Langsung ke konten utama

Part 192; Solasta

 Sudah dua hari berlalu sejak papa menemui Rintarou di hotel yang Rintarou tinggali beberapa hari ini—yang ternyata adalah milik papanya. Sungguh, entah memang karena kesialan Rintarou atau takdir yang menginginkan dirinya kembali ke rumah membuatnya harus masuk ke dalam lingkungan papanya. Padahal, Rintarou berniat kabur dari papanya.

Salah Rintarou juga yang tidak mengatahui apa saja usaha yang papanya jalani dan apa saja wilayah milik papanya, sampai dia tidak tahu, jika hotel yang dia tempati saat ini adalah milik papanya yang dipegang oleh Sugawara Koshi.

Rintarou masih ingat bagaimana dirinya ditertawai oleh Koshi yang kemarin sengaja mengunjungi kamarnya. Ditambah sekarang, salah satu orang kepercayaan papanya itu kembali mengunjunginya untuk membantu dirinya check out dari hotel.

"Lain kali sebelum mencoba kabur, kamu harus tahu apa saja wilayah yang dimiliki Tuan Besar kalau tidak mau masuk ke dalam kandang sendiri," ujar Koshi disusul tawa kecilnya di samping Rintarou yang sedang membereskan barang-barangnya ke dalam tote bag yang Koshi berikan. Tidak terlalu banyak, hanya beberapa pakaian kotor yang sebelumnya dia beli untuk baju gantinya selama kurang lebih lima hari ini. "Dan jangan lupa dengan keahlian Kenma."

Rintarou mendengus mendengarnya. "Sebenernya yang jadi masalah itu Kenma."

Koshi tertawa lagi. "Memang, Kenma terlalu ahli dalam urusan mencari orang, makanya Tuan Besar mempercayakan pekerjaan itu padanya." Setelah selesai beres-beres, mereka keluar dari kamar hotel itu lalu berjalan bersisian menuju basement tempat dimana mobil Rintarou berada. "Tapi yang terpenting, syukurlah jika Tuan Muda baik-baik saja dan kembali ke apartemen. Saat Tuan Muda pergi, Osamu sangat mengkhawatirkan Tuan Muda dan setiap hari bertanya tentang anda, loh."

Rintarou tak menjawabnya. Tidak diberitahu pun Rintarou tahu jika Osamu sangat mengkhawatirkan dirinya. Dilihat dari banyaknya pesan yang dia dapatkan dari Osamu juga panggilan tak terjawab dari pria itu. Ditambah dengan ucapan Koshi menambah jelas semuanya jika Osamu memang sangat mengkhawatirkan dirinya. Membuat Rintarou makin merasa bersalah karena telah membuat Osamu seperti itu.

Menyadari jika tak ada jawaban dari Rintarou, Koshi melanjutkan, "Sepertinya anda juga mengkhawatirkan Osamu, Tuan Muda?"

"Apa?" Rintarou sedikit terkejut mendengarnya sampai tidak sadar membuat langkahnya terhenti.

Koshi menghentikan langkahnya juga karena kebetulan mereka sudah tiba di depan lift. "Ada apa, Tuan Muda?"

"Kenapa Kak Suga bilang gitu?" tanya Rintarou.

"Terlihat jelas di wajah anda, Tuan Muda," jawab Koshi.

Membuat Rintarou menyentuh wajahnya dengan sebelah tangan. "Ma—masa?"

Melihat reaksi Rintarou yang di luar dugaannya membuat Koshi berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertawa. Tuan muda di hadapannya terlihat seperti seorang remaja yang ketahuan menyukai teman sekelasnya dan itu terlihat sangat lucu di mata Koshi. Jarang-jarang dia bisa melihat Rintarou berekspresi seperti ini. "Iya, benar." Koshi tertawa kecil sambil menekan tombol lift lalu melanjutkan, "Tapi tidak apa-apa, Tuan Muda. Itu tandanya kalian saling peduli satu sama lain, bukan?"

Ting!

Pintu lift terbuka saat Koshi bicara seperti itu. Pria beta itu tersenyum kecil lalu mempersilahkan Tuan Muda untuk masuk ke dalam lift itu sendiri tanpa dirinya. "Hati-hati di jalan Tuan Muda, pastikan anda kembali ke apartemen, ya? Osamu sudah menunggu anda di sana, mungkin bersama Kenma dan teman kecil anda," pesan Koshi sebelum Rintarou mengangguk kecil lalu menutup pintu lift kemudian menekan tombol lift menuju basement.

Hanya ada dirinya di sana. Rintarou menyandarkan punggungnya pada dinding lift sambil menghela napas mengingat perkataan Koshi beberapa menit lalu. Mendengar nama Osamu selalu membuat Rintarou kembali mengingat pria itu, juga semua pesan yang dia dapatkan. Karena sejujurnya, Rintarou sedikit takut untuk bertemu dengan Osamu. Tidak tahu apa yang harus Rintarou katakan dan apa yang harus dia lakukan saat bertemu dengan pria itu setelah lima hari ini.

Tapi, jika Rintarou tidak bertemu dengan Osamu—mengulur waktunya pulang—ia tidak tahan dengan perasaan yang terus mengganggu pikirannya ini. Seperti ... Rintarou ingin cepat bertemu dengan pria itu, melihat Osamu, melihat bagaimana pria itu tersenyum padanya, mendengar suara kaku Osamu yang sangat lucu di mata Rintarou, juga masakan pria itu yang selalu terasa enak baginya. Semuanya ... semuanya tentang Osamu sangat Rintarou rindukan.

 Dan perasaan rindu ini hampir membuatnya gila.

Ting!

Pintu Lift tiba-tiba terbuka ketika berhenti di lantai lima. Rintarou bergegas membenarkan postur berdirinya ketika melihat dua orang pria masuk ke dalam lift lalu berdiri bersebelahan dengannya. Sebelum kedua pria itu masuk, salah satu dari mereka sempat bertemu pandang dengan Rintarou beberapa detik sebelum akhirnya terputus saat pria itu tersenyum ramah padanya dan dibalas oleh Rintarou.

Mirip Bokuto, batin Rintarou. Memang jika dilihat-lihat, rambut pria itu mirip seperti Kotarou hanya saja dengan model yang berbeda. Tinggi pria itu juga tidak setinggi Kotarou dan mungkin hanya sekitar 175 cm dan dilihat dari raut wajahnya, sepertinya tidak memiliki kelakuan seperti Kotarou.

Saat pintu lift kembali tertutup, Rintarou dapat mendengar suara pria lain di sebelah mereka—memiliki rambut berwarna hitam berponi dan memakai earphone di kedua telinganya tak lupa dengan wajah dingin tanpa ekspresibertanya, "Ngga mampir ke lobi dulu?"

"Tidak perlu, Hoshiumi sudah menunggu di basement."

"Oh."

"Kau mau ke lobi?"

"Engga."

Ting!

Pintu lift kembali terbuka ketika sampai di basement hotel, saat kedua pria itu akan keluar dari sana. Sebuah kalung tiba-tiba jatuh di hadapan Rintarou yang juga akan keluar dari dalam lift itu. Rintarou segera mengambil kalungdengan bandul berbentuk love setengah juga sebuah bandul huruf K di sampingnya—itu kemudian menyusul kedua pria itu.

"Permisi, maaf?"

Pria yang memiliki rambut seperti Kotarou itu berhenti ketika mendengar suara Rintarou. Ia kemudian berbalik. "Ya?"

"Sepertinya barang kalian ada yang jatuh." Rintarou menunjukkan kalung yang dia temukan pada pria itu.

"Itu bukan punyaku," jawabnya setelah melihat kalung yang Rintarou tunjukkan. "Tapi sepertinya punya temanku, sebentar, hei Kageyama!" pria itu memanggil temannya yang sudah jalan terlebih dahulu meninggalkannya.

Pria bersurai hitam itu menoleh. "Apa?"

"Sepertinya kalungmu jatuh."

Mendengarnya, pria bersurai hitam itu langsung menghampiri Rintarou dengan tergesa kemudian mengambil kalung di tangan Rintarou tanpa bicara apa-apa dan langsung pergi begitu saja. Melihat kelakuan temannya, tentu saja pria bersurai putih-hitam itu mengomel. "Kageyama! Jangan pergi begitu saja, setidaknya bilang terima kasih dulu!" Tapi tidak digubris oleh temannya. "Hhh ... maaf ya, temanku memang seperti itu."

"Oh? Engga papa, kok."

"Mewakili temanku, aku ucapkan terima kasih ya karena mengembalikan kalungnya yang jatuh."

"Sama-sama."

Pria itu tersenyum kecil sampai suara temannya yang lain memanggil. "Oi Shinsuke!"

"Sepertinya aku harus pergi, terima kasih sekali lagi, ya?"

"Ya, sama-sama." Rintarou mengangguk membiarkan pria itu pergi dari sana, kemudian melanjutkan langkahnya menuju mobilnya setelah beberapa detik memperhatikan pria itu yang menghampiri sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari sana.

Rintarou tak menyadari, ketika pria itu berbalik meninggalkannya. Senyum pria itu masih terbingkai di wajahnya namun berbeda dengan senyum yang pria itu tunjukkan pada Rintarou sebelumnya.


*


*


*


Langkah Rintarou terhenti di depan pintu unit apartemennya. Sebelah tangannya terhenti di udara ketika ia akan memasukkan kode unit apartemen ketika mengingat kembali kejadian lima hari lalu ketika dirinya pergi dari sana. Ingatan itu sering kali mengganggu Rintarou, karena rasa bersalahnya pada Osamu yang terus muncul di pikirannya. Dia mengambil napas perlahan kemudian membuangnya sebelum melanjutkan gerakannya yang terhenti barusan.

Jangan memikirkan yang tidak-tidak, Rintarou. Ia menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan semua pikiran-pikiran buruk tentang Osamu. Salah satunya adalah, Rintarou takut jika Osamu tidak mau memaafkannya atas kejadian lima hari lalu. Pikiran itu tiba-tiba muncul begitu saja selama perjalanan. Bahkan Rintarou sampai mampir ke Starbucks untuk membeli vanilla latte untuk Osamu sebagai tanda permintamaafannya pada pria itu.

Ceklek!

Saat pintu terbuka, Rintarou memberanikan diri masuk ke dalam tempat tinggalnya lalu menutup pintu itu. Saat Rintarou berbalik, dia dapat mendengar suara derap langkah yang terburu menghampirinya dan kemudian, sosok Osamu muncul dari balik dinding.

"Osa"

"Tuan Muda!"

Grep!

Di luar dugaan, begitu melihat Rintarou di sana, Osamu langsung berlari menghampirinya dan tanpa sadar memeluk pria itu. Rintarou dapat merasakan jantungnya berdebar cukup kencang begitu Osamu memeluknya sangat erat, dan berucap di sela tangisnya.

"Syukurlah ...."

"Syukurlah anda kembali, Tuan Muda."

Rintarou dapat mendengar suara isak tangis pria itu juga feromon menenangkan Osamu yang kembali tercium olehnya. Perlahan, Rintarou membalas dekapan Osamu dengan sebelah tangannya dan membawa pria itu lebih dalam padanya.

"I'm sorry, Osamu." Rintarou berujar pelan, mengelus surai keabuan milik Osamu dan membawanya bersandar padanya. "Maaf atas tindakan gue lima hari lalu, maaf bikin lo khawatir kayak gini."

"Hiks ...."

"Maaf ya, Sam. Maaf ...."

Osamu tak membalasnya dan memilih mendekap Rintarou. Ia terlalu senang melihat Rintarou kembali pulang padanya sampai ia tak bisa menahan untuk tidak memeluk pria alpha itu. Melihat tuan mudanya baik-baik saja, melihat tuan muda mau kembali padanya membuat Osamu tidak bisa lagi menahan air matanya, dan akhirnya luluh begitu saja begitu melihat Rintarou di hadapannya.

"Maaf ya, Sam?"

"Cup ... jangan nangis, I'm here, Osamu. Gue di sini. Gue pulang buat lo. Jadi jangan nangis lagi ya?"

Tetsuro dan Kenma yang melihatnya memilih diam di balik dinding, mengamati dalam diam tanpa berniat untuk menghampiri mereka, dan memberikan ruang bagi mereka untuk melepas rindu yang tak mereka sadari.

Sampai dirasa cukup, untuk mengobati satu sama lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu