Suara gaduh terdengar dari luar rumah ketika Shirabu Kenjiro yang saat itu sedang berada di dalam kamar Osamu; memeriksa ke luar jendela dan melihat keributan yang terjadi di halaman depan kediaman Ushijima. Melihat beberapa pengawal menghadang seseorang yang berusaha masuk ke dalam rumah, dan satu persatu tumbang dengan sekali pukul oleh pria itu. Kenjiro tak dapat melihat dengan jelas dari posisinya berada siapa seseorang yang menerobos masuk itu sampai suara pengawal dari luar kamar Osamu berteriak memanggilnya.
"Shirabu-san! Tuan Semi mencoba masuk ke dalam!"
Deg!
Kenjiro membola mendengar nama seseorang yang pengawal itu ucapkan. Kenjiro langsung bergegas ke luar kamar dan memerintahkan beberapa pengawal untuk menjaga Osamu. Kenjiro berniat turun ke lantai bawah untuk mencegah Eita masuk ke dalam namun langkahnya terhenti begitu melihat sosok itu sudah tiba di hadapannya.
"Wah Kenjiro, ya? Sudah lama sekali ya?"
Kenjiro memasang tatapan waspada dan berdiri tegap tanpa terpengaruh oleh sapaan hangat yang pria itu katakan. Matanya melirik pelan ke arah belakang punggung Eita yang tak terlihat seorang pun di sana. Artinya, Eita berhasil masuk dengan melumpuhkan semua pengawal yang berjaga di luar seorang diri. Mengetahui itu berapa pengawal yang menjaga kamar Osamu menodongkan pistol pada pria itu. Membuat Eita tertawa melihatnya. "Apa ini? Beginikah cara kalian untuk menyambut adik dari tuan besar yang kalian hormati itu?"
Semi Eita tampak tak takut meski dirinya ditodong oleh pistol di berbagai sudut. Pria alpha itu malah terlihat santai seolah kedatangannya ini bukanlah sebuah ancaman—meski dirinya sudah dianggap menjadi salah satu dari orang yang harus mereka curigai sebagai musuh. Sudah lama Tuan Besar sengaja memutuskan kontak dengan keluarga Semi di Amerika dan mengawasi pergerakan mereka. Status pria itu sampai saat ini adalah musuh yang dicurigai untuk itu Kenjiro harus waspada pada pria itu.
Apalagi Tuan Besar tidak memberinya informasi atas kedatangan pria itu di sini dan Kenma pun tidak bilang apapun padanya. Ini suatu hal di luar dugaannya dan Kenjiro harus menyelesaikan ini; dan jika bisa, ia harus mengusir pria itu dari sini.
"Kenjiro, apa kamu tidak mau pelukan untuk pertemuan pertama kita kembali setelah sekian lama?" Kenjiro menatap Eita yang tersenyum ramah sambil merentangkan tangannya dengan sebuah pistol yang ia pegang di salah satu tangannya. "Bukannya kamu merindukanku, Kenjiro?"
Kenjiro berdecak dalam hati melihat Eita yang seolah-olah peduli padanya itu. "Atas tujuan apa anda kemari, Tuan Semi?" tanya Kenjiro berusaha mengabaikan pertanyaan Eita yang ternyata berhasil membuat jantungnya berdetak tak nyaman sejak kedatangan pria itu.
Melihat pria beta itu yang berusaha mengabaikannya lagi-lagi membuat Eita tertawa tak percaya. Kenjiro yang dulu selalu berusaha menarik perhatiannya, menatapnya penuh rasa cinta, dan memberikan seluruh hidupnya padanya; kini menatapnya bagai seorang musuh.
"Kenjiro ... jahat sekali ... seperti inikah sikapmu pada pria yang kau sukai?"
Deg!
Kenjiro menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya itu. Eita menyadari reaksinya membuat seringai muncul di bibirnya. Ia tahu sekali, meski Kenjiro berusaha mengabaikan dirinya tak menghilangkan fakta jika Kenjiro menyukai dirinya.
"Atas ... dasar apa anda datang kemari, Tuan Semi? Anda tidak bisa datang ke mari tanpa memberitahu Tuan Besar." Kenjiro bertanya lagi, menekankan kalimat yang ia ucapkan untuk memberi tahu pria itu—dan meyakinkan dirinya sendiri—jika dia tak main-main.
"Aku hanya ingin memberi kakakku kejutan setelah sekian lama kami tak bertemu, apalagi, setelah kakak memutuskan kontak dengan aku dan ibuku."
Eita ternyata sudah menyadari itu.
Tapi, Kenjiro merasa jika bukan itu saja tujuan pria itu datang ke mari.
Pria itu ... dia pasti mengincar Osamu.
"Baiklah jika kalian tidak memperbolehkan aku bertemu kakak, tidak apa." Eita memiringkan kepalanya masih dengan seringai yang menghiasi wajah tampannya pada Kenjiro yang masih menatapnya penuh waspada. "Aku akan menemui Osamu saja."
"Tuan Semi!" Kenjiro setengah berteriak menahan Eita yang akan pergi dari sana. "Anda tidak diperbolehkan untuk menemui Osamu!"
"Kenapa?" tanya Eita, berjalan santai menghampiri Kenjiro meski semua pistol mulai terlihat akan mengeluarkan pelurunya dan menembus tubuhnya. "Apa aku tidak diperbolehkan menemui Osamu yang sudah aku rawat selama ini?"
Mendengar pelatuk yang ditarik Eita dengan cepat menarik Kenjiro ke dalam kunciannya dan menjadikan pria beta itu tameng agar tembakan yang tertuju padanya tak menembus langsung padanya melainkan pada tubuh Kenjiro. Eita melakukan itu dengan cepat sampai Kenjiro tak sempat melakukan perlawanan.
"Tuan Semi!"
"Silahkan menembakku, aku tidak keberatan untuk mati bersama Kenjiro yang aku sayangi ini," bisiknya di belakang tubuh Kenjiro tepat di perpotongan leher pria itu. Kenjiro dapat merasakan hembusan napas pria itu di kulit lehernya disusul rasa geli yang menyerang oleh lidah pria itu yang menyapa permukaan kulitnya.
Membuat Kenjiro meremang.
"Lepas!" Kenjiro berusaha melepaskan diri dari pria itu tetapi tenaga Eita jauh lebih besar dari dirinya.
Dia harus melepaskan diri sebelum Eita melakukan sesuatu yang lebih jauh dari ini. Dia tak boleh jatuh di bawah pria itu lagi, atau usahanya selama ini untuk melupakan pria itu akan sia-sia.
"Kenjiro, sepertinya kamu ada disituasi yang tidak menguntungkan." Eita berbisik kembali sambil menunjuk para pengawal yang terlihat tumbang sambil menutup hidungnya. Mata Eita membola melihat mereka yang sepertinya terpengaruh dengan feromon Eita yang menekan di seluruh ruangan itu—terkecuali Kenjiro yang tak memiliki indera untuk mencium feromon alpha dan omega meskipun dirinya seorang beta.
"Anda ... tidak harusnya melakukan ini."
Eita tertawa. "Itu salahmu yang melarangku bertemu dengan Osamu."
Kenjiro merasa dadanya sesak mendengar itu. Walau seharusnya ia tak boleh memiliki rasa sesak ini karena melihat Eita yang masih menaruh perhatian dan ketertarikannya dengan Osamu meski Wakatoshi telah membawa pria itu jauh dari Eita.
"Bagaimana denganmu?"
"Apakah kamu yakin tidak akan mengkhianati Tuan Besar?"
Entah sejak kapan Kenjiro memiliki perasaan ini. Mungkin, sejak ayahnya menitipkan dirinya pada Semi Haruka untuk mendidiknya menjadi seseorang yang berguna sebelum ia menggantikan ayahnya menjadi sekretaris dan orang kepercayaan Ushijima Wakatoshi yang akhirnya membuat dirinya bertemu dengan Semi Eita.
Mereka tumbuh bersama sejak saat itu. Mungkin karena Eita adalah anak tunggal atau karena kepribadian pria itu yang baik, ia memberikan perhatian yang cukup besar pada Kenjiro. Sampai Kenjiro menyalah artikan perlakuan Eita selama ini padanya dengan rasa cinta yang akhirnya membuat kenjiro menjatuhkan hatinya pada pria itu; namun juga menghancurkan perasaannya karena sosok yang sama.
Kenjiro telah memberikan dirinya pada Eita.
Tapi sejak saat itu ....
"Uhuk!"
Kenjiro merasa lehernya dicekik, kedua tangannya yang dikunci memberontak berusaha melepaskan diri agar cekikan di lehernya terlonggar. Kenjiro dapat merasakan sisi wajah pria itu di samping kepalanya yang berbisik kemudian, "Di mana Osamu berada?"
Kenjiro menggeleng. "Tidak akan saya beri tahu."
"Oh benerkah?" Eita mendorong tubuh Kenjiro ke atas meja yang terdapat sebuah vas bunga sehingga vas tersebut jatuh dan pecah. Pria itu masih mencekik leher Kenjiro dengan sebelah tangannya menahan tangan Kenjiro yang lain di atas kepala, dan tangannya yang lain menahan lengan Eita yang mencekiknya.
Kedua kaki Kenjiro bergerak berusaha menendang pria itu.
"Apa ini Kenjiro? Sejak kapan kamu seperti ini padaku?" tanya Eita, mendekatkan wajahnya pada Kenjiro yang berusaha mencari napas sebanyak-banyaknya sambil mengalihkan kepalanya agar tak mentap langsung pada pria itu. "Apa kamu berusaha mengkhianati perasaan dan hubungan kita?"
Kenjiro berdecak tangannya menggenggam lengan Eita kencang sampai tanpa sadar mencakar pemukaan kulit pria itu. Matanya memerah basah membalas tatapan Eita di atasnya untuk menjawab ucapan pria itu yang menyakiti perasaannya.
"Sejak awal ... anda ... tidak memiliki perasaan dan hubungan itu."
Kenjiro tahu jika semua kalimat manis yang Eita ucapkan padanya adalah kebohongan. Semua yang pria itu lakukan padanya ... juga sebuah kebohongan.
Eita tak bereaksi, cekikan di leher Kenjiro mengendur saat ia melihat cairan bening meluncur pelan di pelupuk mata Kenjiro. Sepersekian detik, Eita hampir kehilang tujuannya, sampai akhirnya, ia kembali mengecangkan cekikan itu dan tertawa remeh karena melihat kegigihan pria beta itu.
"Apa ini Kenjiro ... kau berusaha menjunjung tinggi kesetiaanmu pada kakakku?" Eita berdecak, emosinya tiba-tiba memuncak. "Kau sekarang berusaha bersikap seperti ayahmu yang memberikan seluruh hidup dan kesetiaanmu pada Keluarga Ushijima?!"
"Uhuk!"
"Jangan membuatku tertawa ...."
"Akh!"
Wajah Eita tiba-tiba berubah dan Kenjiro dapat merasakan emosi pria itu berangsur menurun. Pria itu sedikit mengendurkan cekikannya dan menatap tepat ke arah mata Kenjiro sambil berbicara dengan tenang, "Baiklah jika kamu tidak mau memberitahuku, Kenjiro. Biar aku tanyakan langsung pada kakakku."
Cekikan itu terlepas, Kenjiro meraup udara sebanyak-banyaknya kemudian melihat Wakatoshi berdiri di hadapan mereka dengan seorang pengawal di belakangnya. Eita melepaskan Kenjiro, kemudian berdiri berhadapan dengan kakakknya itu yang menatapnya tanpa ekspresi yang berarti seperti biasanya. Tubuh Kenjiro sempat merosot sebelum berdiri di belakang Eita sambil memegangi lehernya yang terasa nyeri.
"Tidak aku sangka kakakku ke mari di waktu yang tidak tepat," ujar Eita. "Atau tepat ya karena berhasil menyelamatkan nyawa sekretaris muda yang memiliki royalitas seperti ayahnya?"
"Kenapa kamu ke mari, Eita?" tanya Wakatoshi tanpa basa-basi. "Lebih tepatnya, kenapa kamu ke mari tanpa memberitahu saya?"
"Gimana bisa aku kabari kakak kalau kakak sendiri memutuskan kontak dengan keluargaku?" jawab Eita.
Wakatoshi tak merespons. Eita menyadari hal ini mungkin karena dia sendiri yang menyadarinya atau dengan bantuan Hiroshi. Kedatangan pria itu ke mari juga mungkin karena bantuan keluarga Sakusa yang artinya; pria itu memiliki tujuan datang ke mari sampai membuat seluruh penjaga di rumahnya tumbang dan hampir membunuh sekretarisnya.
Melihat kakakaknya yang diam saja Eita tertawa seolah dugaannya benar. "Benar kan? Kakak memang memutuskan kontak dengan keluargaku."
"Apa tujuanmu ke mari?" Wakatoshi bertanya tanpa basa-basi.
"Tujuanku?" Eita tersenyum miring. "Baiklah jika Kakak ingin tahu tujuanku ke mari, akan aku sampaikan. Tapi sebelum itu, bawa aku bertemu dengan Osamu."
Kenjiro menggeleng di belakang sana, memberi isyarat pada Wakatoshi untuk menolak permintaan pria itu. Wakatoshi menyadari isyarat itu kemudian mengajukan pertanyaan pada Eita, "Jika saya menolak?"
"Aku bisa membocorkan rahasiamu ke media jika putramu masih hidup."
Ancaman yang Wakatoshi duga. Seolah Eita masih menyimpan rahasia itu untuk kebaikan dirinya dan berjanji tidak akan membocorkannya pada siapapun. Seolah memberitahu Wakatoshi, jika Eita belum membocorkan rahasia ini pada keluarga Sakusa.
Tapi, jika Wakatoshi meragukan ancamannya. Pria itu pasti akan berbuat macam-macam dan mencurigai dirinya. Reaksi wajar untuk dirinya saat ini adalah ....
"Kenjiro, di mana Osamu berada?"
Kenjiro terkejut mendengarnya. "Tu—tunggu Tuan, anda—"
"Bawa kami ke tempat Osamu berada," potong Wakatoshi, menatap Kenjiro untuk menuruti apa yang pria itu katakan.
Dengan berat hati Kenjiro membungkukkan badannya dan membawa mereka berdua menuju kamar dimana Osamu berada. "Baik, mari ikuti saya, Tuan."
Tidak tahu apa yang sebenarnya Tuan Besar pikirkan. Kenjiro lagi-lagi hanya bisa mengikuti perintah pria alpha itu tanpa tahu maksud dan tujuan Wakatoshi melakukan ini. Tapi, tidak sopan baginya untuk meragukan keputusan Wakatoshi.
Wakatoshi dan Eita mengikuti Kenjiro masuk ke dalam sebuah ruangan tanpa diikuti satupun pengawal. Di sana, terlihat Osamu yang masih tertidur di atas ranjang. Melihat ada sesuatu yang aneh dengan Osamu, Eita menatap Wakatoshi yang berdiri di sampingnya. "Apa yang terjadi pada Osamu?"
"Dia hanya tidak sadarkan diri," jawab Wakatoshi.
"Tidak sadarkan diri?" Eita menghampiri ranjang dan mengecek keadaan Osamu lebih dekat. Langkah Eita seketika terhenti begitu melihat sosok Osamu di depan kedua matanya langsung.
Osamu terlihat berbeda dari terakhir kali ia melihat pria itu.
Garis wajah pria itu terlihat lebih lembut dan cantik. Tubuhnya terlihat lebih kurus ditambah otot-otot tubuhnya yang sedikit mengendur. Perawakannya ... terlihat sangat berbeda meski tubuh yang tertidur di sana adalah Osamu yang Eita kenal.
Eita menyikap pakaian yang Osamu kenakan sehingga perutnya terlihat. Pria itu memegang pinggang pria itu yang terlihat mengecil juga otot perut kekarnya tak sekencang dulu, tangannya beralih pada pinggul pria itu. Meraba seluruh tubuh Osamu yang terlihat berubah bagi dirinya.
Deg!
Eita terdiam kaku begitu menghirup aroma manis yang keluar dari tubuh pria itu. Wajahnya mencium perpotongan leher Osamu sehingga ia dapat mencium aroma manis itu yang menguar lebih menyengat. Eita sangat mengenali aroma manis ini, membuat perutnya bergejolak dan ia ingin memuntahkan seluruh isi perutnya.
"Hoek!"
Eita menutup penciumannya dan menjauhi tubuh Osamu. Reaksi itu membuat Kenjiro cukup terkejut karena ia baru pertama kali ini melihat Eita memandang seseorang dengan tatapan menjijikan.
"Kau ...." Pria alpha itu menatap Wakatoshi dengan amarah, ia menarik kerah pakaian pria itu. "Apa yang kau lakukan pada Osamu?!"
"Percobaan itu hampir berhasil! Sachiro juga mengatakan hal yang sama tapi kenapa Osamu kembali menjadi omega?!" berangnya, sangat marah mengetahui jika Osamu kembali menjadi omega.
Melihat adiknya yang marah, Wakatoshi tidak menunjukkan kemarahan yang sama meski kerah pakaiannya ditarik seperti ini. Mendengar ucapan Eita, Wakatoshi jadi tahu jika Sachiro tidak memberitahu kegagalan percobaan itu pada Eita; artinya Sachiro tidak mengkhianatinya.
"Kau ... kau berjanji akan tetap melakukan percobaan itu meski membawa Osamu ke Jepang! Tapi apa ini? Kau sama sekali tidak menepati janjimu!"
Buaght!
Eita melayangkan tinjuannya pada wajah Wakatoshi dan kembali menarik kerah pakaian pria itu. "Osamu adalah kartu as bagi keluarga kita! Sudah seharusnya ia menjadi seorang alpha agar bisa bekerja dengan maksimal!"
Buaght!
"Tuan Semi!"
"Jika Osamu menjadi omega, dia tidak akan berguna sama sekali!"
Buaght!
Kenjiro berusaha memperingati tetapi Eita tetap menghajar Wakatoshi terlebih tidak ada perlawanan dari Tuan Besar. Kenjiro pun tak berani memisahkan mereka karena ia merasakan aura yang sangat mencekam di antara mereka berdua meski dirinya tak bisa mencium feromon.
"Apa yang kau lakukan pada Osamu ini hanya untuk kepentingan keluarga, bukan untuk kepentinganmu sendiri, Eita?"
Kepalan tangan Eita terhenti di udara saat Wakatoshi bicara. Melihat reaksi Eita, Wakatoshi kembali bicara, "Menjadikan Osamu seorang alpha, apa benar hanya untuk kepentingan bisnis keluarga kita?"
Wakatoshi melepaskan cengkraman tangan Eita dan mendorong pria itu menjauh darinya. Tangannya menyeka darah segar yang keluar dari sudut bibirnya. Menatap adiknya yang berdiri kaku tak merespons ucapannya.
Wakatoshi menyadari jika Eita menaruh perhatian besar pada Osamu selama ini. Karena kekuatan yang Osamu miliki karena berhasil membantu Eita berdiri di puncak kejayaan dan memegang kendali perdagangan di pelabuhan. Osamu adalah bidak terkuat yang mereka miliki sehingga tanpa sadar; Eita terobsesi dengan Osamu lebih dari yang sekedar pria itu pikirkan.
Eita yang pada dasarnya tak menyukai omega dan saat mengetahui jika Osamu adalah seorang omega, memerintahkan pria itu untuk mengikuti percobaan yang sedang diuji coba oleh Sachiro.
Eita tersenyum miring.
Pria itu tertawa tiba-tiba. "Apa ini ... kenapa kakak jadi peduli dengan alasan seperti ini?"
Eita kembali menghampiri Wakatoshi. Ia menunjuk bahu pria itu. "Orang yang sudah membunuh orang tua Osamu tidak berhak peduli terhadap dirinya."
Deg!
Kenjiro terkejut mendengar ucapan Eita. Apa maksud ucapan pria itu? Melihat reaksi Wakatoshi pun seperti ia juga tampak terkejut dengan ucapan Eita. "Apa maksudmu?"
"Miya Katsuo, apa kakak masih mengingat nama itu?" tanya Eita dan melihat reaksi Wakatoshi sepertinya pria itu masih mengingat namanya. "Ushijima Wakatoshi sempat menjadi tersangka atas kematian Keluarga Miya dua belas tahun lalu, meski akhirnya kasus itu ditutup karena kekurangan bukti dan akhirnya dinyatakan sebagai kasus perampokan biasa."
"Apa yang akan terjadi ya ... jika Osamu mengetahui orang yang dia hormati selama ini ternyata terlibat atas pembunuhan keluarganya?"
Kenjiro tahu kasus itu dan tak menyangka jika Osamu adalah putra dari Miya Katsuo yang sempat hampir menjalin kerja sama dengan Wakatoshi meskipun akhirnya berhenti di tengah jalan karena Katsuo tiba-tiba membatalkan kerja sama mereka dan menghilang. Sampai kabarnya terdengar lagi ketika Wakatoshi tiba-tiba dicurigai sebagai tersangka atau kematian Keluarga Miya dua tahun setelah menghilangkannya Katsuo.
Jika Osamu benar-benar anak dari Miya Katsuo, kenapa Eita ... bisa mengetahui hal itu?
"Kamu sedang mengancamku?" tanya Wakatoshi, tak menyangka jika Eita akan mengancamnya dengan hal ini terlebih dengan membawa fakta jika Osamu adalah anak dari Miya Katsuo.
"Aku tidak mengancamku, Kak. Hanya memberimu penawaran." Eita melanjutkan ucapannya, "Aku tidak akan memberitahu Osamu soal kasus itu dan menjaga rahasiamu dengan sebuah syarat."
"Berikan Osamu sepenuhnya kepadaku."
Tidak bisa.
Kenjiro tercekat.
Wakatoshi tidak mungkin memberikan Osamu pada Eita yang artinya akan membuat Osamu jauh dari Rintarou. Mereka berdua tahu jika Osamu dan Rintarou adalah pasangan yang ditakdirkan—dan tak mungkin bagi mereka untuk memisahkan Osamu dari Rintarou.
Tapi jika memberitahu Eita hal ini ....
"Baiklah, akan aku berikan Osamu padamu."
Dan ucapan Wakatoshi yang menyetujui hal itu membuat Kenjiro terkejut bukan main.
Komentar
Posting Komentar