Langsung ke konten utama

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan.

Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana.

Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu dari luar sana.

Osamu hanya sendiri di sana—padahal ia bisa meminta salah satu anggota Sugawara untuk menemaninya. Tapi, banyaknya misi yang Osamu dapatkan selama di Amerika membuat dirinya menjadi seperti ini. Lebih memilih menjalankan misi sendirian tanpa bantuan rekan setimnya. Karena baginya, sendiri pun ia bisa menyelesaikan misi itu dengan baik.

Suara earphone wireless yang ia pakai di telinga kirinya bersuara. "Panggilan pada Osamu."

Osamu menekan tombol kecil di sana sebelum menjawab, "Osamu di sini."

"Di bagian utara hotel, tepatnya di belakang, saya melihat seseorang yang mencurigakan seperti—ugh!"

Bola mata Osamu membulat ketika mendengar suara gaduh di seberang sana dan suara rekannya yang terputus karena sesuatu. "Halo? Hei! Kau masih berada di sana?" Osamu terus memanggil berulang kali, memastikan jika rekannya masih berada di sana dan mendengar suaranya. Akan tetapi, sebuah sinyal terputuslah yang dia dapatkan.

Osamu bergegas turun dari rooftop gedung itu menuju tempat yang sempat rekannya sebutkan sebelum sinyal terputus. Instingnya mengatakan jika memang akan terjadi sesuatu pada pertemuan kali ini entah siapa target dan dalang dari semua ini. Dia yakin beberapa pengawal dari setiap petinggi perusahaan sudah mewaspadai ini dilihat dari beberapa titik pengawasan yang dapat Osamu lihat sepanjang langkahnya menuju bagian utara hotel tersebut.

Begitu Osamu berbelok, sebuah tongkat besi tiba-tiba dilayangkan padanya. Osamu yang menyadarinya tentu langsung menunduk menghindar lalu merogoh senapan di balik jubah hitamnya lalu ia tembakkan pada targetnya yang juga berhasil lolos dari serangannya.

Osamu memasang kuda-kuda menembaknya dengan menatap tajam pada seseorang berjubah hitam seperti dirinya yang terlihat samar tersenyum kecil dari balik tudung dan sebuah mask yang orang itu kenakan. Tak meminimkan rasa waspadanya pada sekitar karena ia masih tidak tahu apakah seseorang di hadapannya ini datang sendirian atau justru membawa pasukannya, dan mungkin Osamu bisa diserang di sudut manapun.

"Ternyata instingmu boleh juga ya."

Seorang pria.

Saat Osamu mendengar suaranya, ia dapat merasakan feromon alpha yang mulai menguar masuk ke dalam indra penciumannya. Membuat tubuhnya sedikit menegang dan pegangan pada senapannya mengerat. "Aku pikir yang datang hanya seorang sampah seperti orang di sana."

Osamu mengikuti arah kepala pria itu yang menunjuk sesuatu di sebelah kirinya. Dan seketika, mata Osamu membulat kembali begitu melihat tubuh rekannya terbujur kaku dengan darah yang merembes keluar dari kepalanya.

"Ck." Osamu berdecak.

"Let's find out where you're from." Pria itu melangkah mendekati Osamu dan dengan cepat berlari ke arahnya tanpa bisa Osamu cepat merespons untuk menghindar. Dalam sekali tatap, orang itu melempar senapan Osamu dengan batang besi yang ia bawa lalu melayangkannya kembali pada sisi kepala Osamu.

Taks!

Osamu menangkisnya dengan kedua tangannya yang dipastikan akan memar setelahnya. Ia lalu berlari menghindar mencari senapannya berada sambil terus berusaha menghindari semua serangan yang pria itu layangkan padanya. Osamu tidak bisa balik menyerang karena ia tak memiliki senjata apa pun apalagi pria di hadapannya ini sepertinya bukan pria sembarangan.

Osamu tidak boleh gegabah atau bisa-bisa ia terluka fatal di misi ini.

Osamu berlari menuju dinding di belakangnya lalu menggunakan dinding itu sebagai pijakannya untuk menendang wajah pria itu yang mendekat padanya. Serangan tiba-tiba itu berhasil membuat pria itu terkena serangan Osamu lalu menjauh beberapa meter dari posisi Osamu berada. Cela sepersekian detik itu Osamu gunakan untuk mencari letak senapannya berada dan ia berhasil menemukannya. Tepat berada di samping pria itu.

Osamu lalu berlari menghampiri pria itu, menendang tongkat besi di tangannya sejauh mungkin lalu melayangkan tinjuannya pada pria itu yang tentu saja langsung menangkis serangan Osamu. Mereka kembali dalam perkelahian tangan kosong, dengan sesekali, Osamu berusaha menendang dagu Pria itu sambil meraih senapannya.

Menyadarinya, pria itu langsung menendang sisi kepala Osamu sehingga membuatnya jatuh dan terlempar beberapa meter dari sana.

"Uhuk!"

Osamu merasakan darah mengalir dari sisi wajahnya. Tendangan itu cukup kuat mengingat jika pria dihadapannya ini kemungkinan adalah seorang alpha. Pandangan Osamu sedikit mengabur dan kepalanya pening mendadak. Tapi, Osamu dapat melihat bagaimana pria itu meraih tongkat besi miliknya lalu melempar itu padanya.

Bught!

Osamu menyilangkan kedua tangannya di hadapan wajahnya agar tongkat besi itu tidak menghantam wajahnya. Rasa nyeri tiba-tiba menyerang kedua lengannya menyebar ke seluruh tubuhnya dan itu membuat jantung Osamu tiba-tiba berdetak kencang.

Deg!

"Akh!" Osamu merasakan rasa sakit yang menjalar di sisi lehernya. Ia mengeram, memegang sisi lehernya yang terasa terbakar juga perutnya yang mendadak kram.

Sialan … kenapa sekarang.

Langkah pria itu yang akan menghampiri Osamu mendadak terhenti begitu merasakan feromon yang tiba-tiba tercium olehnya. Aroma yang sangat manis, dan itu berbeda dari aroma yang awalnya pria itu cium saat Osamu datang ke sana.

"Aroma ini …."

Osamu menegang, wajahnya berubah panik karena feromonnya menguar sampai tercium oleh pria itu. Ia barusaha berdiri, meski tubuhnya gemetar hebat akibat rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Aroma omega, bukan?"

Pria itu terlihat tertawa menyadari jika pria yang sejak tadi ia lawan ini adalah seorang omega. "Feromon ini adalah feromon omega, tidak salah lagi, kau seorang omega, bukan?"

"Tidak aku sangka seseorang petinggi mempekerjakan seorang omega, apalagi berada di misi seperti ini." Pria itu menghampiri Osamu, feromon alphanya mulai menajam mengunci gerak osamu. "Siapa dia? Siapa yang mempekerjakanmu?" Pria itu menarik dagu Osamu sehingga wajah Osamu dapat terlihat jelas oleh kedua matanya.

Osamu berdecak, menatap wajah pria itu yang samar karena terhalang tudung dan kegelapan malam di sekitar mereka.

Bught!

"Uhuk!"

Selamatkan aku ....

Perut Osamu tiba-tiba ditendang membuatnya terbatuk darah lalu terlempar sampai menabrak dinding di belakang mereka. Pria itu meraih tongkat besi yang tergeletak, menghampiri Osamu. "Sayang sekali, padahal aku ingin bersenang-senang denganmu lebih lama. Tapi sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada tubuhmu ya, Omega?"

Osamu berusaha membuka matanya. Rasa sakit dan semua pikiran di kepalanya mendadak menghilangkan akal sehatnya.

Drt!

Langkah pria itu tiba-tiba terhenti. Ia menekan tombol di earphone wireless miliknya.

"Kau di mana, Shinsuke?"

"Ada apa?"

Pria itu melirik Osamu sebentar. "Baik, aku mengerti." Lalu kembali padanya. "Ah sayang sekali, sepertinya Tuhan sedang berpihak padamu."

Pria itu berbalik meninggalkan Osamu sebelum berkata padanya. "Sampai bertemu lagi, Omega."

Saat pria alpha itu pergi darinya, Osamu bernapas lega karena sedikit demi sedikit efek obat yang ia konsumsi mulai mereda meskipun masih sedikit menyakitkan. Sialan … kenapa efek ini tiba-tiba muncul di saat genting seperti ini? Dan kenapa di saat seperti ini, ia harus mencium feromon alpha yang sekuat itu sampai tubuhnya tidak bisa bereaksi?

"Sial!" Osamu mengeram memukul tanah di bawahnya lalu berusaha bangkit dari sana. Ia perlu kembali ke rumah sekarang, feromon miliknya mungkin akan bertambah kuat sehingga memancing para alpha untuk mendekat padanya.

Ia meraba telinga kirinya untuk menghubungi temannya.

Deg!

Namun earphone wireless miliknya tidak ada di sana.

Apa jatuh saat bertarung tadi?

Tidak. Osamu tidak bisa memikirkan di mana itu berada. Dia harus mencari rekannya sendiri, semua rekannya adalah beta, jadi mereka tidak mungkin bisa mencium feromonnya atau bereaksi setelah menciumnya.

Selamatkan aku ….

Langkah Osamu sedikit terseok namun berhasil membawanya menjauh dari sisi utara di hotel itu. Menuju sebuah sisi hotel yang lain yang samar ia dapat mendengar suara gaduh perkelahian yang entah dibuat oleh siapa.

Selamatkan aku ….

Deg!

Saat netra Osamu melihat tubuh seorang pria yang berdiri di antara tubuh-tubuh yang tumbang di bawah sana. Sesuatu di dalam tubuhnya meraung, darahnya mendadak mendesir dan jantungnya yang berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Alpha ….

Saat pria itu berbalik, netranya mendadak membulat dan berganti warna menjadi ungu safir begitu melihat bola mata kuning safir milik pria itu. Aura di sekitar pria itu yang awalnya tegang dan mencekam mendadak mencari begitu pandangan mereka bertemu dan perlahan iris kuning safir milik pria itu meredup dan berganti menjadi iris obsidian.

"Osamu?" Begitu kembali dalam kesadarannya, ia bersuara memanggil seorang pria yang terlihat babak belur tak jauh darinya yang ternyata adalah Osamu.

"Young Master—"

Bruk!

Tubuh Osamu ambruk seketika sebelum menyelesaikan ucapannya. Dengan sigap Rintarou menghampiri Osamu, dan menahan tubuhnya sebelum jatuh ke tanah.

Apa-apaan ini ….

Kenapa Rintarou bisa berada di sini?!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 23; Solasta

  Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group —dan juga papanya. Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan . Diasingkan Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beber

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te