Langsung ke konten utama

Part 23; Solasta

 Suna Rintarou menghentikan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya tepat di depan sebuah gerbang mewah setinggi dua meter yang menjadi pintu masuk utama menuju ke kediaman Ushijima Wakatoshi; petinggi sekaligus pemilik Ushijima Group—dan juga papanya.


Melihat siapa yang datang, dua orang pria yang bertugas menjaga gerbang langsung membukakan gerbang untuknya. Tak lupa membungkuk hormat untuk menyambut kedatangan sang tuan muda yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya. Melihatnya, Rintarou sedikit berdecih dalam hati karena dirinya tidak terlalu suka diperlakukan bak seorang pangeran—padahal faktanya; dirinya diperlakukan seperti seorang buangan.


Diasingkan


Bahkan tidak ada yang tahu siapa Suna Rintarou sebenarnya selain orang-orang tertentu yang sudah mendapatkan izin dari papanya untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya.


Rintarou memarkirkan mobilnya di depan rumah setelah melewati air mancur besar yang berada di tengah-tengah halaman depan rumahnya. Dia dapat melihat beberapa pelayan pria menghampiri mobilnya lalu membukakan pintu untuknya—padahal Rintarou berniat membukanya sendiri—lalu membungkuk hormat begitu Rintarou keluar dari mobil.


Sejujurnya, Rintarou tidak terlalu mengenal para pelayan yang bekerja di rumah ini karena—yah ... jika diingat-ingat lagi, Rintarou tidak tinggal di sana dan hanya mengunjungi rumah papanya sesekali saja. Rintarou hanya mengenal beberapa pekerja yang bekerja di bawah perintah papanya langsung. Entah di perusahaan atau di tempat lain.


Seperti seorang pria yang menghampirinya saat ini; Sawamura Daichi.


"Selamat datang, Tuan Muda."


Daichi membungkuk hormat padanya diikuti dua orang pelayan wanita berseragam maid di belakangnya. Membuat Rintarou mendengus. "Engga usah panggil Tuan Muda segala, udah berapa kali gue bilang sih, Kak?"


Daichi hanya terkekeh pelan melihat Tuan Muda di hadapannya yang tidak pernah berubah untuk selalu protes soal panggilan yang disematkan kepadanya. Padahal menurut Daichi, panggilan itu memang cocok untuk Rintarou yang nyatanya memang pantas untuk dipanggil seperti itu.


"Sudah tugas saya memanggil anda Tuan Muda, Tuan Muda," jawabnya disusul senyum yang selalu membingkai di wajahnya. "Mari Tuan Muda, saya antarkan ke ruangan Tuan Besar."


Rintarou mengikuti langkah Daichi menuju ruangan papanya yang berada di lantai atas begitu juga dengan dua orang pelayan wanita yang berdiri di belakang Daichi tadi. Selama perjalanan menuju ruangan papanya, Rintarou sedikit mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah bak istana itu yang tak banyak berubah sejak terakhir kali ia berkunjung kemari. Masih terlihat sangat luas, besar, dan mewah. Sedikit membuat Rintarou penasaran seperti; ada ruangan apa saja yang berada di dalam rumah ini? Atau ... bagaimana tampak ruangan di sisi lain? Apa sama terlihat mewah seperti ruangan yang selalu Rintarou lihat sebelumnya? Rintarou ingin tahu itu.


Tapi, ia tidak memiliki kesempatan untuk itu.


"Bagaimana keadaan Tuan Muda hari ini? Apa kuliah anda berjalan lancar?" tanya Daichi di sela langkah mereka.


"Beberapa hari kemarin baik sih sebelum kena krismon," jawab Rintarou membuat Daichi tertawa. "Kuliah gue lancar sih ... ya semoga aja."


"Semester ini saya belum mendapatkan telepon dari Dosen Pembimbing Akademik Tuan Muda, sepertinya semester ini Tuan Muda tidak banyak membolos?"


"Baru seminggu gue mulai ngampus lagi, belum aja ...," jawab Rintarou. "Oh atau Kak Daichi kangen di telepon DPA gue?"


Daichi tertawa. "Tidak tidak ... terima kasih."


"Jangan malu Kak Daichi ... jujur aja sama gue ...," goda Rintarou sambil mengangkat kedua alisnya. "DPA gue cantik loh Kak Daichi, beta. Masih lajang lagi, pepet aja."


"Ah Daichi!"


Percakapan mereka tiba-tiba terhenti saat suara seseorang terdengar memanggil nama Daichi. Langkah keduanya terhenti lalu menoleh untuk melihat siapa yang memanggil.


"Oh Asahi!" sahut Daichi lalu menunggu pria bernama Azumane Asahi itu menghampiri mereka.


Rintarou mengenal pria bertubuh besar dan menyeramkan itu karena beberapa kali pernah ditugaskan papanya untuk menjadi bodyguard pribadinya selama sekolah. Tapi, di balik wajah menyeramkan dan tubuh yang terlapisi otot baja itu, sebenarnya sifat asli Asahi berbanding terbalik dengan tampangnya.


Ya, Rintarou mengenal Asahi tetapi tidak untuk seorang pria yang berdiri di belakang Asahi.


Pandangan Rintarou tertuju tepat pada pria di belakang Asahi yang menatap lurus ke depan dengan wajah tanpa ekspresi yang tidak bisa Rintarou baca sama sekali. Namun saat memandangnya lebih seksama, Rintarou dapat mencium aroma citrus samar masuk ke dalam indra penciumannya. Sedikit manis, dan menyengat. Dan itu menusuk hidungnya.


Rintarou sangat yakin jika feromon ini datang dari seorang alpha, tetapi di sekitarnya dia yakin tidak ada seorang alpha selain dirinya karena papanya hanya mempekerjakan seorang beta.


Dan beta tidak memiliki feromon seperti halnya Alpha dan Omega.


Atau ....


"Ah Selamat malam, Tuan Muda." Menyadari jika ada Rintarou di sana, Asahi membungkukkan tubuhnya. Dan saat itulah lamunan Rintarou buyar dan kembali berpusat pada Asahi dan pria asing itu.


Deg!


Saat netra sang pria asing tertuju padanya, entah kenapa jantung Rintarou mendadak berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Dia sedikit merasa sesak, apalagi ketika wajah tanpa ekspresi itu berubah sepersekian detik sebelum mengikuti Asahi untuk membungkuk hormat padanya.


Rintarou mengepalkan salah satu tangannya lalu ia tempelkan jari telunjuknya di depan lubang hidungnya. Menghalau aroma asing yang terus menusuk penciumannya sebelum akhirnya berdehem pelan dan mengangguk kecil.


“Kau di sini juga, Asahi?” tanya Daichi.


“Iya, aku ditugaskan Tuan Besar untuk membimbing Osamu-san selama di sini, dan mengajari bahasa Jepang padanya agar lebih lancar,” jawab Asahi.


Dari percakapan itu, Rintarou dapat mengetahui jika pria asing itu bernama Osamu. Asahi lalu berbicara dengan Osamu dengan menggunakan bahasa asing yang dapat Rintarou artikan; jika Asahi sedang memperkenalkan Daichi dan dirinya pada pria asing itu.


... and he is Ushijima Rintarou. Mr. Ushijima's Son.”


Irish pria asing itu tiba-tiba menatapnya lekat dengan pandangan berbinar yang tidak Rintarou mengerti apa maksudnya. Namun melihat bagaimana irish itu memandangnya, Rintarou sedikit penasaran untuk mendengar suaranya.


I’m Osamu, Just Osamu. Nice to meet you, Young Master.


Just … Osamu?” gumam Daichi sedikit terkejut karena Osamu tidak menyebutkan marganya.


Yes, Mr. Sawamura.


Pandangan pria asing itu kembali beralih pada Rintarou yang sejak tadi terdiam di tempatnya. Tak melepaskan pandangannya dari pria itu.


Osamu.


Siapa dia sebenarnya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Part 128; Solasta

 Di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Rintarou setelah membeli bahan makanan untuk satu minggu ke depan, Rintarou tiba-tiba mampir terlebih dahulu ke salah satu kedai kopi untuk membeli dua gelas kopi untuk mereka. Karena ia tidak tahu apakah Osamu menyukai kopi atau tidak, jadilah Rintarou akhirnya memilih vanilla latte untuk Osamu dan Americano untuk dirinya.     Setelah mengantri cukup lama, Rintarou kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan segelas vanilla latte di tangannya pada Osamu. "Ini." Namun, Osamu tidak menerimanya dan malah menatap Rintarou kebingungan. "Buat lo, ambil." Sekali lagi Rintarou memberikan gelas itu pada Osamu dan akhirnya diterima oleh sang bodyguard.      "Terima kasih, Tuan Muda," ujarnya lalu memandang minuman itu di tangannya.      Awalnya Rintarou tidak menyadari itu karena ia sibuk meneguk americano miliknya sambil mengecek ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Sampai ia kembali menoleh pada Osamu yang te

Part 40; Solasta

 Osamu berdiam diri di balik dinding yang terdapat di atas rooftop sebuah gedung bertingkat yang jaraknya berdekatan dengan Hotel Victorious berada. Mengamati acara pertemuan besar itu berlangsung dari atas gedung dengan menggunakan teleskop lipat di tangannya yang sengaja ia bawa di balik saku jubah hitam yang ia kenakan. Dari tempatnya berada, Osamu dapat melihat Wakatoshi sedang mengobrol dengan beberapa wanita bergaun mewah ditemani oleh Asahi di belakangnya yang bertugas mengawalnya di sana. Osamu lalu menggerakkan teleskopnya menuju ke arah lain untuk mengawasi di dalam ballroom itu yang dapat ia jangkau dari sana. Mencari sesuatu yang mencurigakan namun tidak ada yang ganjil di sana. Beberapa anggota tambahan dari divisi Sugawara sudah datang lima menit lalu dan langsung memulai tugasnya. Mengawasi di berbagai sudut yang memiliki kemungkinan adanya penyerangan tiba-tiba yang mungkin saja terjadi di sana dan beberapa tempat yang mudah untuk mengawasi keadaan di dalam hotel itu