Langsung ke konten utama

Part 251; Solasta

 Suasana di dalam mobil Chevrolet Camaro hitam milik Rintarou terdengar senyap sejak mobil itu beranjak keluar dari area parkir kampusnya menuju apartemen—meskipun di dalam sana terlihat dua orang pria duduk bersebelahan tanpa ada perbincangan apapun.

Lebih parahnya lagi mereka berdua saling diam sejak keluar dari perpustakaan. Benar-benar tidak ada yang bicara lagi setelah Rintarou mengajak Osamu pulang ke apartemen karena kelasnya telah usai. Meninggalkan Keiji yang juga menunggu Kotarou selesai kelas.

Sebenernya dalam hati Rintarou, pria alpha itu ingin sekali mengajak Osamu bicara. Lebih tepatnya bertanya kenapa Osamu mendiamkannya seperti ini. Rintarou tidak tahu kenapa dan apa penyebab Osamu mendiamkannya. Apa karena Rintarou membuat kesalahan? Apa Rintarou tak sengaja menyakiti Osamu? Atau ada sesuatu yang terjadi pada Osamu? Entahlah ... semua pertanyaan itu terus berputar di kepala Rintarou tanpa ada satupun yang berani keluar dari mulutnya.

Ditengah menyetirnya, Rintarou melirik Osamu di sampingnya sekilas lalu kembali ke jalan raya di hadapannya. Tak lama, pria itu kembali milirik Osamu lalu kembali menatap ke depan. Begitu berulang kali sampai Rintarou lelah sendiri dan akhirnya mulai bicara.

"Sam?"

Rintarou memanggil Osamu pelan sambil melirik pria itu sebentar. Mendengar dirinya dipanggil, tentu Osamu menoleh pada Rintarou dan kemudian menjawab, "Ya?"

Mobil Rintarou berhenti begitu lampu lalu lintas menyala merah, sepertinya Tuhan sedang memberinya kesempatan untuk bicara pada Osamu sekarang.

"Lo kenapa diemin gue sih, Sam?"

"Gue ada salah sama lo?"

"Atau lo sakit?"

Kening Osamu mengkerut karena tak ada ucapan dari Rintarou selanjutnya. Pria alpha itu hanya menatap Osamu dengan keningnya yang mengkerut dan mimik wajahnya yang berubah. Terlihat seperti sedang berusaha mengatakan sesuatu tapi tak bisa.

"Sial!" Dan berakhir memarahi dirinya sendiri sambil menepuk wajahnya.

Sial ... kenapa susah banget sih ngomong doang?

Karena Rintarou tak kunjung bicara, Osamu memberanikan diri untuk bertanya, "Ada apa, Tuan Muda?"

"Sam?"

"Ya?"

" .... " Rintarou menggigit bibir dalamnya sambil menutup matanya, menyiapkan hati dan keberaniannya kemudian mengatakan satu kalimat langsung tanpa jeda;

"Mau vanilla latte?"


*


*


*


Sialan ....

Rintarou tidak berhenti merutuki dirinya sendiri karena tak punya nyali untuk bertanya pada Osamu padahal ia sudah merancang kalimat yang akan dia katakan pada Osamu, tetapi malah menawarkan vannila latte pada pria itu.

Keduanya berjalan beriringan menuju unit apartemen Rintarou dengan gelas vanilla latte di tangan Osamu sedangkan Rintarou memegang kotak cake yang dia beli di toko yang sama.

Rintarou harus meluruskan masalah ini dengan Osamu. Dia tak mau terus menerus didiamkan dan merasa canggung dengan Osamu setelah hubungan mereka yang sudah cukup dekat sekarang. Rasanya benar-benar tidak nyaman jika Osamu mendiamkannya tanpa Rintarou tau apa alasan dari ini.

Kriet ....

Rintarou membuka pintu apartemennya lalu bergeser sedikit agar Osamu masuk lebih dulu. Setelah keduanya masuk, Rintarou menutup pintu masuk kemudian berjalan ke area dapur untuk menyimpan kotak cake yang di belinya di atas counter. Osamu juga ada di sana, menyimpan gelas vanilla latte miliknya di dalam kulkas agar tetap dingin untuk ia minum nanti. Karena sepertinya, Osamu ingin kembali ke kamarnya

"Sam?"

Rintarou kembali memanggil Osamu membuat langkah pria itu terhenti. "Can we talk for a second? There's something I want to ask you."

Osamu tidak langsung menjawab, setelah beberapa saat, barulah ia membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Rintarou kemudian menjawab, "Okay."

Osamu tidak bergerak dari tempatnya berdiri, sepertinya sengaja menjaga jarak dari Rintarou dalam percakapan mereka. Rintarou juga tidak beranjak dari tempatnya berdiri dan memilih mulai bicara dengan jarak seperti ini agar Rintarou berani untuk mengatakannya. "Akhir-akhir ini, gue ngerasa lo ngediemin gue, Sam. Kenapa? Apa gue ada salah sama lo?"

Deg.

Osamu merasa jantungnya hampir keluar dari tempatnya berada karena tebakan Osamu benar jika Rintarou ingin mengatakan ini sejak tadi. Rintarou sudah menyadari sikapnya yang aneh beberapa hari ini, dan pasti akan langsung membicarakan ini dengannya.

"Apa gue ngga sadar udah nyakitin lo, Sam? Atau lo lagi sakit? Ada yang terjadi sama tubuh lo?"

Tidak, Rintarou tidak membuat kesalahan, tidak menyakitinya, dan tidak ada yang terjadi pada tubuh Osamu. Semuanya seharusnya baik-baik saja dan Osamu seharusnya tidak punya alasan mendiamkan Rintarou hanya karena alasan seperti cemburu sesuai dengan apa yang Keiji katakan padanya.

Melihat Osamu menundukkan pandangan sambil meremat kedua tangannya yang gemetar membuat Rintarou sedikit cemas. "Sam? Are you okay?"

"Tuan muda ... engga melakukan kesalahan apa-apa, kok."

Eh?

Apa ini? Kenapa Rintarou merasa ada yang berubah dari cara bicara Osamu?

"Engga ada yang salah, aku ... aku baik-baik saja."

Aku? Rintarou makin terkejut.

"Hanya ... hanya saja ... aku, aku yang salah ...."

"Kamu cemburu liat reply orang-orang di tweet Suna ya?"

"Aku ...."

Apa Osamu harus mengatakannya pada Rintarou? Apa tidak apa jika Osamu berterus terang padanga jika Osamu cemburu?

"Engga papa Osamu, wajar kok kalau kamu cemburu."

"Itu tandanya kamu memiliki perasaan pada Suna."

Apa ini hal yang wajar memiliki sebuah perasaan pada Rintarou?

"Aku ... cemburu."

Osamu mengatakannya pelan. Sangat pelan karena suaranya teredam dengan detak jantungnya yang makin menggila karena menahan segala perasaannya yang campur aduk. Osamu merasakan wajahnya memanas masih dengan debaran jantungnya menunggu respon Rintarou. Tapi, tak ada jawaban dari Rintarou membuat Osamu mengangkat pandangannya menatap Rintarou yang terlihat sangat terkejut dengan wajah memerah.

Deg!

Apa suaranya terdengar oleh Rintarou?

"Ma—maaf, saya per—permisi." Osamu buru-buru berbalik pergi menuju kamarnya.

Malu.

Osamu benar-benar merasa malu—

Taks!

Tapi, sebelum Osamu sempat membuka knop pintu kamarnya. Tangannya ditahan oleh Rintarou di belakangnya. Napas Osamu terhenti sebentar karena merasakan telapak tangan hangat Rintarou yang menahan tangannya yang menggenggam knop pintu. Osamu dapat merasakan tubuh Rintarou di belakangnya, dan hembusan napas pria itu di sekitar belakang kepalanya.

"Kita belum selesai bicara, Osamu," ucap Rintarou. Menggenggam tangan Osamu menjauh dari knop pintu dan menahan pria itu pergi dari sana. Osamu tak bergerak, memilih diam di tempatnya karena tak tahu harus berbuat apa dengan tubuhnya yang sedikit dihimpit oleh tubuh Rintarou dan pintu. Mempersempit gerak Osamu untuk kabur dari situasi itu.

Rintarou kembali bicara, "Yang lo bilang tadi, itu bener, Sam?"

Osamu tak menjawab, rasanya jantungnya menahan suara Osamu untuk mengatakan iya pada Rintarou.

"Lo diemin gue, karena cemburu?" tanya Rintarou.

Osamu tak menjawab, tangannya yang digenggam Rintarou tanpa sadar mempererat genggaman mereka karena Osamu menahan debaran jantungnya.

Merasakan itu, membuat Rintarou mendekatkan wajahnya ke sisi wajah Osamu yang terlihat bersemu dari belakang. "Jadi, lo cemburu, Sam?" tanyanya lagi. "Sam, jawab gue, lo beneran cemburu? Cemburu sama gue?"

Rintarou terus mendesak Osamu untuk meresponnya sambil mendekatkan sisi wajahnya pada sisi wajah Osamu. Osamu menarik napasnya dalam-dalam sebelum menjawab cepat. "Iya."

"Apa? Gue engga denger?"

"Iy—iya."

"Apa?" Rintarou mendekat lagi.

"Iya! Iya aku cemburu," jawab Osamu sedikit jengkel karena Rintarou terus menerus bergurau.

Tawa Rintarou lepas begitu saja di belakang sana. Tangannya yang bebas memeluk pinggang Osamu dari belakang dan membawa tubuh Osamu mendekat padanya. "Astaga ... kenapa lo lucu banget Osamu ...."

"Aduh Tuan ...."

Sisi wajahnya digusak gemas pada sisi wajah Osamu. Mengecup gemas sisi wajah Osamu sebelum memeluk tubuhnya erat dengan kedua tangannya.

"Jadi, alesan lo diemin gue itu karena cemburu?" Osamu mengangguk. "Ya ampun ... cemburu kenapa? Apa yang bikin Osamu si kaku ini cemburu, hm?"

"A—aku ngga kaku."

Rintarou tertawa. "Ya, bener, udah ngga kaku kok." Karena menyadari jika Osamu berusaha bicara non-formal padanya. Meskipun masih terdengar sedikit kaku, tapi sangat lucu dan menggemaskan untuk didengar. "Jadi, cemburu karena apa? Ada yang gue lakuin yang bikin lo cemburu?"

Osamu menggeleng kecil, "Lalu?"

Osamu menggigit bibir bawahnya sebelum menjawab pelan, "Engga ada yang Tuan Muda lakukan yang bikin aku cemburu, hanya ... hanya saja ... saat melihat orang-orang di kampus menatap Tuan Muda, berusaha mendekati Tuan Muda, menyukai Tuan Muda. Itu ... membuat aku merasakan perasaan aneh."

Rintarou merasakan gejolak perasaan yang bercampur adu dari Osamu. Perasaan sedih, gelisah, takut, dan lain-lain. Entah Rintarou dapat merasakannya.

Rintarou membawa Osamu untuk menghadap padanya, lalu kembali membawa tubuh pria itu ke dalam dekapannya. "Engga ada yang perlu lo khawatirin, Sam." Rintarou entah kenapa ingin mengatakan itu. "Apapun pikiran yang lagi lo pikirin sekarang, itu semua engga akan terjadi, oke? Karena gue, di sini, cuman sama lo, buat lo, ngga ada yang lain."

Osamu merasakan gejolak perasaan di hatinya menghangat dan menguar begitu saja. Ucapan Rintarou membuat perasaannya sangat lega meskipun pria itu belum mengatakan alasan jelasnya pada Rintarou.

Rintarou mengetahui itu.

"Kamu pernah denger soal Fated Couple, Osamu?"

Deg!

Osamu merasakan jantungnya berdetak kencang mengejutkannya. Dekapan Rintarou mengerat setelahnya karena pria alpha itu merasakan hal yang sama seperti Osamu.

"So, lo mulai tertarik sama Osamu, Sun?"

Rintarou melepaskan dekapannya, iris matanya menatap lekat netra keabuan milik Osamu yang tampak bercahaya. Pandangan Osamu seketika terkunci saat telapak tangan Rintarou menangkup sebelah wajahnya. Membawanya tenggelam lebih dalam pada iris kuning kecoklatan milik Rintarou.

Deg!

"Itu tandanya kamu memiliki perasaan pada Suna."

"Kalian pacaran?"

"Aku pikir kalian pacaran."

"So, lo mulai tertarik sama Osamu, Sun?"

Osamu merasakan bibir Rintarou menyapa belah bibirnya dan membawanya ke dalam ciuman hangat, penuh dengan segala perasaan masing-masing yang mengalir dan meluap untuk berusaha mengutarakannya secara tersirat. Tanpa kata dan bicara, tapi keduanya dapat merasakan perasaan hangat satu sama lain.

Saat lidah Rintarou mulai menyapa milik Osamu, tubuh mereka merasakan suatu gejolak yang membuat jantung mereka berdebar seirama. Serigala di dalam tubuh mereka seakan sedang mengaum merubah warna iris mereka menjadi kuning safir dan ungu safir.

Omegaku.

Alphaku.

Tanpa mereka sadari, di tengah ciuman itu. Ikatan itu telah mengikat diri mereka masing-masing, seolah mengikrarkan bahwa mereka adalah pasangan yang ditakdirkan.

Sejak dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu