Langsung ke konten utama

Part 249; Solasta

"Terima kasih atas makanannya." Osamu menyatukan telapak tangannya di depan dadanya setelah selesai memakan bekal yang Keiji bawakan untuknya cicipi. Rasa lega terlihat jelas di wajah pria omega yang duduk di hadapannya karena usahanya belajar masak dari Osamu terbayarkan. Meski hanya satu menu yang berhasil Keiji masak dengan berhasil, tapi setidaknya, ia bisa menambah menu makanan di rumah.

"Syukurlah kalau enak ...," ucap Keiji. "Aku bawa macha, kamu pernah minum, Osamu?" tanya Keiji sambil mengeluarkan dua kaleng macha dari dalam kantung yang dia bawa.

Kening Osamu mengerut sebentar karena asing dengan nama minuman yang Keiji sebutkan barusan. "Sepertinya tidak? Aku lebih sering minum vanilla latte," jawab Osamu sambil menerima sekaleng macha yang Keiji berikan. Ia membuka kalem tersebut kemudian meminumnya perlahan.

Enak, batin Osamu.

"Vanilla latte? Wah ... kayaknya kamu seneng minum kopi ya?" ujar Keiji. "Aku engga terlalu suka kopi, lambungku kadang sakit kalau aku minum kopi." Osamu meneguk minuman kaleng itu sampai habis dan tentu membuat Keiji tertawa kecil melihat wajah Osamu yang sepertinya menyukai minuman yang dia berikan itu. "Gimana rasanya? Kamu suka?"

"Ya, ini enak," jawab Osamu. Menyimpan kaleng kosong itu di atas meja kemudian membereskan kotak makan yang berada di atas meja kembali ke dalam tas yang Keiji bawa.

"Ini minuman kesukaan aku, seneng dengernya kalau kamu juga suka," ujar Keiji sambil tersenyum kecil. Melihat senyum tulus Keiji yang selalu terbingkai di wajahnya tentu membuat Osamu merasakan rasa nyaman berada di dekat pria omega itu sampai tidak sadar, jika Osamu juga tersenyum kecil di sana.

Osamu tidak tahu kenapa dirinya merasa nyaman mengobrol dengan Keiji yang notabene adalah orang asing bagi Osamu. Keiji bukan rekan kerja Osamu. Bukan juga salah satu keluarga Ushijima. Hanya kekasih dari salah satu teman dekat Rintarou. Tapi, Osamu merasa tak ada salahnya untuk mengenal Keiji lebih jauh.

Mungkinkah karena Keiji yang sangat ramah padanya? Atau ... karena mereka sama-sama omega?

Osamu tahu jika status aslinya adalah seorang omega—tetapi, statusnya telah berubah sejak itu. Semua orang yang ia temui bahkan mengakui jika dirinya seorang alpha. Tapi ... kenapa hanya Keiji yang menyadari dirinya adalah seorang omega?

Meskipun Keiji tidak pernah menyinggung soal status dirinya lagi—setelah dielak terus menerus oleh Osamu—tapi sepertinya Keiji tetap menganggap jika Osamu sama sepertinya.

"Ngo—ngomong-ngomong Akaashi, kamu ada kelas setelah ini?" tanya Osamu.

Bukannya langsung mendapatkan jawaban dari Keiji, Osamu justru mendapatkan tepuk tangan kecil dari pria omega itu. "Sudah sedikit ngga kaku, kalau kamu terus terapin, kamu akan lebih terbiasa. Hari ini aku engga ada kelas, jadi bisa nemenin kamu sampai Suna-san selesai kelas. Kita juga bisa ngobrol lebih banyak lagi."

"O—oke." Bibir Osamu sedikit aneh menjawab oke ketimbang baik. "Apa ... engga pa—apa bicara seperti ini sama Tu—Suna secepat ini?"

"Aku rasa engga papa," jawab Keiji. "Soalnya"

Dret!

Ponsel Keiji bergetar di atas meja. "Sebentar." Kemudian meraih ponsel itu dan membalas pesan yang masuk di sana. Selagi menunggu Keiji dengan ponselnya, Osamu meraih buku yang sempat Osamu baca sebelum Keiji sampai di sana. Tak lama suara Keiji terdengar, "Sepupuku mau ke sini, Sam. Kamu keberatan engga?"

Sepupu? Batin Osamu kemudian mengangguk. "Engga kok." Kemudian melanjutkan ucapannya dengan sebuah pertanyaan, "Ada sesuatu yang penting, ya?"

Keiji menggeleng kecil sambil tersenyum senang karena Osamu berusaha untuk membangun percakapan di antara mereka. "Bukan sesuatu yang penting, sih. Dia baru kembali dari kerjaannya di luar kota, terus aku sama Kotarou nitip sesuatu jadi dia mau kasihin barangnya sekalian sama oleh-oleh," jawab Keiji. "Nanti aku kenalkan padamu, ya? Cuman dia agak dingin sama cuek, jadi aku minta maaf kalau kamu agak tersinggung sama sikap dia."

Osamu mengangguk sambil membayangkan sosok sepupu Keiji seperti; apakah sedingin dan secuek Kozume-san? Atau cara bicaranya seperti Tuan Semi?

Di tengah lamunannya, layar ponsel Osamu berkedip di atas meja. Ia meraih benda pipih itu dan melihat sebuah pesan dari Rintarou muncul di layar. Mengatakan jika kelasnya akan segera berakhir.

Mengingat Rintarou perasaan Osamu berubah kembali. Rasa aneh yang tak nyaman itu benar-benar membuat Osamu lelah. Dia tidak mengerti kenapa dirinya bisa cemburuseperti apa yang Keiji katakan padanya—pada Rintarou. Kenapa dia cemburu melihat banyak wanita dan pira di luar sana berusaha mendekati Rintarou? Sedih dan gelisah ketika membayangkan jika melihat Rintarou bersama salah satu dari mereka?

Rasanya benar-benar tidak nyaman

"Osamu?"

Lamunan Osamu buyar begitu saja begitu mendengar suara Keiji memanggil namanya. Osamu langsung menoleh kembali pada Keiji yang ternyata tidak sendiri, tetapi bersama seorang pria asing di sampingnya.

Mungkinkah itu sepupu Akaashi?

"Osamu kenalkan ini sepupuku." Osamu bergegas bangkit dari duduknya. "Namanya Kageyama Tobio, Tobio kenalkan, ini temanku, Osamu."

Osamu mengulurkan tangannya. "Osamu."

Sepupu Keiji yang bernama Tobio itu terlihat memandang Osamu dengan wajah dingin dan cueknya. Benar seperti apa yang dikatakan Keiji, jika sepupunya itu sangat dingin dan sepertinya susah didekati. Mungkin juga tidak akan memalas uluran tangan Osamu.

"Kageyama Tobio."

Di luar dugaan, pria itu membalas uluran tangan Osamu. "Osamu saja?"

"Ya, Osamu saja."

"Oh," responnya kemudian kembali pada Keiji. "Ini barangnya, yang putih buat Bokuto," ucapnya sambil memberikan beberapa kantung belanja pada Keiji.

"Iya iya, kamu udah bilang pas di chat loh?" Keiji menerima pemberian sepupunya itu. Pria omega itu menawarkan Tobio untuk bergabung bersama mereka karena sebentar lagi Kotarou akan selesai kelas.

Tetapi langsung Tobio tolak. "Engga bisa, gue ada kerjaan abis ini."

"Yah ... kamu sibuk banget ya akhir-akhir ini?"

"Ya ... gitu deh," jawab Tobio. "Lain kali gue mampir ke apartemen lo kalau engga sibuk."

"Oke, aku tunggu ya, Tobio."

Tobio mengangguk kemudian berpamitan pada mereka berdua. Saat Tobio berbalik, tubuhnya bertabrakan dengan seorang gadis menyebabkan ponselnya jatuh.

"Ma—maaf!"

"Kalau jalan lihat pakai mata."

"Tobio, jangan begitu!"

Melihat ponsel Tobio jatuh di dekatnya, Osamu meraih ponsel itu dan tak sengaja menekan tombol kunci sehingga layar ponsel Tobio menyala. Osamu terdiam sebentar melihat foto pada lockscreen Tobio yang menampilkan foto Tobio dengan seorang pria berambut oranye yang tersenyum ke arah kamera namun wajah pria berambut oranye itu ditutup kedua tangan Tobio yang memeluk dari belakang. Keduanya tampak tersenyum lebar

Ponsel di tangan Osamu langsung direbut oleh Tobio. Pria itu terlihat tak suka melihat Osamu yang berhasil melihat foto pada ponselnya. "Maaf, aku tidak sengaja." Setelah meminta maaf meski tanpa jawaban apapun dari Tobio, sepupu Keiji itu kemudian pergi dari sana. Keiji langsung meminta maaf pada Osamu atas kelakukan Tobio yang kadang-kadang baik, kadang-kadang tidak.

"Sejak dulu Tobio kayak gitu, engga berubah sama sekali. Maaf ya, Osamu."

"Iya, engga apa-apa kok."

Jika memang begitu, tapi ... kenapa di foto itu, Kageyama-san tersenyum? Dia juga ... tampak sangat senang?

"Osamu?"

Tak lama berselang, Osamu mendengar suara seseorang memanggilnya.

Bukan suara Keiji.

"Eh? Suna? Kamu udah selesai kelas?"

Suara Rintarou.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu