihat bersemangat mendengarnya. Laki-laki itu mengikuti Rintarou dan Tetsurou berjalan-jalan di sekitar pantai yang tidak terlalu ramai menuju rumah Rintarou untuk mengambil bola voli. Dibanding rumah Tetsurou, jarak rumah Rintarou lebih dekat dengan pantai karena berada satu tempat dengan restaurant milik pamannya.

"Jadi kamu tinggal sama pamanmu, Rin-kun?" tanya Atsumu yang berjalan di antara mereka. Rintarou mengangguk sebagai jawaban. "Nanti aku bilang mamaku deh buat mampir ke resto pamanmu, pasti makanannya lezat."

"Kamu wajib makan masakannya Paman Daren, Miya-san. Makanannya saaangat lezat! Kamu pasti ketagihan!" timpal Tetsurou.

Atsumu mengangguk antusias. "Samu pasti senang, dia suka banget makan apalagi kalau makanannya enak."

"Ngomong-ngomong, kamu sedang berlibur?" tanya Rintarou pada Atsumu.

Jujur saja, dia sedikit ingin megetahui tentang laki-laki penuh semangat itu. "Papaku sedang ada kerjaan di sini. Karena aku dan Samu sudah lama tidak main ke Jepang, makanya kami memutuskan untuk berlibur juga." Melihat Rintarou dan Tetsurou bingung, Atsumu melanjutkan ucapannya, "Aku tinggal di Amerika."

"Oh?!" Mereka berdua tampak terkejut mendengarnya.

"Pantas saja ... wajahmu terlihat mirip orang Jepang tapi aksen bicaramu sedikit aneh saat bicara bahasa Jepang, kayak Alien—aduh!" ucap Tetsurou dan langsung mendapat pukulan di kepalanya dari Rintarou karena bicara tak sopan. "Sakit tahu!"

"Bicaramu tak sopan tahu!"

"Tidak apa-apa," ujar Atsumu sambil tertawa. "Keluargaku pindah ke Amerika saat kami umur satu tahun, makanya aksen bicaraku seperti ini."

"Apa Amerika sangat bagus? Aku ingin sekali ke sana ... sepertinya sangat seru tinggal di sana," ucap Rintarou.

"Iya, seru kok! Kapan-kapan kalian harus main ke rumahku, ya!"

Mereka berdua mengangguk semangat. Meski tak tahu di mana letak Amerika itu berada, tap ketiganya tampak yakin bahwa suatu hari, mereka akan bermain bersama di rumah Atsumu. Percakapan mereka kembali terjalin setelahnya dari membicarakan keluarga sampai hal-hal random lainnya. Rintarou yang awalnya merasa aneh dengan sikap ramah Atsumu perlahan semakin dekat dengan laki-laki itu dan secara alami ketiganya telah menjadi teman.

Ketiganya menghabiskan waktu bersama dari main voli pantai sampai berjalan-jalan di pantai. Kebetulan Atsumu mengikuti klub voli di sekolahnya sehingga dia sudah tahu dasar-dasar bermain voli—meski ketika bermain voli pantas, laki-laki itu cukup kesulitan dengan arah anginnya.

Berteman dengan Miya Atsumu cukup menyenangkan bagi Rintarou, dia jadi tidak sabar untuk bertemu dengan kembarannya.


*


*


*


"Miya hari ini mau main voli lagi sama kita?"

Rintarou bertanya pada Tetsurou yang sedang meminum air di dalam botol minum yang dia bawa. Mendengar Rintarou yang menanyakan tentang Atsumu membuat laki-laki itu menatap Rintarou curiga. "Wah ... tumben banget kamu nanyain Miya-san, Rin. Kupikir kamu tidak tertarik dengan anak kembar."

"Aku memang tidak tertarik dengan anak kembar sepertimu, Tetsurou. Aku cuman mau main voli sama dia."

Tetsurou tertawa mendengarnya, baru kali ini dia melihat Rintarou tertarik berteman dengan orang asing seperti Atsumu. Padahal Tetsurou pikir, Rintarou akan sulit untuk berteman dengan Atsumu karena kepribadian pria itu yang berbanding terbalik dengannya. "Mau kok, katanya dia mau ajak kembarannya."

Deg.

Mendengar itu entah kenapa membuat jantung Rintarou berdebar. Dia merasa sangat tak sabar untuk bertemu kembaran Atsumu dan melihat apakah mereka terlihat sangat mirip seperti apa yang dikatakan Tetsurou atau tidak. Rintarou memang tidak bertanya apakah kembaran Atsumu seorang laki-laki atau perempuan, jadi selama dua hari ini dia hanya menebak saja.

Jika perempuan apakah akan secantik mamanya?

Jika laki-laki apakah akan setampan Atsumu?

"Rin-kun! Tetsu-kun!"

Mendengar suara Atsumu meneriaki nama mereka, keduanya langsung menoleh dan melihat dua orang laki-laki berlari kecil menghampiri mereka. "Ayo kita main voli!"

Saat keduanya tiba di depan mereka, Rintarou cukup terkejut melihat kedua laki-laki di depannya yang begitu mirip. "Woah kalian mirip sekali."

"Apa kubilang, kan?" Tetsurou menyikut lengan Rintarou yang masih kagum dan terkejut menatap mereka. "Tentu saja mirip, mereka kan kembar."

"Ah ... mereka kembar ternyata ...."

Tetsurou dan Atsumu tertawa melihat ucapan Rintarou yang kacau. Padahal Rintarou kan sudah tahu kalau Atsumu punya kembaran. Tapi melihat mereka secara bersamaan benar-benar membuat Rintarou linglung.

Apalagi melihat kembaran Atsumu yang ternyata seorang laki-laki.

Karena memiliki wajah seperti Atsumu, Rintarou akui laki-laki itu memang tampan. Tapi ... entah kenapa, Rintarou merasakan sesuatu selain tampan dari paras laki-laki itu. Dan itu cukup mengganggu detak jantungnya.

"Jadi kalian udah kenal?"

Lamunan Rintarou seketika buyar begitu mendengar suara laki-laki itu. "Mereka yang aku ceritakan padamu kemarin loh Samu ... kamu lupa ya?"

"Apa kita perlu kenalan lagi?" tanya Tetsurou.

Atsumu mengangguk. "Tetsu-kun, Rin-kun kenalkan ini kembaranku, namanya Samu."

Tetsurou mengulurkan tangannya lebih dulu. "Namaku Kuroo Tetsurou."

"Kamu anaknya paman pemilik penginapan, ya?" tanyanya sambil membalas uluran tangan Tetsurou. 

"Samu ... aku kan sudah cerita sama kamu!"

"Kapan?"

"Kemarin tahu! Kamu pasti lupa lagi ...."

Perdebatan dua anak kembar itu terhenti saat melihat Rintarou menghampiri laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya. Melihat itu, Osamu menatap iris mata Rintarou yang menatapnya lekat kemudian membalas uluran tangan itu dengan kaku. 

Deg.

"Namaku Suna Rintarou, kamu bisa memanggilku Rin. Namamu, siapa?"

Laki-laki itu tak langsung menjawab karena merasa terkunci sesaat tangan mereka bersentuhan. "O—Osamu. Miya Osamu."

"Ah ... namanya sama-sama Miya ...."

Suara Tetsurou menyadarkan mereka sehingga tatapan dan tautan tangan mereka terputus begitu saja.

"Ya kan? Sudah kubilang, kalian jangan panggil Miya, karena ada dua Miya di sini."

"Kalau begitu aku panggil Atsumu dan Osamu, gimana?" usul Tetsurou dan langsung ditolak oleh Atsumu. "Terus kami harus panggil kalian apa?"

Atsumu tersenyum sambil menunjuk dirinya. "Tsumu!" Lalu menunjuk kembarannya yang berdiri di sampingnya. "Samu!"

Tunjukan tangan Atsumu tidak berhenti sampai sana, ia menunjuk Tetsurou dan Rintarou di hadapannya sambil berkata, "Tetsu-kun dan Rin-kun!"

"Itu panggilan keren kita, bagaimana?"

"Woah! Keren!" puji Tetsurou karena merasa nama panggilan khusus yang laki-laki itu ciptakan sangat keren. Rintarou dan Osamu hanya menghela napas melihat keduanya yang begitu sangat polos dan bersemangat.

"Ya ampun ... kebiasaan menyingkat namamu tidak hilang ya, Tsumu."

"Tapi bagus kan? Buktinya Tetsu-kun menyukainya, ya kan Tetsu-kun?" Atsumu meminta persetujuan Tetsurou dan langsung dia dapatkan dengan mudah.

Osamu hanya geleng-geleng kepala melihatnya. "Kita jadi belajar voli pantai?"

"Jadi dong! Ayo kita main!"

"Ayo!"

Atsumu dan Tetsurou langsung berlari menuju lapangan yang kosong meninggalkan Rintarou dan Osamu di belakang. Mereka berdua diam-diam melirik satu sama lain kemudian Rintarou mengajak Osamu untuk mengejar mereka. Kedua berjalan beriringan menuju lapangan dengan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di antara mereka.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu